“Si tukang rumput belum datang,
ya?” tanya suami saya, malam itu, sepulang dari kantor.
“Belum. Agak diragukan juga dia
mau datang,” jawab saya. Dan ternyata benar. Si tukang rumput itu tak pernah
muncul lagi di kompleks perumahan kami. Kabarnya, dia menghilang sambil membawa
barang curian. Pertemuan terakhir dengan si tukang rumput yang masih tetangga
rumah kami itu, menyisakan trauma. Ketika itu, saya sedang membeli nasi uduk,
dia menatap saya dengan mata merah. Saya pikir dia baru begadang, alias kurang
tidur. Ucapannya membuat saya takut,