Sakit kanker? Apa yang langsung tercetus di pikiran ketika mendapatkan vonis kanker? Harapan hidup yang menipis? Penyakit kanker memang menjadi salah satu penyakit mematikan yang paling umum terjadi pada manusia. Jumlah pasien kanker terus meningkat seiring dengan peningkatan gaya hidup tidak sehat. Jarang berolahraga, memakan makanan sampah (makanan yang mengandung pengawet, pewarna, dan pemanis buatan), kebiasaan merokok dan minum minuman keras, serta paparan virus dan radiasi merupakan penyebab kanker yang dapat dicegah.
Hari Kanker Sedunia jatuh pada tanggal 4 Februari 2020 dan kali ini mengusung tema "I Am and I Will." Maknanya adalah bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani kanker. Yaitu dimulai dari meningkatkan kesadaran untuk mengurangi angka penderita kanker dengan menerapkan gaya hidup sehat, melakukan deteksi dini serta skrining kanker, dan bila ada keluarga yang mengidap kanker maka dibutuhkan dukungannya dengan mendampingi selama masa perawatan hingga tahap paliatif, serta memberikan pengobatan yang tepat.
Deteksi dini sangat diperlukan terutama pada orang yang berisiko terkena kanker. Jika sel kanker ditemukan lebih cepat, maka akan lebih mudah diobati. Gaya hidup sehat pun sebenarnya tidak susah-susah amat lho. Rajin berolahraga, memakan makanan yang sehat, serta menjauhi rokok dan minuman keras adalah beberapa hal yang bisa dilakukan sekarang juga. Dalam rangka menyebarkan informasi ini, tanggal 6 Februari 2020 lalu, saya bersama Forum Ngobras menghadiri Diskusi Nasional sehubungan dengan Hari Kanker Sedunia yang bertempat di RS Dharmais, Jakarta.
Diskusi Nasional ini bertema "Penanggulangan Kanker secara Komprehensif dan Peran Keluarga dalam Program Promotif, Preventif, Deteksi Dini, Terapi sampai dengan Paliatif." Diskusi Nasional ini diisi oleh para narasumber yang merupakan pakar di bidangnya, serta perwakilan dari instansi/ organisasi dan komunitas asien Kanker. Acara dibuka oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, dr. Bambang Wibowo, Sp. OG (K), MARS.
Bambang Wibowo, Kemenkes |
Penyakit Kanker adalah penyebab kematian terbesar kedua di dunia. Tiga penyakit kanker dengan jumlah penderita terbanyak adalah Kanker Payudara, Paru-paru, dan Serviks. Total ada 348.809 kasus baru kanker di Indonesia selama tahun 2018 menurut data GLOBOCAN. Dalam 5 tahun terakhir, ada 207.210 pasien kanker yang meninggal dunia. Ternyata, 30-50% penyakit kanker itu dapat dicegah dengan gaya hidup sehat, tidak merokok, dan imunisasi. Sedangkan untuk Kanker Payudara dan Serviks dapat dicegah dengan deteksi dini dan skrining.
Aryanthi Baramuli Putri SH., MA., Ketua Umum Cancer Information and Support Centre (CISC) memaparkan pentingnya peran LSM dalam penanggulangan kanker komprehensif di Indonesia. Semakin bertambahnya pasien kanker di Indonesia salah satunya disebabkan oleh kurangnya edukasi dan keterlambatan diagnosa penyakit kanker. Sekitar 65,4 pasien kanker itu datang ke dokter setelah stadium 3 dan 4 yang mana penyebaran sel kankernya sudah sangat masif sehingga lebih sulit disembuhkan.
Ternyata, sebanyak 70% penyebab kematian itu disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular, salah satunya kanker, yang mencapai 12% dari total penyebab kematian. Seharusnya, proporsi pembiayaannya lebih dari 25% tetapi selama ini hanya 4% saja dibiayai dari JKN (Jaminan Kesehatan Nasional/ BPJS Kesehatan). Semua orang pasti setuju, penyakit kanker itu bisa membuat penderitanya mengalami kebangkrutan finansial dalam seketika karena biaya pengobatannya yang sangat mahal.
Dari hasil studi ACTION (ASEAN Cost in Oncology) yang dipublikasikan oleh BMC Medicine 2015, sekitar 70% pasien kanker yang meninggal dunia mengalami kebangkrutan finansial hanya 12 bulan setelah mendapatkan diagnosa kanker. Memang benar, saya sendiri mengalaminya ketika almarhumah mama saya divonis menderita kanker. Harta warisan berupa rumah dan tanah pun harus dijual. Bahkan, gaji dan honor ayah saya hanya dialokasikan untuk membeli obat. Gaji saya pun yang saat itu sudah bekerja, lebih banyak digunakan untuk membeli obat kanker. Jadi, penyakit ini memberikan beban ganda bagi pasien dan keluarganya.
Itulah mengapa perlu adanya dukungan dari organisasi dan komunitas pasien kanker, juga perhatian dari pemerintah. Pemerintah sendiri telah menerbitkan sejumlah aturan dalam sistem JKN tetapi masih dibutuhkan implementasinya. Sementara itu, dari Kemenkes harus lebih digalakkan lagi edukasi mengenai penyakit kanker melalui GERMAS, IVATest, SADARNIS, juga pemberian vaksin HPV, Mammografi, dan USG. Perlu juga adanya pemerataan akses pengobatan yang dapat memberikan perawatan terbaik.
Sayangnya, untuk Homecare (perawatan di rumah) dan Hospis belum ada payung hukumnya. Sedangkan pasien kanker itu terutama yang sudah stadium lanjut, membutuhkan perawatan di rumah pula yang optimal. Lalu, apa kontribusi dari organisasi dan komunitas pasien kanker demi kesembuhan pasien kanker dan penanggulangan penyakit ini?
Organisasi Pasien adalah organisasi nirlaba yang fokus pada kepentingan pasien dan mewakili kepentingan pasien di lembaga-lembaga pembuat kebijakan. Dukungannya berupa promosi dan edukasi publik untuk meningkatkan kesadaran akan pencegahan kanker, memberikan pelatihan seperti pelatihan mendampingi pasien kanker, pertemuan komunitas untuk saling memotivasi, mendampingi pasien yang menjalani terapi di rumah sakit, memberikan program bantuan pengobatan, homecare untuk pasien paliatif, membantu mengumpulkan dana untuk pengobatan, dan memberikan advokasi kebijakan.
Namun, tentunya peran pemerintah juga sangat penting untuk mendukung keberadaan dari organisasi ini. Yaitu dengan menjadikannya mitra pemerintah dalam hal pembuatan keputusan untuk pasien kanker, memberikan program pelatihan agar para anggotanya semakin teredukasi, memberikan wadah agar dapat terus terhubung, dan mendengarkan suara organisasi pasien dalam membuat keputusan. Keberadaan organisasi ini dapat mengurangi jumlah penderita kanker dan membantu meringankan penderitaan pasien kanker, jika bekerja secara optimal dan mendapatkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat luas.
Organisasi pasien kanker juga berharap penyakit kanker ini menjadi program prioritas nasional seperti halnya penyakit TB, Stunting, dan Malaria dan hindari membuat kebijakan yang tidak memberikan kualitas hidup pasien, seperti rujukan berjenjang, rujukan balik per tiga bulan, penghapusan obat target terapi, dan lain-lain. Pasien kanker seharusnya mendapatkan kemudahan dalam akses pengobatan. Saya setuju sekali ini. Apalagi obat penyakit kanker sangat mahal. Pada akhirnya, banyak pasien kanker yang tak tertolong dan tak punya harapan sembuh karena kesulitan mengakses obat kanker. Nah, bagaimana dengan pengembangan obat kanker dan aksesibilitasnya?
Prof. dr. Iwan Driprahasto, MMedSc, PhD. Ketua Komite Nasional (KOMNAS) Fornas (Formularium Nasional) Kemkes RI memaparkan soal akses dan ketersediaan obat dalam penanggulangan kanker di Indonesia. Selama satu dekade terakhir, pengembangan obat kanker lebih cepat daripada antibiotika. Di mana terdapat 849 obat dan vaksin untuk kanker selama 10 tahun ini, yang berarti setiap tahunnya ada lebih dari 75 obat dan vaksin baru untuk kanker. Fakta ini menunjukkan bahwa harapan hidup pasien kanker dapat meningkat dengan kemunculan obat-obatan yang baru.
Industri farmasi sendiri sangat peduli terhadap penyakit kanker ini. Terbukti, sebanyak 35% obat yang dihasilkan di dunia ini ditujukan untuk penyakit kanker. Dalam 5 tahun terakhir saja ada 57 obat kanker yang disetujui untuk 89 indikasi. Akan tetapi, semua itu percuma jika obat kanker sangat mahal harganya sehingga sulit dijangkau oleh pasien. Sehingga dibutuhkan mekanisme untuk memudahkan pasien dalam mengakses obat-obatan tersebut yaitu dengan kerjasama pemerintah, industri farmasi, dan klinisi.
Pemerintah melalui BPOM harus memberikan kemudahan mendapatkan persetujuan izin edar untuk obat yang bagus dan cara masuk formularium nasional agar didapatkan harga yang terjangkau. Begitu juga dengan industri farmasi, harus memberikan harga yang terjangkau dan sesuai dengan kondisi negara berpendapatan rendah. Percuma saja memproduksi obat kanker, tetapi tidak bisa dijangkau harganya oleh pasien. Obat-obatan itu tidak akan terpakai.
Bagaimana dengan Klinisi? Haruslah menggunakan obat secara on label dan sesuai indikasi. Jadi, memang sangat perlu mengembangkan obat yang inovatif sesuai model pembiayaannya. Untuk itulah, Pfizer selaku industri farmasi, berinovasi menghadirkan terapi pengobatan kanker yang sesuai kebutuhan pasien di waktu yang tepat. Pfizer berkomitmen untuk tetap menjadi mitra layanan kesehatan global di Indonesia, salah satunya dalam hal pengobatan kanker dengan mendukung tata laksana kanker secara menyeluruh, dari deteksi dini, perawatan kuratif, hingga paliatif.
Hal ini disampaikan oleh Rochelle Chaiken, Chief Medical Officer Pfizer Emerging Market. Pfizer akan mensosialisasikan program bantuan pasien (Patient Assistance Program) bagi pasien kanker payudara, juga mendukung penelitian rumah sakit Dharmais mengenai pasien kanker payudara di Indonesia yaitu SPARC (Seeding Progress and Resources for Breast Cancer Community) MB (Metastatic Breast Cancer Challenge) yang diisiasi oleh UI (Union for International Cancer Control).
Kanker payudara adalah yang tertinggi di Indonesia karena mencapai 16,7% pada tahun 2018 menurut data GLOBOCAN. Jadi, ada 58.256 penderita kanker payudara di tahun 2018 di Indonesia. Wow, mengerikan sekali terutama untuk kaum wanita meskipun kaum lelaki juga ada yang terkena kanker payudara. Dengan adanya pengobatan yang inovatif untuk pasien kanker payudara, tentunya dapat memberikan harapan hidup terutama pasien kanker payudara metastatis HR+ dan HER2-.
Bersatu Lawan Kanker |
Tentu saja, kita sebagai individu perlu mencegah penyakit kanker dari diri kita sendiri dan keluarga. Saya sebagai ibu, harus mencontohkan dan memberikan edukasi untuk menerapkan gaya hidup sehat di dalam keluarga. Tidak lupa juga melakukan deteksi dini dan skrining jika merasakan kondisi tubuh yang berbeda dari biasanya. Lalu, saya sebagai blogger, dengan menuliskan artikel ini juga mengajak para pembaca untuk bersama-sama mencegah penyakit kanker. Yuk, kita lakukan gaya hidup sehat sejak sekarang!
Kanker ini silent killer banget mana sering tak ada gejalanya. Serem euy. Baca artikel ini ada sedikit lega sih aku secara pribadi ya mengingat pola hidupku jauh banget dari kata gaya hidup sehat. Tapi yang paling utama memang mesti rajin melakukan pemeriksaan rutin dan mendeteksi sedini mungkin agar bisa sembuh ya, Mbak
ReplyDeletemakasih sharingnya, aknekr masih jadi momok bagi banyak orang ya
ReplyDeletesalah satu blogger yang menginspirasi saya dan merupakan penyintas kanker payudara adalah mbak Indah, yang selalu aktif berkegiatan walau sempat beristirahat sejenak sewaktu proses penyembuhan
ReplyDeleteSekarang ini penyakit tidak menular ini yang paling tinggi presentasenya ya mbak. Makanya sekarang ini lagi pengen mengubah pola makan dan gaya hidup juga.
ReplyDeleteKanker emang berbahaya banget ya. Meski perkembangan obat kanker meningkat setiap tahunnha, tetap mencegah lbh baik drpd mengobati. Tetap jaga pola hiduo sehat kuy
ReplyDeleteMemang lebih baik nya harius waspada sejak dini ya mbak . Menjaga pola makan dan gaya hidup . Thank you for sharing mbak
ReplyDeleteYa, saat ini kanker memang bisa disembuhkan. Banyak di antara para pasien yang kini bisa hidup normal kembali. Tentunya jika ditangani dengan tepat ya. Dari pengecekan dini supaya diketahui sejak stadium awal. Kemudian penanganan yang tepat. Apalagi kini ada teknologi mutakhir yang terus berkembang. Jadinya kesembuhan penyakit kanker semakin besar prosentasenya.
ReplyDeletekalau penanganan sedari dini penyakitnya kemungkinan besar untuk sembuh. karena itulah kita jg kudu paham apa saja pencetusnya dan menghindari sebisa mungkin
DeleteYuuk kita cegah kanker dengan gaya hidup sehat. Sayangi tubuh kita sendiri karena ini adalah titipan dari Yang Maha Kuasa. Tak lupa berikan dukungan dan semangat bagi para penderita kanker agar mereka optimis menjalani pengobatan, terus semangat untuk sembuh.
ReplyDeleteSudah ada 2 orang yang kukenal meninggal karna kanker...yg 1 lagi masih berjuang dgn kemoterapi. Gimana ya, yg sulit tuh krn ga terdeteksi selama ini, pas udh diperiksa udh stadium akhir. Semoga kita bisa belajar menjaga tubuh ini dgn sebaik2nya
ReplyDeleteterima kasih mba atas sharingnya, belakangan ini kebetulan aku lagi mulai fokusin lagi ke olahraga yang beberapa mingggu ini kelewat gara-gara pola hidup yang berantakan. semoga bisa konsisten lagi untuk tetap jaga kesehatan, baca sharing ini sangat membantu mendorong untuk tetap menjaga pola hidup sehat
ReplyDeleteJadi reminder aku nih mba buat jalanin gaya hidup sehat. Ngeri banget penyakit kanker ini. Semoga kita semua selalu sehat dan dalam lindungan-Nya.
ReplyDeleteKuncinya memang di pola makan, pola berpikir Dan lifestyle yaa..
ReplyDeleteSemoga dijauhkan dari penyakit berat ini.
Mertua saya sendiri mba ketika didiagnosa sudah memasuki stadium 3 dan memang nggak lama bertahan mungkin juga karena umur ya
ReplyDeleteSeru banget ya materi seperti ini. Ilmu buat kita supaya lebih aware lagi menjaga kesehatan tubuh. Apalagi kanker salah satu penyakit yang mematikan. Semoga kita semua selalu sehat ya..
ReplyDeletehidup sehat penting banget ya, aku sendiri masih belum bisa kontrol makanan. apalagi sekarang tuh jajanan beragam banget, makin susah kontrol karena pingin jajan ini itu terus huhu
ReplyDelete