Kawah Talaga Bodas Garut, Wisata Alam Murah

Waaaah... udah mau tanggal 5 Januari, belum ada tulisan baru. Baiklah, kali ini saya akan bercerita pengalaman jalan-jalan ke Taman Wisata Alam Talaga Bodas Cipatuh, Garut. Kegiatan ini dilakukan sebelum pandemi gelombang kedua. Saat itu PPKM sudah dilonggarkan, lalu saya sekeluarga jalan-jalan deh. Selama pandemi, kami berusaha menahan diri untuk nggak jalan-jalan. So, itu pertama kalinya kami jalan-jalan lagi. Nggak nyangka setelah itu malah ada serangan gelombang kedua yang parah banget. Alhamdulillah, kami sekeluarga sehat-sehat karena tetap menjaga protokol kesehatan selama di Talaga Bodas dan tentunya karena perlindungan Allah Swt juga. 

 

 

Rombongan jalan-jalan ini berisi keluarga mertua, saya dan keluarga adik-adik ipar. Makanan dan minuman dibawa dari rumah mertua. Ibu mertua yang memasak makanan untuk makan siang. Jadi, kami bawa bekal sendiri. Nggak makan di warung makan atau restoran. Ibu mertua memasak nasi liwet dan lauk pauknya. Perjalanan juga menggunakan mobil pribadi, ada dua mobil untuk mengangkut semua anggota keluarga yang ikut. Perjalanannya sekitar 1 jam dari rumah mertua, karena tempatnya di gunung. Sepanjang jalan, sudah tentu dimanjakan dengan pemandangan hijau-hijau pegunungan dan udara yang sejuk.

 

Tiba di lokasi, kami makan siang dulu sebelum naik ke atas kawah. Makannya di tempat parkiran mobil. Memang ada lahan kosong di depan warung-warung makan. Bapak-bapak memesan kopi dari warung makan di sebelah tempat kami makan. Kalau nasi dan lauk pauknya sih sudah lengkap disediakan oleh ibu mertua yang memang jago masak. Bapak mertua juga jarang mau makan masakan orang lain. Jadi memang sudah terbiasa bawa bekal ke mana-mana. Setelah nasi liwet dan teman-temannya masuk ke perut, kami pun berjalan kaki naik ke atas kawah.

 

Ibu mertua dan adik-adik ipar yang nggak kuat jalan kaki, naik ojek dengan tarif Rp 10.000 per orang. Saya memilih jalan kaki sekalian olahraga walaupun sudah diberitahu kalau jalannya agak jauh. Sepertinya percuma kalau jalan-jalan tapi nggak pakai kaki. Memang sih jaraknya agak jauh kurang lebih 1,5 km dan jalannya menanjak pula. Di pertengahan jalan, saya sekeluarga istirahat dulu duduk di tempat duduk yang memang disediakan di sepanjang jalan sambil minum. Minuman bawa sendiri dari bawah. Di atas tidak ada yang berjualan. 

 

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan bikin ngos-ngosan, sampai juga kami di Kawah Talaga Bodas. Dari jauh sudah tercium bau belerang, karena airnya memang air belerang. Airnya terlihat cantik karena berwarna hijau kebiruan dan bening. Tidak ada sampah dan kotoran di atasnya. Tentu saja karena tidak ada yang boleh berenang di sini, paling hanya bisa celup-celup kaki. Sudah ada peringatan agar tidak berlama-lama di dalam air karena mengandung belerang. Kalau kelamaan, bisa pingsan. 

 

Walaupun tidak enak dicium, air belerang ini bermanfaat untuk mengobati penyakit kulit. Jadi buat pengunjung yang punya penyakit kulit di kaki, ceburkan saja kakinya. Suhu airnya biasa saja, tidak panas atau dingin. Aman kok. Kawahnya berbentuk seperti danau. Andai tidak berbau belerang, pasti banyak orang yang mau berenang. Anak-anak saja antusias sekali ingin main air dengan mengabaikan baunya. 

 

Yup, kami tidak berlama-lama di sekitar kawah. Antara 30 menit sampai satu jam kemudian, kami sudah kembali ke parkiran. Saya tidak mau jalan kaki lagi, karena sudah capek. Tukang ojek sudah menunggu. Satu ojek bisa dinaiki dua penumpang. Hemat biaya. Oya, harga tiket masuknya murah sekali kok. Per orang hanya Rp 7500 dan kendaraan Rp 15000. Itu tahun 2020. Sekarang harganya mungkin sudah naik ya. 

Nah, sudah tahu kan mau ke mana  kalau jalan-jalan ke Garut? Ada lagi nih tempat wisata di Garut yang juga naik-naik ke atas gunung dan menikmati pemandian air panas yaitu Puncak Darajat, Renang di Air Panas Berselimut Kabut.