Perang Palestina - Israel masih memanas. Israel menolak saran gencatan senjata dari PBB. Jumlah korban Palestina sudah lebih dari 8000 orang, di mana lebih dari 3000 adalah bayi dan anak-anak. Serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 memicu serangan Israel yang masif ini. Banyak yang menyalahkan Hamas karena menyerang lebih dulu, tetapi melupakan akar sejarah perang ini yang bermula pada tahun 1948.
Sebenarnya saya ragu mengulas film Farha ini di blog yang masih menyewa domain google. Kecuali saya pakai hosting sendiri, artikel ini tidak ada diturunkan oleh google. Berhubung saya masih pakai hosting google yang mana berada di sisi Israel, mungkin artikel akan diturunkan suatu hari nanti. Sebab, artikel saya yang berjudul Islamophobia juga diturunkan oleh google. Padahal saya tidak melihat ada yang salah dari tulisan itu.
Salah dan benar memang bergantung pada sisi mana kita berdiri, bukan? Tidak ada yang namanya netral. Begitu juga dalam konflik Palestina - Israel ini. Di Netflix kita akan mendapati film-film yang mengambil sudut pandang Israel. Tentu saja kekuatan Israel itu membuat mereka mudah menyebarkan informasi yang berpihak kepada mereka. Sedangkan Palestina tidak memiliki sumber daya untuk membuat film-film yang berdiri di sisi mereka.
Film Farha ini diprotes oleh Israel karena dianggap menyebarkan kebohongan. Netflix tetap menayangkannya pada akhir tahun 2022, karena Netflix hanya mementingkan bisnis. Bagi Netflix, film ini bagus secara bisnis. Jadi ya kenapa tidak boleh ditayangkan? Toh, film dari sisi Israel juga banyak sekali di Netflix. Farha ini dibuat oleh sutradara asal Yordania tetapi memiliki darah Palestina karena leluhurnya pernah tinggal di Palestina dan mengungsi ke Yordania.
Tragedi Nakba pada tahun 1948 ini adalah tragedi pengusiran besar-besaran rakyat Palestina oleh Inggris dan Israel. Pada saat itu, Inggris membantu orang-orang Yahudi yang diusir dari Eropa untuk masuk ke Palestina. Kita tahu bahwa pada masa itu orang Yahudi dimusuhi oleh Eropa. Disiksa oleh Nazi Jerman. Sampai terbentuklah zionis Israel yang menginginkan adanya negara untuk bangsa Yahudi.
Mengapa Palestina? Karena itu disebutkan dalam kitab suci, bahwa Palestina adalah tanah yang sudah dijanjikan untuk mereka. Dengan bantuan Inggris, orang-orang Yahudi dari Eropa pun berdatangan ke Palestina dan merampas rumah serta tanah-tanah penduduk Palestina.
Sinopsis Film Farha
Jujur awalnya saya enggan menonton film ini, karena takut terguncang menyaksikan penderitaan rakyat Palestina. Sebab, ini berdasarkan kisah nyata. Lain halnya kalau fiksi. Jika ada adegan yang kejam, toh itu hanya fiksi. Nah, kalau kisah nyata ya berarti kan itu kejadian sebenarnya. Pastinya lebih membuat trauma dan sedih.
Setelah kejadian 7 Oktober yang masih berlangsung sampai awal November ini, saya pun menonton film ini. Untungnya, film ini hanya menyorot satu contoh saja kekejaman zionis. Hanya satu lho. Itupun sudah diprotes oleh Israel. Pada saat tragedi Nakba, Israel mengusir sekitar 700 ribu penduduk Palestina, dan membunuh ribuan orang lainnya yang tidak mau mengungsi. Belum lagi ada tragedi Sabra dan Shatila di mana Israel membantai rakyat Palestina di tempat pengungsian itu.
Seharusnya kita bisa membayangkan seandainya kita menjadi penduduk Palestina yang sudah memiliki rumah dan tanah. Tiba-tiba datang orang asing dari Eropa yang mengusir kita, bahkan membunuh kita kalau kita tidak mau pergi. Makanya saya heran kalau masih ada yang membela Israel.
Sampai hari ini tidak ada negara yang berani melawan Israel. Satu-satunya yang berani hanyalah Hamas, para pejuang gerilyawan Palestina yang disebut teroris oleh Israel dan dunia. Sosok Hamas justru mengingatkan saya pada sosok bandit-bandit pejuang kemerdekaan Korea di drama korea The Song of Bandits.
Farha adalah nama seorang gadis Palestina berusia 14 tahun yang ingin sekolah di kota. Ayahnya seorang walikota, awalnya ingin menikahkan Farha tapi kemudian mendaftarkannya sekolah di kota. Sayangnya, belum sempat berangkat, zionis Israel datang dan mengusir penduduk desa.
Tadinya Farha mau mengungsi bersama keluarga sahabatnya, tapi dia tidak mau meninggalkan ayahnya sendirian. Ayahnya pun menyembunyikannya di dapur yang kemudian dipalang pakai kayu dan paku supaya tidak bisa dibuka. Dari jendela dapur itu, Farha melihat kekejaman zionis Israel yang memasuki rumahnya.
Film berbiaya rendah ini memang tidak banyak menceritakan tragedi Nakba karena syutingnya lebih banyak di dapur Farha. Kita melihat kecemasan gadis 14 tahun yang terkunci di dapur sambil berharap ayahnya kembali. Ayahnya mencoba melawan zionis, tapi tidak tahu nasibnya bagaimana.
Kekejaman tentara zionis pun terlihat ketika ada satu keluarga Palestina yang masuk ke rumah Farha karena istrinya akan melahirkan. Keluarga ini memiliki 2 anak perempuan. Mereka sedang dalam perjalanan mengungsi. Istrinya pun melahirkan anak laki-laki. Farha pun bisa minta tolong dibukakan pintu oleh sang suami. Hampir terbuka pintunya, eh datang tentara zionis yang mengira keluarga ini adalah pemberontak.
Farha melihat keluarga ini dibantai oleh zionis, kecuali si bayi. Bayi itu digeletakkan begitu saja di tanah. Namanya juga bayi baru lahir. Setelah zionis pergi, Farha mencoba mendobrak pintu dapur demi bisa menyelamatkan si bayi. Sayangnya, bayi itu tetap tidak tertolong karena sudah berhari-hari menangis di bawah terik matahari.
Ulasan Film Farha
Ini adalah film yang sederhana karena dibuat dengan biaya rendah. Tidak menceritakan semua kekejaman zionis saat Nakba. Sehingga kalau kita belum baca sejarahnya mungkin kita juga tidak terlalu paham. Penggambaran tentaranya juga samar-samar, tidak diberikan teks bahwa itu tentara zionis. Hanya dari peci di kepala salah satu tentara, kita tahu bahwa itu zionis.
Berbeda dengan buku My Salwa, My Palestine yang banyak mengungkap kekejaman zionis saat tragedi Nakba. Sampai-sampai saya trauma membacanya, karena membayangkan menjadi rakyat Palestina pada saat itu. Harus mengungsi dengan berjalan jauh tanpa membawa bekal yang cukup. Para wanita diperkosa, lalu dibunuh. Sungguh membuat saya sering bermimpi buruk usai membacanya.
Jadi kalau mau menonton film Farha ini masih cukup aman untuk mental kita, karena adegan kekerasan juga tidak diperlihatkan secara gamblang. Hanya kita tahu bahwa keluarga itu ditembaki semuanya, kecuali si bayi yang dibiarkan kepanasan dan meninggal. Makanya saya heran kenapa film ini diprotes Israel, toh tidak menggambarkan semua kekejaman zionis.
Akting para pemainnya bagus-bagus meskipun bukan aktor terkenal, karena mereka asli dari Timur Tengah. Film ini digarap dengan serius, tidak terkesan asal-asalan. Meskipun hanya berlatarkan tempat di rumah Farha, film ini tetap bisa membuka mata kita tentang penjajahan zionis yang menghancurkan masa depan rakyat Palestina, termasuk Farha, seorang gadis yang ingin bersekolah di kota.
Barangkali kalau mau menonton film ini, setelah menonton masih harus dijelaskan lagi latar belakang sejarahnya. Cocok ditonton oleh anak-anak sekolah sebagai bahan edukasi mengenai sejarah konflik Palestina-Israel. Saya tidak bisa memihak penjajah, karena kenyataannya mereka memang menjajah. Ratingnya di google itu 80% karena memang sempat dibombardir rating bintang 1 oleh warga Israel yang memprotes film ini.
Buruan nonton sebelum dihilangkan dari Netflix, karena katanya film ini akan dihapus akibat banyaknya protes dari rakyat Israel yang memboikot Netflix.
Belum bisa aku mba nontonnya 😔. Biar dikata ga banyak adegan sadis, tapi masih ga kuat kalo udh nonton film apapun ttg si iblis itu. Jujur aku banyak skip semua video kekejaman mereka. Tapj bukan berarti aku diam. Ttp dukung, dengan donasi ke embassy palestina atau ga pakai lagi barang2 yg mensupport mereka sebisa mungkin..kec kalo pilihan alternatifnya ga ada yaa.
ReplyDeleteCukup baca review nya dari tulisan mba aja 😔
Sama mbak, aku juga skip video kekejaman mereka apalagi kepada anak-anak. Dulu cuma denger aja, sekarang bisa lihat nyata. Ini pun aku beraniin nontonnya supaya bisa share infonya.
Delete