Tak terasa waktu berjalan cepat, tahu-tahu anak-anak sudah beranjak remaja. Kadang-kadang saya merindukan masa kecil mereka meskipun sangat repot karena usianya berdekatan. Sayang sekali, banyak foto masa kecil mereka yang sudah hilang karena laptop saya dibawa kabur oleh tukang servisnya.
Laptop tempat menyimpan banyak foto anak-anak saat masih kecil itu tiba-tiba rusak karena memang kualitas laptopnya kurang bagus. Merknya saja sekarang entah ke mana, tergusur oleh merk-merk laptop berkualitas. Dulu saya beli tanpa pengetahuan mengenai merk laptop yang bagus. Nyesel sih kalau diingat lagi, mana belinya pakai hadiah lomba menulis novel.
Baru 2 bulan dipakai, eh laptopnya mati. Suami membawanya ke tukang servis yang bekerja sebagai teknisi komputer di kantornya. Jadi, suami sudah percaya sekali dengan orang itu. Belum diperbaiki, eh orangnya berhenti bekerja dan pindah ke luar Jawa. Laptop saya dibawanya pula beserta semua foto anak-anak di dalamnya. Orangnya sudah hilang kontak. Benar-benar tidak punya niat untuk mengembalikan laptop saya. Mungkin sudah dijualnya.
Jadilah saya tidak punya foto anak-anak saat bayi sampai usia sekitar 3 tahun, kecuali beberapa yang tersimpan di blog ini tapi resolusinya kecil karena sudah diresize. Saya jadi terpikir untuk mencetak beberapa foto anak-anak meskipun sudah terlambat, yaitu foto-foto setelah mereka berusia di atas 5 tahun. Ya tidak apa-apalah, yang penting anak-anak tetap punya foto kenangan masa kecil yang kelak pasti akan mereka rindukan setelah dewasa.
Nanti album fotonya disimpan di lemari ruang tamu, lalu bisa dilihat-lihat kalau sedang kangen. Memang sih kita bisa menyimpan foto di laptop, email, google drive, tablet, ponsel, atau banyak media sosial yang disetting privat seperti teman saya yang menyimpan foto di facebook. Tapi tentu banyak hal bisa terjadi, seperti laptop yang hilang atau media sosial yang dihapus karena sudah bangkrut. Contohnya, multiply dan path. Mana tahu nanti facebook, instagram, bahkan blog ini juga menghilang di masa depan? Hilang juga semua kenangan di dalamnya.
Saya sendiri sangat menyayangkan karena orangtua saya tidak punya foto-foto masa kecil saya. Kalaupun ada, fotonya sudah rusak dan itupun sedikit sekali. Saya jadi penasaran dulu waktu kecil saya seperti apa ya? Apakah ada perbedaan yang jauh dengan yang sekarang? Bisa jadi nanti anak-anak saya juga bertanya-tanya wajahnya semasa kecil dulu. Atau ingin mengenang tempat-tempat yang kami datangi bersama-sama, karena kami sering jalan-jalan.
Saya juga kelak ingin mengenang masa kecil anak-anak, terlebih kalau mereka sudah berkeluarga dan tinggal di rumah masing-masing. Melihat foto-foto mereka di masa kecil setidaknya bisa mengurangi sedikit kerinduan bersama mereka. Itulah yang membuat saya memutuskan untuk cetak foto.
Pertama kali saya cetak foto di tempat cetak foto dekat rumah. Ternyata hasilnya jelek. Warnanya tidak terang dan cepat pudar. Aduh, kapok deh. Lalu, saya melihat promosi ID Photobook di Instagram dan jadi tertarik untuk melihat-lihat websitenya. Wah, sepertinya menarik nih karena konsep cetak fotonya berbeda dengan yang lain.
Foto-foto dicetak dengan konsep majalah atau Photobook. Jadi, foto-fotonya sudah menyatu di dalam albumnya. Nah, saya coba deh pilih paket Laura Series harga normal Rp 358.000. Sekarang sedang ada diskon jadi Rp 235.000. Jumlah halamannya ada 48 ukuran 20 x 30 cm, bisa memuat 80-100 foto. Saya pilih 100 foto terbaik dari semua foto yang ada di laptop. Ada foto anak-anak, foto saya sendiri, foto keluarga, foto keluarga besar, dan masih banyak lagi. Saking banyaknya, saya sampai perlu waktu 3 hari untuk memilih foto karena semua fotonya berkesan sih.
Selain paket Laura Series, juga ada pilihan paket lainnya ya dari harga Rp 125.000 - Rp 1.200.000 harga diskon, tergantung ukuran album dan jumlah foto yang ingin dicetak. Harganya sebanding dengan kenangan yang akan terus tersimpan di dalam album fotonya. Dengan cetak foto, kita jadi bisa sering-sering melihat album foto tersebut sambil mengenang saat foto itu diambil. Duh, jadi terharu.
Untuk mengunggah foto-foto yang mau dicetak, langsung saja ikuti langkah-langkahnya di website ID Photobook ya. Nanti kita pilih disain albumnya, lalu urutkan foto-fotonya dari nomor 1-100. Foto nomor satu adalah foto yang akan menjadi kover albumnya. Foto yang dikirim harus resolusi tinggi atau minimal 500 MB supaya tidak pecah saat dicetak.
Lalu, untuk pemesanan dan pembayarannya juga sangat mudah dan bisa melalui websitenya. Pembayaran menggunakan transfer bank BCA atau Mandiri. Pengirimannya menggunakan JNE atau Sicepat. Untuk proses cetaknya memakan waktu 5 hari ya. Jadi, dari sejak dipesan sampai album fotonya saya terima, kurang lebih 7 hari. Album fotonya dikirim dari Yogyakarta, tapi tenang saja buat yang tinggal jauh dari Yogya karena gratis ongkos kirim. Mantap banget kan.
Begitu albumnya datang, wow saya terpukau. Hasil cetak fotonya bagus sekali seperti di majalah. Kertasnya tebal dan licin. Warnanya juga tajam dan cerah. Disain albumnya juga bagus bangeet. Nggak ada kurangnya deh menurut saya. Saya jadi mau pesan lagi, tapi kumpulkan foto-fotonya dulu deh. Saya langsung menyimpannya di meja tamu supaya bisa dilihat-lihat oleh tamu saat berkunjung.
Sekarang saya mengerti kenapa namanya Photobook, karena memang albumnya itu seperti buku. Jadi bukan foto yang bisa dilepas-lepas sehingga kemungkinan hilang. Melainkan foto-fotonya menyatu dengan albumnya seperti foto di majalah. Untuk cetak foto, nggak usah mikir lagi. Langsung saja pesan di ID Photobook. Dijamin nggak menyesal, karena saya sudah membuktikan kualitasnya sendiri.
Ah, menyesal jadinya karena saya tidak cetak foto anak-anak sejak masih bayi padahal sedang lucu-lucunya. Waktu tak bisa kembali kan ya, makanya berhubung masih punya anak kecil, buruan deh mending cetak foto saja di ID Photobook. Untuk lebih lengkap mengenai kualitas hasil cetaknya, tonton unboxingnya di video youtube saya ya.
waaahh....kapan hari saya sudah mau booking mbak. Pas ada promo. Eh nggak sempat cari2 foto. Jadi pingin nih.
ReplyDelete