Menjelang kelulusan sekolah, ada yang lagi rame di medsos yaitu penolakan acara wisuda anak TK-SMA. Nambahin penolakan pemberian hadiah untuk guru setiap ambil raport nih. Sampai-sampai meminta menteri pendidikan untuk mengeluarkan aturan penolakan wisuda anak.
Jujur saya nggak keberatan dengan acara wisuda anak, karena anak-anak sekolah di swasta yang biayanya nggak sedikit. Bukan mau takabur, tapi mungkin karena biaya sekolah anak sudah disiapkan jadi ya harus siap saat diminta bayar-bayar. Tapi saya juga nggak masalah kalau acara wisuda itu ditiadakan. Cukup foto keluarga saja seperti wisuda kedua anak saya saat pandemi. Intinya sih, saya ikut saja keputusan sekolah. Mau diadakan ya boleh, nggak diadakan juga nggak apa-apa.
Wisuda kedua anak saya saat SD itu kebetulan pas pandemi, jadi sangat sederhana. Awalnya wisuda si sulung juga akan diadakan di hotel dan menginap di vila. Biayanya cukup besar di atas 2 jutaan. Tiba-tiba pandemi dan acara-acara itu dibatalkan. Sebagian biaya pun dikembalikan, karena ada yang sudah untuk bayar DP dan nggak bisa kembali.
Wisuda anak kedua (usianya cuma beda setahun) juga masih pandemi dan sudah dirancang sederhana. Hanya ada foto keluarga. Jadi saya belum pernah merasakan acara wisuda anak yang heboh dan mewah. Kedua acara wisuda SD itu diadakan di sekolah saja.
Oh ya, waktu TK pun acara wisudanya nggak mewah. Si sulung dan tengah itu hanya acara di sekolah, biasa saja. Sedangkan si bungsu ada outing juga di tempat wisata dengan konsep perkebunan dan persawahan. Lalu wisuda di aulanya. Bagi saya itu juga hanya acara biasa dan sederhana.
Ada yang bilang katanya harus beli baju wisuda. Anak-anak saya sih enggak. Baju wisuda itu dipakai bergantian karena hanya untuk sesi foto. Jadi kalau sudah foto ya dibuka dan dipake temannya hehe. Nah, untuk wisuda si sulung yang lulus SMP ini adalah wisuda anak yang mungkin lebih meriah dibandingkan waktu SD.
Rencananya akan diadakan di gedung (bukan hotel). Anak-anak juga ada kegiatan outing perpisahan di vila Puncak Bogor. Itu adalah satu-satunya kegiatan outing menginap yang diikuti anak sulung saya, karena dia baru 1,5 tahun sekolah offline.
Baca Juga: 5 Tips Mengembangkan Kemampuan Digital Anak
Jadi ya ada rasa terharu juga akhirnya anak saya bisa mengikuti kegiatan bersenang-senang bersama teman-temannya. Begitu juga untuk acara wisuda SMP nanti, akan menjadi acara besar kedua yang diikutinya selama SMP. Acara besar pertama ada kegiatan Festival Seni yang diadakan di pertengahan kelas 9.
Wisuda Anak, Perlu atau Tidak?
Jawabannya, ya tergantung kemampuan ekonomi orangtua. Saya pernah menjadi anak dari orangtua yang ekonominya tidak mampu. Saking tidak mampunya, saya tidak ikut kegiatan study tour ke Jawa Tengah. Alm Mama saya tidak bisa membayar biayanya. Jadi saya hanya bayar buat kursi bus saja.
Sedih? Sebagai anak, saya sedih banget. Saya nggak bisa ikut jalan-jalan seperti teman-teman. Sampai sekarang masih terasa sedihnya. Saya nggak pernah sekali pun merasakan kegiatan study tour itu karena nggak pernah ikut. Bahkan waktu kuliah pun saya nggak ikut saat teman-teman jalan-jalan ke Bali.
Namun, apa boleh buat kalau orangtua memang nggak punya biayanya. Saya baru bisa jalan-jalan jauh setelah bekerja. Pakai uang sendiri. Jadi saya paham psikologi orangtua yang memang nggak mampu untuk membayar kegiatan-kegiatan anak seperti wisuda dan study tour.
Saat zaman saya dulu belum ada wisuda anak. Orangtua nggak galau memikirkan biaya wisuda. Hanya ada acara perpisahan yang biasa saja. Anak-anak pun pakai seragam sekolah. Entah sejak kapan acara wisuda anak pakai toga ini mulai dilangsungkan. Tapi keliatannya dimulai oleh sekolah swasta, lalu yang negeri juga ikutan.
Artinya, acara wisuda itu bisa diadakan bisa tidak tergantung kemampuan ekonomi semua orangtua. Jangan memaksakan harus mewah kalau ada sebagian orangtua yang tidak mampu. Begitupun kalau orangtuanya setuju dan mampu membayar, ya sudah diadakan pun tak masalah.
Intinya di sini diperlukan kepekaan sekolah untuk menilai kemampuan ekonomi orangtua siswa. Pihak sekolah jangan aji mumpung mentang-mentang banyak sekolah mengadakan acara wisuda, lalu ikut-ikutan mengadakan juga dengan biaya yang tak sedikit padahal banyak wali murid yang penghasilannya pas-pasan.
Contohnya di SD Negeri dekat rumah saya itu banyak wali murid yang orangtuanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Si mbak yang pernah bekerja di rumah saya pun mengeluh dengan beragam pungutannya. Bahkan ada kado untuk guru yang ulang tahun. Ampun deh. Sekolah anak saya di swasta saja nggak ada urunan beli kado ultah guru. Palingan ada urunan kalau guru melahirkan atau sakit dan dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Resep Bekal Hemat dan Sehat
Banyak nih sekolah negeri yang nggak sadar diri bahwa banyak orangtua murid yang ekonominya kurang. Makanya mereka nyekolahin di negeri karena gratis. Kalau untuk sekolah negeri ini diperlukan campur tangan Kemendikbud deh agar orangtua tidak merasa terpaksa membayar biaya wisuda anak.
Acara Wisuda Sederhana
Acara wisuda bisa dilangsungkan secara sederhana. Banyak biaya yang bisa dipangkas. Misalnya, acara dilangsungkan di lapangan sekolah (bukan hotel), baju wisuda hanya sewa bukan beli, tidak perlu mengundang musisi mahal sebagai pengisi acara (cukup anak-anaknya saja yang dilatih mengisi acara), dll.
Orangtua juga berdandan sesuai kemampuan saja. Saya hanya beli baju di toko oren yang murah meriah dan nggak pakai MUA segala untuk makeup. Cukup makeup sendiri. Acara wisuda ini yang terpenting buat saya itu hanya foto keluarganya saja untuk kenang-kenangan. Acaranya boleh ditiadakan, tapi fotonya harus tetap ada dong.
topik yang sedang hangat karena 1-2 minggu ini isi timeline-ku adalah wisuda dan pentas seni.
ReplyDeleteselama memang dibicarakan dengan wali murid, sudah ada kesepakatan juga dan kalau bisa biayanya dipersiapkan jauh-jauh hari supaya ga kaget harus bayar jutaan. Pernah baca obrolan di grup ibu-ibu, ada yang dari awal masuk sekolah udah nyicil perbulan untuk biaya wisuda.
Setujuuuu mba. Kalopun mungkin mau di larang, ya yg negeri ajalah. Kalo swasta mah terserah, Krn mereka pada dasarnya juga udh tinggi biaya sekolah.
ReplyDeleteAnak2ku semuanya sekolah negeri. Bukan Krn ga mampu swasta, tapi aku pengen lebih fokus ajakin anak2 melihat dunia luar daripada bayar sekolah mahal 🤣. Kami memang keluarga traveler banget soalnya.
di negeri pungutannya juga beragam, cuma ga mahal. Tapi ga semua ortu murid mampu. Cuma sekolah anakku mau ngerti, dan biasanya yg mampu mensubsidi yg kurang mampu. Aku ga masalah, mendingan gitu sekalian bantu mereka.
Syukurnya ga ada acara wisuda di sekolah anak2. Mungkin kepala sekolahnya sadar kalo banyak ortu murid yg kurang mampu.