Liburan akhir tahun hampir berakhir nih. Alhamdulillah, masih dikasih kesempatan untuk traveling sekeluarga meskipun sebentar. Pulangnya juga tetap sehat dan selamat di tengah kondisi cuaca yang tak menentu serta bencana alam yang biasa melanda pada akhir tahun begini. Apalagi perjalanan kami kali ini menggunakan kapal laut ke Pulau Pari di Kepulauan Seribu. Agak deg-degan juga khawatir hujan seharian dan kapalnya nggak jadi berangkat.
Perjalanan ini bisa dibilang mendadak karena suami baru mengabarkan dua hari sebelum berangkat. Dia memesan paket traveling ke Pulau Pari. Katanya sih pengelola travelnya itu salah seorang temannya sewaktu di kampus dulu. Jadi, suami nggak ragu ya untuk langsung transfer pembayaran buat lima orang. Per orangnya Rp 386 ribu tapi bisa jadi ada biaya tambahan sehingga bulatkan saja jadi Rp 400 ribu per orang.
Baca Juga: Pengalaman Menginap di Hotel Karang Sari Pelabuhan Ratu
Itinerarynya dari hari Sabtu pagi sampai Minggu siang. Kami berangkat tanggal 24 Desember 2022 jam 4.30 pagi. Begitu selesai salat Subuh, langsung deh naik mobil pribadi ke Pelabuhan Muara Angke di Kaliadem. Tadinya sempat terpikir mau naik kendaraan umum, karena bingung nanti menyimpan mobilnya di mana. Ternyata bisa parkir lama di Pelabuhan Muara Angke. Jadi ya sudah kami naik mobil sendiri supaya lebih cepat, lalu ditinggal saja mobilnya di parkiran Pelabuhan Muara Angke.
Di jadwalnya sih kapal lautnya berangkat jam 7 pagi. Makanya kami langsung cepat-cepat berangkat dari Depok setelah salat Subuh. Berhubung masih pagi, jadi jalanannya lancar dan bisa sampai di Pelabuhan Muara Angke jam 6 kurang. Aroma amis langsung menyerbu penciuman, sampai pakai masker double. Ini pertama kalinya kami ke pelabuhan, jadi ya langsung syok dengan baunya. Katanya agak sulit buang air kecil, karena susah air bersih. Alhamdulillah, saya bisa buang air kecil di toilet dan airnya cukup. Toiletnya juga cukup bersih. Jadi sirna deh kekhawatirannya.
Sebelum naik kapal, scan tiket dulu yang dikirim oleh travel agen ke whatsapp. Enaknya pakai travel agen, ya tinggal jalan saja. Semua sudah disiapkan. Kata suami saya, kalau beli sendiri tiketnya per orang Rp 70 ribu. Setelah scan tiket, langsung masuk deh ke dalam kapal. Untuk naik ke kapalnya, harus melewati beberapa kapal lain. Tantangan banget nih, tapi seru. Bersyukur banget cuacanya cerah, nggak hujan sama sekali. Semesta mendukung perjalanan kami ke Pulau Pari.
Ternyata di dalam kapal itu agak lama menunggu, karena baru berangkat jam 8 pagi. Untung anak-anak sudah sarapan semua. Tinggal saya yang belum sarapan. Alhamdulillah, ada yang jualan lontong dan tahu. Harganya normal, nggak dimahalkan meskipun sudah tahu kalau kami wisatawan ya. Kaget juga sih biasanya kan suka dimahalin. Saya pun bisa sarapan deh, karena perjalanannya ini makan waktu dua sampai tiga jam. Saya nggak bawa bekal. Hanya bawa air minum dan sedikit snack.
Kenapa saya nggak bawa banyak bekal? Karena kami harus membawa tas sendiri-sendiri. Biasanya kan kalau bepergian itu pakai mobil, kami bebas mau bawa barang sebanyak apa pun. Berhubung sekarang naik kapal laut, ya kami bawa secukupnya saja. Untungnya anak-anak saya bawakan air minum semua, karena di kapal itu cukup lama, gerah, dan haus.
Di kapal itu kami bisa pilih duduk di atas atau di bawah. Kalau di atas, duduknya itu selonjoran karena nggak ada bangkunya. Suami berpikir mungkin nanti nggak enak kalau duduk bersila, khawatir kakinya kesemutan. Jadi kami duduk di bawah atau bagian dalam kapal. Kalau di dalam itu banyak bangku kayu. Setiap bangku ada pelampungnya untuk berjaga-jaga kalau kapalnya tenggelam. Setiap orang harus memegang pelampungnya masing-masing. Lebih baik lagi kalau dipakai sih.
Akhirnya jam 8 pagi, kapalnya berangkat. Terasa membosankan karena duduknya di dalam kapal. Jadi pemandangan ke luar itu terbatas. Bisa lihat dari jendela, tapi nggak terlalu merasakan nikmatnya. Justru rasanya pusing karena kapalnya goyang-goyang. Syukurlah nggak sampai muntah, karena pas mau keluar kapal, ada muntahan orang.
Baca Juga: Menyambut Pagi di Pelabuhan Ratu
Sekitar jam 11-an, tibalah kami di Pulau Pari yang membuat saya terpukau. Cantik banget pemandangannya seperti di film-film Hollywood. Airnya biru dan bersih, beda banget dengan di Pelabuhan Muara Angke yang airnya hitam dan bau. Warga Pulau Pari ini sangat tertib membuang sampah. Ada banyak tempat sampah, sehingga nggak terlihat satu sampah pun di pinggir laut meskipun ada banyak orang di sana. Nggak ada bau yang mengganggu seperti waktu di Pelabuhan Muara Angke, dikarenakan pulaunya ini bebas sampah.
Salut deh dengan kedisiplinan warganya. Warga Jakarta harus meniru ini nih, supaya Pelabuhan Muara Angke nggak bau lagi. Sambil menunggu pemandunya datang, kami jajan dulu di pinggir laut. Ada banyak pedagang makanan telur gulung di Pulau Pari sampai kami pikir ini jajanan khas Pulau Pari saking banyaknya. Terkejutnya lagi, harganya juga normal. Hanya Rp 2000/ tusuk. Bisa pilih bakso, sosis, atau telur gulung. Saya kira kalau di tempat wisata akan lebih mahal harganya.
Pemandu wisatanya pun datang dan kami berjalan ke homestay yang sudah disiapkan. Letaknya juga masih dekat dengan pelabuhan. Di sini nggak ada hotel bintang lima. Kalau menginap ya di homestay, yaitu rumah-rumah warga yang dijadikan tempat penginapan. Sudah tentu bentuknya seperti rumah biasa. Kami tinggal satu rumah dengan satu keluarga lain yang juga jumlah orangnya ada lima. Jadi total satu rumah diisi 10 orang.
Rumahnya bersih dan ada AC-nya. Ada dua kamar di dalamnya, satu kamar berlima. Sudah biasa sih, kalau di hotel juga begitu. Istirahat sebentar, salat, dan makan siang yang juga sudah disiapkan. Menunya menu rumahan, yaitu sayur asam, ikan kembung, sambal, dan kerupuk. Enaknya gini sih pakai travel agen, nggak usah mikir lagi mau nginap di mana, makan apa. Begitu datang sudah langsung menikmati seperti menginap di rumah saudara saja.
Baca Juga: Menginap di Hotel Angker Marbella Anyer
Setelah salat dan makan, jangan tidur dong. Kami langsung ada jadwal wisata yaitu snorkeling. Wah, nggak sabar pengen tahu kayak apa snorkeling itu. Berenang di tengah laut bersama ikan-ikan. Biasanya kami kan hanya berenang biasa di tepi pantai, nggak sampai ke tengah. Makanya ini menjadi pengalaman baru buat kami. Pengalaman snorkelingnya akan saya tulis di artikel selanjutnya ya.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....