"Menulislah dengan bahagia. Siapkan hati dan kosongkan pikiran untuk menerima cerita-cerita yang ada dalam semesta dan dituangkan ke dalam tulisan."
Sepenggal kalimat pembuka dari Kang Maman dalam IG Live "Asyiknya Nulis yang Asyik ke-2" yang ditayangkan di IG @jnewsonline seketika menyentak kesadaran saya. Sudahkah saya menulis dengan bahagia?
Pernah mengalami mandeg menulis? Susah menulis? Ide kering? Jangan-jangan itu karena kita menulisnya dengan tidak bahagia. Sama seperti yang saya rasakan belakangan ini. Menulis karena terpaksa, akhirnya jadi berhenti menulis karena idenya kering.
Terus gimana dong? Kalau kata Kang Maman, kembangkan kreativitas senyamannya kita saja asalkan kita happy saat menulisnya. Jadi kuncinya memang harus bahagia saat menulis. Kita punya cara masing-masing gimana supaya menulis dengan bahagia.
Gimana supaya lancar menulis? Kang Maman menyebutkan bahwa sebaiknya kita menulis sesuatu yang memiliki kedekatan dengan diri kita. Dengan kata lain, menulis sesuatu yang kita alami sehari-hari atau ada di depan mata itu lebih mudah daripada menulis sesuatu yang jauh dan hanya ada di awang-awang.
Nah, saya setuju itu. Memang saya sadari bahwa lebih mudah menulis berdasarkan pengalaman sehari-hari atau sesuatu yang kita lihat sendiri. Selain menulisnya juga lancar, ceritanya pun lebih dekat ke hati. Kejadian sehari-hari itu sebenarnya ada banyak yang bisa dituangkan ke dalam tulisan asalkan kita mau membuka hati dan mengosongkan pikiran untuk menerima cerita-cerita yang berseliweran di sekitar kita.
Itulah yang mendasari Kang Mamang menulis buku Bahagia bersama JNE, yang mengangkat cerita-cerita bahagia yang berhubungan dengan JNE. Buku itu disemarakkan dengan ilustrasi menarik dari Mince Kartun. Kang Maman turun langsung ke lapangan untuk mencari cerita Bahagia bersama JNE, sehingga dia benar-benar menuliskan sesuatu yang nyata.
Begitu juga kalau kita mau menulis dengan bahagia. Kalau mau menuliskan pengalaman orang lain, kita bisa mendengarkan langsung dari orang itu sehingga ceritanya terasa dekat dan kita pun bisa menuliskannya dengan lancar.
Gimana? Apakah sudah kembali lagi semangat menulisnya setelah mendapatkan inspirasi dari Kang Maman? Kalau belum, ikuti saja bincang-bincang berikutnya bersama Kang Maman di Instagram jnewsonline karena bakal ada "Asyiknya Nulis yang Asyik" season berikutnya di #jnewsxkangmaman.
Omong-omong, ini cara saya membangun kreativitas dengan senyamannya saya:
- Berdoa sebelum menulis agar diberikan inspirasi dan kelancaran
- Siapkan segelas kopi supaya mata melek
- Siapkan cerita yang ingin ditulis, tentunya setelah melalui proses pengamatan dan perenungan
- Buka laptop dan word dokumen
- Jangan buka dulu aplikasi chatting dan media sosial
- Mulai menulis dengan fokus
- Dorong terus motivasi menulis dengan tujuan awal mengapa kita menulis
Alhamdulillah, biarpun masih sering bad mood, saya tetap bisa menulis. Bahkan saat menulis artikel ini pun, dalam waktu satu jam bisa saya selesaikan meskipun sebelumnya listrik mati berjam-jam dan kondisi badan juga sedang tidak enak akibat diare. Pada dasarnya kalau kita sudah senang menulis, kita akan berusaha sekuat mungkin untuk menulis. Dan kendala terbesar yang saya rasakan itu sebenarnya adalah rasa malas.
Siapa yang kendalanya sama dengan saya? Cara untuk mengenyahkan rasa malas adalah dengan memikirkan bagaimana perasaan orang setelah membaca tulisan kita. Siapa tahu tulisan kita bisa menginspirasi orang lain dan membuat mereka tergerak melakukan hal-hal yang positif. Itu sudah menjadi mood booster untuk saya. Sudah siap menulis dengan bahagia, kan?
Nah, bener banget mbak salah satu kegiatan yang membuat bahagia jadi tidak perlu dijadikan beban, karena ini juga upaya mengungkapkan perasaan dan pikiran agar kita tidak tertekan.
ReplyDelete