"Bangsa ini mengabaikan potensi besarnya yaitu perempuan. Perempuan lebih banyak terjebak dalam urusan domestik. Padahal perempuan juga bisa membagikan pemikirannya ke dalam tulisan. Mulailah menulis hal-hal yang dikuasai dan disukai. Jangan menulis hanya mengikuti arus. Untuk bisa menjadi penulis yang baik, maka kita harus menjadi pembaca yang baik juga."
Kalimat di atas adalah sebagian pemaparan Kang Maman dalam acara IG Live JNE dengan tema Bahagia bersama Literasi yang diadakan di instagram @jnenewsonline. Sudah tiga kali saya mengikuti IG Live JNE ini yang membahas tentang literasi. Tentunya dunia literasi adalah dunia saya karena sudah saya geluti sejak masih SD.
Saya bersyukur karena orangtua saya juga menyukai dunia literasi. Ayah saya dulu suka menulis puisi, sedangkan ibu saya suka menulis artikel di majalah. Sejak kecil, saya sudah diberikan majalah anak-anak yang terkenal, Ananda dan Bobo. Saya jadi suka membaca. Saat SMP, saya sudah tidak dibelikan majalah lagi, tapi saya membeli sendiri.
Rubrik yang paling saya suka di majalah itu adalah cerita pendek. Akhirnya saya mulai belajar otodidak menulis cerita pendek. Saya memberanikan diri mengirimkannya ke majalah dengan diketik menggunakan mesin tik pinjaman. Setelah puluhan cerpen ditolak, saya merasakan juga melihat cerpen dimuat di majalah saat kelas 3 SMA.
Saya makin semangat menulis cerpen dan novel. Lulus kuliah, saya berhasil menerbitkan satu novel. Hingga sekarang sudah puluhan novel yang diterbitkan. Tibalah waktunya saya menikah dan merasakan menjadi ibu rumah tangga yang kata orang lebih banyak bergelut dengan urusan domestik seperti dapur, sumur, dan kasur.
Yup, itu memang benar. Mau tidak mau kalau sudah memutuskan menjadi ibu rumah tangga pastilah harus mengurusi urusan domestik. Apalagi kalau sudah punya anak dan tidak ada asisten rumah tangga. Saya sempat berhenti menulis dan membaca karena kesibukan itu, tetapi saya merasakan ketidakbahagiaan. Sepertinya ada yang mau meledak dari kepala saya.
Fenomena ini bukan hanya dirasakan oleh saya sendiri. Banyak ibu rumah tangga yang stres bahkan depresi karena terkungkung oleh rutinitas domestik. Bukannya pekerjaan rumah tangga itu tidak berarti. Tentu saja sangat berarti untuk keluarga. Akan tetapi, perempuan juga membutuhkan sarana untuk aktualisasi diri. Yang paling mudah adalah dengan membaca dan menulis, karena bisa dilakukan dari rumah.
Saya pun kembali membaca dan menulis, salah satunya dengan menulis di blog ini. Saya juga masih menulis novel. Kali ini novel-novel saya diterbitkan di platform novel. Tema yang saya tulis juga berhubungan dengan dunia wanita dan ibu rumah tangga, dunia yang dekat dengan saya sehari-hari. Seperti kata Kang Maman tadi, mulainya menulis hal-hal yang kita kuasai dan kita sukai. Menulis hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari kita itu lebih mudah.
Saya pun bertemu dengan sesama ibu-ibu rumah tangga yang juga suka membaca dan menulis di tengah kesibukan mengurus rumah tangga. Dengan menulis dan membaca, kami bisa mengatasi kebosanan, stres, bahkan depresi karena urusan rumah tangga itu. Kami bisa menuangkan pikiran yang terpendam dan membuktikan bahwa ibu rumah tangga itu juga cerdas.
Bahkan dari aktivitas menulis itu, kami bisa membantu menambah pemasukan rumah tangga. Tulisan saya di blog dan di platform novel menghasilkan pundi-pundi rupiah yang lumayan. Banyak ibu rumah tangga yang stres karena gaji suaminya tidak mencukupi. Dengan menulis, saya jadi bisa menutupi lubang-lubang kecil di dalam perekonomian rumah tangga.
Literasi menjadi salah satu resep bahagia ibu rumah tangga. Andaikan tidak menulis dan membaca, pasti saya sudah merasakan kebosanan yang luar biasa. Para ibu rumah tangga juga memiliki potensi yang besar untuk memajukan Indonesia melalui literasi. Bayangkan berapa banyak karya literasi yang bisa dihasilkan oleh ibu rumah tangga?
Merasa susah untuk menulis? Bisa dimulai dengan tulisan-tulisan sederhana dulu seperti menulis di blog ini. Beberapa contoh tema tulisan yang bisa ditulis oleh ibu rumah tangga adalah:
- Resep Masakan
- Parenting/ Pengasuhan Anak
- Edukasi/ Pendidikan Anak
- Cerita sehari-hari yang ringan
- Resensi buku
- Resensi film atau drama (terutama drama korea nih)
- Cerita pendek/ cerita bersambung
- Persoalan perempuan dan sharing pendapat.
- Menulis tidak hanya berdasarkan "katanya" tapi harus berdasarkan data dan fakta. Jadi kita harus banyak membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik.
- Buatlah outline saat menulis yaitu bagian awal, tengah, dan akhir. Penulis tidak boleh ragu menyampaikan pikiran dan pendapatnya. Jangan takut berbeda dengan orang lain.
- Pilih tema yang disukai. Jangan ikut-ikutan arus kalau kita tidak suka menulisnya.
Acara Bahagia bersama Literasi @jnenewsonline |
Perempuan itu mutitasking dan fleksible ya maak, meski dirumah menjadi ibu rumah tangga tapi peran perempuan sekarang hebaat banyak blogger2 keren dan penulis buku keren hanya di dari rumah saja.
ReplyDeleteMantap banget ini sih Mbak Leyla. Btw aku punya 1 buku karya Mbak Leyla, loh
ReplyDeleteSalut, ternyata skill menulisnya sudah diasah sejak masih kecil mbak
Benar Jangan menulis kalau tidak suka dan hanya mentingkan view. Itu namanya maksain diri. Akhirnya kita enjoy dalam merangkai kata
ReplyDeleteDari menulis kita bisa banyak mendapatkan ilmu, manfaat dan pengetahuan serta ketrampilan ya mba. Ayoo jangan malas menulis
ReplyDeleteMba, aku termasuk yang jarang menulis outline. Kayaknya harus belajar lagi menulis outline biar tulisannya juga alurnya bagus. Dulu aku pernah nulis resep makanan, tapi udah lama banget nggak nulis. Tetap bahagia selalu, mba :)
ReplyDeleteParagraf pertama ngena banget mba. Kita bener harus jadi pembaca yang baik ya sebelum menjadi penulis yang baik. Mantap nih pemaparan materi dari kang maman jne
ReplyDeletecewek single juga resep bahagianya menekuni dunia literasi. kayak apa yang molly lakuin sekarang
ReplyDeleteJIka semua ibu rumah tangga menuangkan ribuan katanya dalam bentuk tulisan, jadinya lebih bermanfaat ya. Menulis bisa buat release stres juga, selain mencerdaskan.
ReplyDeleteAlhamdulillah banget diberikan kemampuan untuk terus bisa menyisihkan waktu biar bisa menuliskan apa yang dirasakan, nih. Banyak sekali hal positif dari kegiatan ini ya. Semoga bisa konsisten...
ReplyDeleteSetuju banget mbak nulis itu stres release banget. Kalo kerjaan lg banyak banyak pikiran negatif wes nulis aja langsung seger lagi. Apalagi klo lewqt tulisan bisa nambah2 penghasilan ya, makanya ibu2 dianjurkan banget ya utk melek literasi
ReplyDeleteMenulis itu bagaikan sebuah proses dan memiliki masa.
ReplyDeleteDan sebenarnya..bagaikan sidik jari yang mudah dikenali ketika terbiasa membaca tulisan dari penulis tertentu.
Senang sekali bersama IG Live JNE, Perempuan bisa Bahagia bersama Literasi.
emang jadi ibu itu harus terus belajar ya makkk. semoga dengan menulis jadi lebih plong bahagia kitanya. kalau dipikir2 emang rada hetik kadang ya dunia iniiii seputar anakkk wae
ReplyDeletetapi kalo ga gini yaa gimana :")
Banyak loh teman nanya gimana sih tips untuk menulis di blog. Selalu kujawab, kalau mau nulis, ya udah nulis aja. Persis dengan tips di tulisan ini, mulailah dengan apa yang kita sukai. Suka masak ya tulis aja resep, suka membaca ya tulis aja tentang resensi buku yang dibaca. Kadang yang kepikiran malah yang sulit-sulit, padahal kalau udah ngadepin laptop dan jari-jari bergerak tuh, entar bakalan keluar semua apa yang terpendam dalam pikiran, iya kaaann...
ReplyDeleteEmang untuk menjadi penulis yang baik itu mesti banyak membaca ya mbak, bukan cuma membaca tulisan tapi juga kondisi lingkungan sekitar
ReplyDeleteBenar-benar inspiratif bagi kaum perempuan nih Mbak, padahal jau lebih baik ketika potensi dalam diri masing-masing dpt mereka kenal dan bukan hanya pada terjebak permasalahan rumah tangga.
ReplyDelete