Friday, May 24, 2019

Saatnya Berani Totalitas Menerapkan Gaya Hidup Halal di Era Milenial

Wisata Halal 


Pelesiran sudah menjadi gaya hidup kaum milenial Indonesia. Banyak anak muda yang menabung atau mengalokasikan pendapatannya untuk pelesiran. Bahasa kerennya, traveling. Selain ingin merasakan sendiri pesona daerah-daerah wisata yang didatangi dan menambah pengalaman, juga ingin membagikan pengalaman tersebut di media sosial. Instagram, adalah salah satu media sosial yang paling digemari untuk membagikan foto-foto saat pelesiran. 


Saya sendiri tadinya tidak terlalu suka bepergian jauh, karena ribet membawa barang-barangnya. Nah, sekarang malah saya ingin sering pelesiran, karena mendatangi tempat-tempat baru itu sangat menyenangkan. Bisa melihat pesona dari obyek wisata alami maupun buatan dan memperkaya khazanah pengetahuan nusantara. Indonesia ini kaya akan obyek wisata dan pelesiran yang menarik. Ditambah dengan aneka kulinernya yang bermacam-macam, tak kalah dengan makanan dari luar negeri. 

Namun, sebagai seorang muslim, saya memiliki batasan dalam mengonsumsi produk terutama makanan dan minuman. Seorang muslim diharamkan untuk mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman yang mengandung babi, alkohol, dan lain-lain. Dengan makin berkembangnya dunia kuliner, elemen haram itu bisa dimodifikasi di dalam aneka jenis makanan. Contohnya saja, Rhum. Masih banyak muslim yang belum tahu bahwa Rhum itu haram.

Rhum adalah minuman beralkohol yang berasal dari hasil fermentasi dan distilasi tetes tebu. Kandungan alkohol di dalam rhum itu cukup tinggi dan termasuk dalam minuman keras atau khamr. Jadi, sudah jelas ya kalau Rhum itu haram. Permasalahannya, Rhum banyak digunakan dalam campuran adonan kue seperti kue tart karena dapat menghasilkan aroma yang menggugah selera. Kita seringkali luput memperhatikan kandungan dalam sebuah kue yang ternyata mengandung Rhum. Walaupun tidak memabukkan, tetap saja kita diharamkan untuk mengonsumsi alkohol setetes pun. 

Indonesia ini adalah negara di mana penduduknya adalah mayoritas muslim. Menurut data dari Global Islamic Economic Report tahun 2018-2019, jumlah penduduk muslim di Indonesia telah mencapai 87,18% dari populasi 232,5 juta jiwa. Wow, banyak sekali ya. Sepertiga dari umat Islam ini berusia di bawah 15 tahun, dan dua pertiganya berusia kurang dari 30 tahun. Mereka disebut generasi Y. Sedangkan generasi milenial adalah yang lahir antara tahun 1980-2000. Saat ini, generasi milenial itu sudah menjadi penduduk dalam usia dan pendapatan yang mapan sehingga mampu menerapkan gaya hidup pelesiran.  Sehingga amat sangat dimaklumkan kalau kita berhak mendapatkan label halal dari setiap makanan dan minuman yang kita konsumsi. Termasuk saat kita berwisata. 

Acapkali makanan dan minuman yang dijajakan oleh penduduk lokal itu kita anggap halal hanya berdasarkan kepercayaan, karena belum mendapatkan label halal dari LPPOM MUI. Contohnya, Mie Ayam. Kita makan mie ayam di pinggir jalan, apakah pernah bertanya bahwa mie ayamnya itu halal? Kita yakin dan percaya saja bahwa mie ayam itu halal, padahal bisa jadi dalam kaldunya ada kandungan minyak babi. Begitu juga saat kita makan Bakso. Memang, bakso di Indonesia dibuat dari daging sapi giling tapi ada juga yang dibuat dari daging babi giling. Jika penjualnya jujur, kita makan bakso yang halal. Kalau tidak jujur? 

Tak hanya di Indonesia, populasi muslim global juga meningkat hampir 73% dari 1,6 miliar pada tahun 2010, diperkirakan akan menjadi 2,8 miliar pada tahun 2050. Dan ternyata, mereka menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata yang populer. Pengalaman saya ketika pelesiran ke Bali, saya satu pesawat dengan banyak turis muslim dari Timur Tengah. Hal itu saya ketahui dari bahasa, penampilan fisik, dan gaya busana yang dikenakan. Kunjungan wisatawan muslim ini adalah salah satu pasar potensial yang diprediksi akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut data dari Global Muslim Travel Index tahun 2018, pada tahun 2017 terjadi peningkatan jumlah wisatawan muslim secara global yaitu menjadi 131 juta dari sebelumnya 121 juta pada tahun 2016. Jumlah ini diprediksikan akan terus meningkat yaitu 156 juta wisatawan muslim pada tahun 2020. Mengapa jumlah wisatawan muslim terus meningkat? Hal ini dikarenakan 7 faktor, yaitu: 
  1. Pertumbuhan populasi muslim.
  2. Pertumbuhan pendapatan kelas menengah, sehingga mereka punya dana untuk pelesiran.
  3. Pertumbuhan populasi generasi muslim milenial.
  4. Meningkatnya akses terhadap informasi travel.
  5. Meningkatnya penyedia jasa travel yang mengakomodir kebutuhan ibadah umat Islam. 
  6. Menjamurnya Travel Ramadan (khusus di bulan Ramadan)
  7. Menjamurnya usaha travel, yang melayani perjalanan travel ke beberapa tempat wisata dengan mudah.
Tentunya, dengan makin banyaknya penduduk dan wisatawan muslim, pariwisata halal sangatlah dibutuhkan. Para wisatawan muslim harus bisa mendapatkan kepastian bahwa makanan dan minuman yang mereka konsumsi itu halal. Indonesia pun menempati peringkat ke-9 dari 10 besar pariwisata terkuat di dunia, menurut laporan World Travel and Tourism Council (WTTC, 2018).

Tak heran jika dalam 3 dasawarsa terakhir, ekonomi dan keuangan syariah berkembang pesat secara global maupun nasional. Berdasarkan data dari The State of The Global Islamic Economy Report tahun 2018-2019, besaran pengeluaran makanan dan gaya hidup halal dunia mencapai USD 2,1 Triliun pada tahun 2017. Diperkirakan akan menjadi 2,3 Triliun pada tahun 2023.  Otomatis, peningkatan itu juga akan meningkatkan permintaan produk dan jasa halal, seperti makanan halal, pariwisata halal, fesyen halal, rekreasi dan travel halal, serta farmasi dan kosmetik halal.

Sayangnya, Indonesia masih belum berperan optimal untuk memenuhi permintaan ini. Itulah mengapa, Kementerian BPN atau Bappenas pada World Islamic Economic Forum yang ke-12 di Jakarta pada tanggal 2-4 Agustus 2016 lalu meluncurkan Masterplan Economi Keuangan Syariah (MAKSI) yang pertama. Kemudian, pada 6 Juni 2017, disain pengembangan ekonomi dan keuangan syariah diinisiasi dan dibakukan oleh Bank Indonesia yaitu dalam bentuk cetak biru (blue print) ekonomi dan keuangan syariah Indonesia. 

Lalu, tanggal 5 Februari 2018, Presiden RI dalam Rapat Pleno Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) mengarahkan pemangku kepentingan KNKS untuk menyusun Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 (MEKSI) yang fokus pada pengembangan sektor riil ekonomi syariah atau Industri Halal sebagai peta jalan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia untuk mendukung pengembangan ekonomi nasional. Apa itu Industri Halal? Yaitu industri yang menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan standar Islam. 

Bambang Brodjonegoro
Pada tanggal 26 April 2019, Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) mengadakan pre-launching event yaitu Indonesia Islamic Economy Festival (IIEFest) di Trans Grand Ballroom Bandung untuk memperkenalkan industri halal di Indonesia kepada masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan gaya hidup halal. Kegiatannya diantaranya ada talkshow Industri Digital Halal, talkshow Pariwisata Halal, talkshow Islamic Edutainment, Talkshow Muslim Modest Fashion, dan Expo Industri Halal oleh para pelaku industri, regulator, start-up milenial, UKM, dan masyarakat umum.

.
Tanggal 14 Mei 2019 lalu, diluncurkan buku Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 (MEKSI) di Ruang Rapat Junaedi Hadisumarto 1-5, Gedung Saleh Afif Kementerian PPN/ Bappenas. Bambang Brodjonegoro selaku Menteri PPN/ Kepala Bappenas sekaligus Sekretaris Dewan Pengarah Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) menjelaskan bahwa, 

"dengan resmi diluncurkannya Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 (MEKSI) ini, maka kita akan menjawab tantangan sekaligus menyusun peta jalan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia guna mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.  Dengan melibatkan berbagai sektor lainnya sebagai suatu integrasi sistem ekonomi berlandaskan syariah, agar pertumbuhan yang berlangsung pada sektor keuangan syariah memiliki dampak langsung dan signifikan pada pertumbuhan di sektor riil. Harapannya, MEKSI menjadi rujukan bersama dalam mengembangkan ekonomi syariah Indonesia dan menjadi program kerja implementatif pemerintah." 

Buku Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024


Dalam acara peluncuran ini, KNKS juga menekan nota kesepahaman dengan berbagai lembaga negara dan pemain pasar. Pengembangan Marketplace Halal dan Produk Keuangan Syariah melalui platform digital Marketplace yang ditandatangani oleh dua Unicorn Indonesia: Bukalapak dan Tokopedia. Dalam acara ini juga hadir Wakil Presiden RI, Menko Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Agama, Menteri BUMN, Menteri KUKM, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, Ketua Dewan Komisioner LPS, Ketua Umum MUI, Direktur Eksekutif KNKS dan jajarannya. 

Menteri Bappenas beserta jajaran direksi KNKS

Harapannya nanti umat Islam bisa lebih mudah mengakses produk-produk halal melalui kedua Marketplace tersebut. Produk-produk halal itu dapat diidentifikasi melalui nomor sertifikasi halal. Pengguna juga dapat melakukan investasi halal seperti reksadana syariah melalui platform e-commerce. KNKS juga melakukan kerjasama dengan Bank Syariah milik BUMN dan PT Fintek Karya Nusantara yang memiliki aplikasi pembayaran LinkAja. 

MEKSI 2019-2024 merekomendasikan empat langkah dan strategi utama, yaitu:
  1. Penguatan halal value chain (rantai nilai halal) dengan fokus pada sektor yang dinilai potensial dan berdaya saing tinggi.
  2. Penguatan sektor keuangan syariah dengan rencana induk yang sudah dituangkan dalam Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia (MAKSI) sebelumnya dan disempurnakan ke dalam rencana induk ini. 
  3. Penguatan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penggerak utama halal value chain
  4. Penguatan di bidang ekonomi digital utamanya perdagangan (e-commerce, market place) dan keuangan (teknologi finansial) sehingga dapat mendorong dan mengakselerasi pencapaian strategi lainnya.
Untuk penguatan rantai nilai halal ini, terdiri atas 5 klaster, yaitu: 
  1. Makanan dan minuman halal, 
  2. Pariwisata halal, 
  3. Fesyen muslim, 
  4. Media dan rekreasi halal, 
  5. Farmasi dan Kosmetik Halal. 
Halal Lifestyle di era milenial yang berhubungan dengan pelesiran, sudah tentu sangat bergantung pada makanan, minuman, dan pariwisata halal sebagaimana yang saya sebutkan di atas. Makanan halal mencakup daging, unggas, minuman kaleng dan beku, susu, roti, makanan organik, produk herbal, serta minuman. Menurut data Global Islamic Economy Report tahun 2018-2019, makanan dan minuman ini memegang saham terbesar di Global Halal Industry. dengan nilai USD 1,303 Miliar. 

Makanan Halal

Sertifikasi halal ditangani oleh LPPOM MUI. Selama ini, sertifikasi halal masih bersifat sukarela atau bergantung pada kesadaran pengusaha makanan dan minuman. Mulai tahun 2019, sertifikasi halal akan diwajibkan sehingga konsumen muslim merasa tenang mengonsumsi produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran. Dengan adanya sertifikasi halal, maka produk tersebut terjamin higienitas, sanitasi, dan keamanannya. Sudah tentu ya kita juga tidak bertanya-tanya saat memakannya apakah ada kandungan bahan haramnya atau tidak. 

Sebagai konsumen, kita juga sebaiknya memiliki kesadaran. Bila produk makanan dan minuman tersebut belum ada sertifikasi halalnya, sebaiknya tidak dikonsumsi. Sedangkan dalam pariwisata halal, ada beberapa entry point yang membentuk nilai pariwisata halal, yaitu destinasi pariwisata, alat transportasi, hotel dan akomodasi, restoran dan kafe, serta travel and tours. 

Akhirnya, dengan adanya Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia ini, saatnya kita berani totalitas menerapkan gaya hidup halal di era milenial. 

Untuk informasi lebih lengkap, bisa dilihat di sini: 
Instagram: @KNKS.ID 
Twitter: @KNKS_ID
Facebook: Komite Nasional Keuangan Syariah
Youtube: Komite Nasional Keuangan Syariah







26 comments:

  1. Mantaaaap. Jd gak ragu" lagi saat travelling ya mbaak, dengan adanya Masterplan ekonomi syariah indonesia bsa makin total menerapkan gaya hidup halal alalagi di era yg serba maju gini. Takut kalau belum jelas halal haramnya 😅

    ReplyDelete
  2. Kerewn banget ini Indonesia Islamic Festival. Bukti bahwa pemerintah sangat peduli sama umat islam. Moga2 ekonomi syariah makin berkembang pesat dan diikuti banyak sektor. Keren lah Indonesia buat Halal Lifestylenya

    ReplyDelete
  3. Untuk tempat makan mungkin sebaiknya ditulis juga halal / tidaknya ya mbak, biar tidak ada keraguan bagi teman2 muslim yang hendak makan. Tapi memang kadangkala ada penjual yang tidak jujur, itu yang susah.

    ReplyDelete
  4. Memang sebagai muslim(ah), kita harus skeptis dan terus mempertanyakan tentang kehalalan barang yg kita konsumsi. Agak-agak challenging, apalagi kalo udah ngetrip lintas benua. Solusinya? kalo aku sih, banyakin makan buah pisang! :D Udah pasti halal dan (insyaAllah) kenyang
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  5. Nah iya banyak yg belum 100% paham soal halal haram. Dikira yg haram cuma babi doang. Bahkan banyak pulak yg muslim juga lo yg ga paham masalah ini. Kalo bener2 digalakkan halal lifestyle Alhamdulillah memudahkan kita yg muslim.

    ReplyDelete
  6. Memasyarakatkan ekonomi syariah ini perlu banget, sehingga dalam kehidupan sehari2 kita terbebas dari wasangka

    ReplyDelete
  7. Meski Indonesia termasuk negara dengan jumlah muslim terbesar ternyata belum diikuti jadi produsen jasa wisata atau produk makanan. Sebaliknya, kita menjadi konsumen terbesar.

    Tentu ini PR besar ya bagi Indonesia terutama bagi stockholder.
    Jadi memang sudah selayaknya pemerintah mendorong pengmbangan ekonomi berbasis syariah ini.

    Memang perlu waktu untuk menyelaraskan tantangan menjadikan gerakan bersama nasional


    ReplyDelete
  8. smoga bisa terealisasi dengan baik dengan kerja sama seluruh stake holder ya mbak.

    ReplyDelete
  9. Nah iya, cari makanan halal di tempat yang jauh dari rumah itu kadang susah juga. Saya pernah tugas ke Berastagi, di sana itu banyak banget anjing berkeliaran, dan konsumsi babi itu sudah biasa. Pas nginap di sana, kalau pagi menu sarapan yang saya minta adalah pop mie, yang air panasnya langsung dituang di wadahnya. Biar aman.

    Seneng banget tentunya kalau ada gerakan wisata halal ini, jadi kan mau makan di manapun lebih tenang

    ReplyDelete
  10. Sebetulnya nikmatnya tinggal di Indonesia itu gak sulit mencari makanan, minuman, atau produk halal lainnya. Tetapi, memang bagusnya kalau gaya hidup halal semakin disosialisasikan supaya semakin banyak yang peduli

    ReplyDelete
  11. Halal lifestyle is indeed booming lately. And I guess it will be the best option for Indonesia to seize the moment by preparing a grand master plan for this

    ReplyDelete
  12. Mudah-mudahan gak cuma makanan yang halal yah mak tapi gaya hidup halal kudu jadi tren

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah ya sekarang halal jadi tren positif, semoga aja bisa istiqomah

    ReplyDelete
  14. Ealah.. Ada ya campuran rhum untuk pembuatan kue tart. Saya baru tahu ini. Selama ini makan kue tart ya makan aja. :(

    Makasih infonya ya, mbak. Gaya hidup halal memang harus kita jalankan dan menjadi trend sehari-hari kita yang muslim. Semoga Allah memudahkan langkah kita. Aamiin..

    ReplyDelete
  15. mantap banget nih...semoga bisa terealisasi sesuai master plan nya ya :)

    ReplyDelete
  16. Semoga KNKS ini benar2 bisa mewujudkan misinya ya terutama di 5 kluster rantai penguatan nilai halal karena bukan hanya urusan makanan dan minuman tapi juga di semua lini kehidupan termasuk urusan bisnis dan keuangan supaya gak beririsan dengan Riba, wisata halal sampai ke produk2 industri. Sertifikasi halal selama ini membantu banget kami memilih produk demi keamanan dan kenyamanan

    ReplyDelete
  17. Setuju banget nih soal keamanan makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi oleh muslim. Jika di berbagai tempat sediaan makan dan minumnya sudah terjamin halal, akan terasa nyaman ketika kita bepergian kemana saja.

    ReplyDelete
  18. Aku ga tau kak kalau rhum itu apa.. Rhum. Masih banyak muslim yang belum tahu bahwa Rhum itu haram.

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah ya mba semak8n mudah muslim mengikuti aturan agamanya dengan gasilitas2 syariah sesuai ajaran Islam

    ReplyDelete
  20. Kadang klo nginep n makan di hotel ga kepikiran ya apa makanannya halal ga pake atau wadahnya bekas makanan haram , padahal penting tahu ya

    ReplyDelete
  21. Dulu ada wisata religi, sekarang nambah ada wisata halal. Ceruk pasar yg gede banget ini buat pelaku ekonom. Dan, pastinya bikin racun positif buat umat muslim untuk lebih concern dengan yg halal2.

    ReplyDelete
  22. Dulu taunya yang halal itu makanan dan minuman aja tapi sekarang bagus juga ya di berbagai sektor mendukung gaya hidup halal termausk hotel juga

    ReplyDelete
  23. Sebagainya seorang muslimah, berusaha banget bisa menerapkan konsep halal lifestyle di semua sektor. Semoga bisa

    ReplyDelete
  24. Jangankan penjual makanna keliling gitu, yang punya bisnis katering makanan kayak kue-kue kering atau masakan aja kayaknya belum tentu punya sertifikasi halal semua ya. Temenku yan punya bisnis katering cerita ribetnya ngurus perizinan. Semoga dimudahkan juga semua aturannya, ya

    ReplyDelete
  25. Betul banget ya Mbk kita perlu menjaga anak-anak dari makanan yang halal. Apalagi muslim itu berpengaruh bagi ibadah kita. Aku juga nih suka plesiran berkunjung ke tempat yang baru. Sangat menyenangkan.

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....