Setelah pertengahan Januari, baru bisa update blog lagi karena sekarang saya sibuk menulis novel. Apalagi katanya blogspot akan berpisah dengan google, sehingga entah bagaimana masa depan blog saya ini. Bahkan teman-teman sudah banyak yang beralih ke wordpress. Jujur saja saya malas ke wordpress karena harus sewa hosting juga yang biayanya tidak murah. Sedangkan penghasilan dari blog sekarang ini sedang anjlok.
Emak-emak sekarang lagi rajin ngonten di Facebook karena dijanjikan dolar oleh Om Meta. Saya masih tetap di sini meskipun terancam nggak bisa lanjut. Okey deh, langsung saja saya mau cerita pengalaman traveling di akhir tahun lalu ke Curug Orok di Garut. Ini bukan traveling yang wow banget, soalnya sedang mengirit. Maklum, biaya sekolah dan cicilan membengkak.
Terakhir melihat air terjun itu tahun 2019 sebelum Covid. Sebenarnya di Bogor juga banyak Curug atau air terjun. Saya juga maunya ajak anak ke tempat wisata alam ini sekalian olahraga. Soalnya mereka lebih banyak di rumah main hape. Akhirnya kami pun berangkat ke Curug Orok.
Perjalanan dari Kota Garut lumayan lama ya sekitar 2 jam. Jalanannya pun sepi, sehingga bisa dipastikan nggak banyak yang berwisata ke sini. Di sepanjang jalan pun disajikan hamparan kebun teh. Kami mampir dulu ke minimarket membeli camilan dan minuman karena khawatir di sana tidak ada pedagang.
Sampai di lokasi, ternyata memang sepi sekali ya. Biaya tiket masuknya lumayan juga untuk sekadar melihat air terjun. Per orang bayar Rp 10.000. Padahal kondisi lingkungannya juga tidak bersih, seperti tidak dirawat. Sampah dedaunan berserakan tidak disapu.
Ada penginapan juga tapi meragukan karena berdebu pun dan tidak dirapikan. Saya bahkan mencari-cari apakah ada penjaganya, eh tidak ada. Ya cuma ada penjaga tiket saja yang sepertinya warga sekitar. Lumayan banget itu menjaga pintu masuk air terjun yang tidak dikelola sebagaimana tempat wisata biasanya.
Kalau warga sekitar situ sih tidak perlu bayar kali ya, wong cuma melihat air terjun. Ada pemetik daun teh yang sedang bekerja juga. Harapan saya semoga kelak wisata Garut ini lebih dikembangkan lagi supaya bukan cuma tiketnya yang mahal tapi tempatnya pun dirawat.
Air Terjun Curug Orok Garut
Mungkin ini jadi pertama dan terakhir kami main ke air terjun karena ya cuma begitu saja pemandangannya hehe. Sekadar memberikan pengalaman anak-anak melihat wujud air terjun dari dekat. Bisa dibilang ini wisata alam untuk membakar kalori.
Sebagaimana yang sudah bisa diduga, kami harus siapkan tenaga untuk turun ke bawah. Tangganya licin dan curam, untung ada batang singkong yang agak kuat. Kami menuruni tangganya perlahan-lahan supaya tidak tergelincir apalagi sampai jatuh. Gerimis pun turun tipis-tipis, syukurnya tidak sampai hujan deras. Kalau iya, percuma deh bayar tiket tapi tidak sampai bawah.
Setelah mulai menuruni tangga, baru terlihat pengunjung lainnya yang cukup banyak juga. Lumayanlah tidak terasa sepi lagi. Tadinya kami kira hanya ada kami berlima, wuih serem sekali kan. Benar-benar kalori terkuras saat menuruni tangganya karena perjalanan ke bawah cukup panjang.
Saya harus berkali-kali mengingatkan anak-anak supaya hati-hati karena memang cukup curam. Takut ada yang jatuh saja. Pemandangan air terjun terlihat indah, airnya bersih dan jernih. Sampai di bawah, saya tak sabar mencelupkan kaki ke air.
Dinginnya Air Terjun Curug Orok
Wuiiih ternyata airnya dingin sekali. Orang yang mau berenang saja mengurungkan niatnya. Apalagi disertai gerimis tipis-tipis ya. Cukup mencelupkan kaki saja deh. Anak sulung saya malah terjatuh gara-gara batang singkongnya patah. Alhamdulillah tidak ada yang luka, karena banyak batu besar di tempat jatuhnya itu.
Masya Allah... Cukuplah kami mengagumi keindahan air terjun Curug Orok. Saya pandangi berkali-kali, karena belum tentu bisa melihatnya lagi. Kalau dihitung, ini ketiga kalinya saya melihat air terjun ya. Lucu juga ya pemandangan ini terlihat biasa untuk warga di sekitar, tapi terlihat luar biasa untuk orang kota.
Perjalanan naik kembali ke atas lebih menguras kalori, sampai saya harus berhenti dulu. Sampai di atas, disediakan musola untuk solat. Tapi melihat pemandangan di sekitar yang tidak terawat, saya jadi malas. Kami pun langsung pulang saja dan solat di tempat lain.
Bahkan, mobil suami pun dikerubungi serangga yang banyak sekali saat kami mau menaikinya. Saya lupa serangganya apakah lalat atau nyamuk. Pokoknya suasananya itu seperti sedang berada di lokasi berhantu saja saking sepi dan tidak terawatnya.
Semoga menjadi perhatian untuk Pemda Garut supaya lebih mengoptimalkan obyek wisatanya. Sebenarnya banyak lho yang mau berwisata ke Garut tapi sayang tempat wisatanya tidak dikelola dengan baik. Setidaknya kami bisa mendapatkan pemandangan yang indah secara alami ya.
Jujur, saya merasa sia-sia membayar tiket karena tidak mendapatkan pelayanan apa pun ya sekadar melihat air terjun yang mestinya gratis. Lain halnya waktu kami ke Pantai Cidatu ini, tempatnya bagus dan gratis. Semoga nanti kami bisa mengajak anak-anak ke tempat wisata yang lebih bagus lagi ya.
Padahal kalo liat foto ini air terjunnya memang cantiiiik ya mba. Sayang aja kalo lingkungan sekitarnya ga terawat.
ReplyDeleteAku tuh sukaaaa bgt wisata curug. Soalnya kebanyakan curug pasti di tempat tinggi kan. Dan selalunya sejuk. Sementara aku memang sukanya tempat dingin.
Tapi hrs diakuin curug di jawa barat, ada banyaaak tp akses susah dan ga diperhatiin. Trus banyak ga terawat. Sayang sih, padahal curugnya bagus2.
Eh aku baru tau yg berita blogpost bakal lepas dr google 😞. Duuh semoga BP nya ga ikutan ilang yaaa. Ada banyak temen bloggerku yg pakai BP soalnya dan masih aktif. Skr cari bloggers yg aktif nulis aja susah, apalagi kalo sampe BP ilang