"Hujan. Aku neduh dulu sambil makan. Mama mau dibelikan apa?" tanya suami, pada jam 8 malam setelah dia jauh-jauh ke Depok untuk antar pesanan barang yang kami jual di marketplace.
"Terserah," jawab saya, klise. Itu karena saya pemakan segala. Jadi apa pun yang dia belikan, pasti saya makan.
"Capcay," dia menyebutkan makanan yang akan dia bawakan untuk saya.
Saya berkerut kening. Hm, sebenarnya agak kurang selera makan capcay. Tapi ya nggak apa lah. Eit, 10 menit kemudian, pesannya masuk lagi.
"Nasi goreng pete."
HAH! Nasi goreng pete! Mustahil suami saya membelikan nasi goreng pete. Pete dan jengkol adalah makanan yang dia benci. Sejak menikah dengannya 11 tahun lalu, dia mengharamkan bau jengkol dan pete di rumah kami.
"Pokoknya Mama nggak boleh lagi makan jengkol dan pete!" perintahnya.
Sebagai orang Betawi, pete dan jengkol itu makanan kesukaan saya. Saya tidak malu mengakuinya. Jengkol sering dimasak sehari-hari. Sedangkan pete lebih sering saat bulan Ramadan. Kalau almarhumah Mama saya sudah masak sambal ati pete pastilah sudah masuk bulan puasa karena itu menu sahur. Begitu juga pas lebaran. Ada sayur pepaya dengan taburan pete yang menggugah selera.
Baca Juga: Relationship Goals Itu Seperti Ini Lho!
Suami saya mencium bau jengkol pertama kali pada malam pertama kami setelah menikah. Dia menciumnya di kamar mandi. Ya tentu saja walaupun jengkol tidak ada dalam menu katering pernikahan, tapi disajikan khusus untuk keluarga besar. Tak heran kalau kamar mandi bau jengkol. Sejak itu rupanya diam-diam suami berniat melarang saya makan jengkol.
JENGKOL DAN PETE HARAM! (khusus di rumah kami)
Saya merasa tersiksa dengan pengharaman ini. Tahu sendiri kalau kita menyukai sesuatu tapi dilarang mendekatinya apalagi sesuatu itu beredar di mana-mana. Saya tinggal di Citayam dan banyak warung makan yang menyediakan jengkol. Maka diam-diam saya memakannya dan membersihkan kamar mandi dengan karbol supaya nggak ketahuan suami. Eh tetap saja ketahuan.
Suami nggak mau ngobrol dan tidur di kamar yang sama kalau saya baru makan jengkol. Dia akan mengungsi lantai atas. Hadeuuuh. Padahal saya sudah kumur pakai pewangi mulut dan makan permen juga. Sungguh teganya... teganya... teganya.... Demi menghormati suami, ya saya batasi makan jengkol dan pete. Akhirnya, 11 tahun berlalu, perintah suami masih saya tapi saya yang mulai kendor.
"Kok Mama makan jengkol sih?" suami gemas.
"Ayah cobain dulu deh. Jengkol itu enak."
"Nggak enak. Aku udah cobain."
"Tapi aku suka makannya. Aku lagi nggak enak makan tapi jadi enak makan kalau ada jengkol dan pete."
Wajah suami terlihat kesal karena saya tak menurut. Kemudian saya membaca status seorang lelaki di facebook tentang kriteria istri idamannya. Salah satunya: tidak suka makan pete. Bwahahaha.... Suami saya tidak menerapkan kriteria itu tapi baru muncul setelah menikah. Mungkin dia tak menyangka istrinya suka makan jengkol dan pete.
Hari ini pula, saya membaca alasan Kalina gugat cerai Deddy Corbuzier setelah 8 tahun menikah. Salah satunya karena Deddy tidak suka dengan makanan favorit Kalina. Alamaak... ternyata memang soal makanan kesukaan pasangan bisa jadi salah satu penyebab konflik. Kalau istri yang tidak suka dengan makanan favorit suami sepertinya tak masalah.
Makanan kesukaan suami saya adalah sayur kacang merah dan rudal domba. Sebaliknya saya tak suka kedua makanan asing itu. Tapi buat saya itu tak jadi masalah kalau suami memakannya. Justru saya pernah mencoba memasak sayur kacang merah walaupun gagal karena tak seenak buatan ibunya.
Lalu mengapa suami tak bisa mentoleransi makanan kesukaan istri? Apakah berat melihat istri memakan makanan favoritnya dengan lahap? Alasan suami saya sih karena jengkol dan pete itu bau, meskipun saya sudah menyikat kamar mandi dengan karbol dan cuci mulut dengan pewangi mulut.
Setelah 11 tahun tegas melarang saya makan jengkol dan pete, saya tak tahu apa yang kemudian melatarbelakangi perbuatan itu. Dia benar-benar membawa pulang nasi goreng pete dan memberikannya kepada saya. Saya terbengong-bengong melihatnya.
Nasi goreng pete dengan taburan pete yang banyak. Saya makan dengan lahap di hadapannya, dan malam itu dia tetap tidur di kamar bersama saya. Dia tak menjawab ketika saya tanya kok mau belikan nasi goreng pete? Saya hanya bisa menduga-duga jawabannya. Barangkali karena saya sering bilang bahwa jengkol dan pete adalah makanan penggugah selera, bagi saya.
Lalu, saat saya membaca tentang Kalina dan Deddy, saya bergumam...
Mungkin Kalina perlu menunggu 3 tahun lagi, untuk bisa melihat Deddy mengizinkannya memakan makanan favoritnya. Bahkan, membelikan dan menghidangkannya langsung kepada istrinya.
Ah, tapi mereka sudah bercerai toh dan Kalina sudah menikah lagi meskipun kabarnya akan bercerai lagi. Entah kali ini apa penyebabnya.
Begitulah pernikahan. Kita dipertemukan dengan pasangan yang benar-benar berbeda dengan kita. Kita bisa saja menetapkan kriteria pada calon istri atau suami kita, tapi tetap saja akan ada hal-hal mengejutkan yang muncul dari mereka. Kalau kita tak siap mengantisipasinya, maka kata "cerai" akan mudah terucap. Kuncinya adalah pengertian, komunikasi, dan saling menerima apa adanya.
Terima kasih suamiku atas nasi goreng petenya yang yummmy....
Baca Juga: Perlukah Mengetahui Isi Ponsel Pasangan?
Wah soal makanan bisa berujung perceraian. Sungguh luar biasa.
ReplyDeleteTapi wanita memang kalau bisa jangan makan pete atau jengkol, apalagi jika masih hangat-hangatnya rumah tangga. Itu akan mengganggu keromantisan ,dan akan berdampak pada kemampuan lelaki. Jadi harus hati-hatilah. Jangan asal suka.
Kecuali jika sudah tua bolehlah.
Saya blm tua, berarti belum boleh ya makan ya 😭
DeleteHihihi aku nggak doyan pete. Tapi, aku pecinta jengkol sejati 😁
ReplyDeleteIkut bahagia membaca ini wkwkwk
ReplyDeleteAku belum pernah makan jengkol, mirip-mirip dengan pete kali ya :)
ReplyDeleteMirip baunya mbaa hehe
DeleteIntinya saling pengertian ya, Mbak. Hal sekecil apapun bisa jadi besar kalau tidak saling pengertian.
ReplyDeleteIya betuul
DeleteJadi kepingin juga nih nasi goreng petenya. Hehe. Suaminya so sweet :).
ReplyDeleteWaduh saya bukan tipikal idaman suami dong, saya juga penyuka pete, wkwkwk.
ReplyDeleteHahaha toslah kita
DeleteKayak dapat surprise dong ini, wah setelah sekian lama akhirnya bisa makan pete dan dibelikan suami pula.
ReplyDeleteSurprised bangeet
DeleteKalau saya malah suami yang suka makan pete sementara saya nggak biasa makannya. Saya sih semoga suami bersabar aja sama masakan saya soalnya aslinya selera kami beda. Heu
ReplyDeleteIya sama, selera makan suami dan istri bisa berbeda makanya harus pengertian satu sama lain
DeleteMba, saya penasaran alasan suaminya sampai mau beliin nasgor pete. Btw, kamar mandi jadi bau, suami ga marah juga, Mba? Hehehe.
ReplyDeleteItulah, dia gak jawab pertanyaanku hehe
DeleteAwalnya ya marah kamar mandi tetap tercium bau jengki meski udah dikarbol tapi lama-lama maklum
DeleteWah kalau aku di beliin nasi goreng pete bakalan langsung nolak tuh, soalnya aku kuranng suka sama PETE..
ReplyDeleteIya...kenapa suami tiba2 berubah..ya..? #kepo hahahahh
ReplyDeleteEntahlah hehe
DeleteAku juga suka banget jengkol dan pete sedangkan suamiku nggak. Dia sering kesal juga kalau aku makan pete/jengkol trus disuruh tidur di kamar mandi, hahaha. Untung nggak beneran.
ReplyDeleteHahah sebel banget disuruh tidur di kamar mandi
ReplyDeleteUntungnyaaa.. suami pencita jengkol dan pete juga.. yeeesss.. tapi jujur saya juga ga suka pete ama jengkol loh awalnya. Jadi suka karena makan jengkol bareng2 di sekolah. Ada temen yang buat. Dari situ suami makin sayang deh. Secara menu lauk yg dulu ga ada jengkol dan pete, skrg.. hmmm.. sesekali ada dooong. Cuma ga boleh jadi menu hari Jumat. Soalnya sabtu suka nginep di papa, yg anti seperti suami mba leyla. Padahal org betawi tulen looh.
ReplyDeleteAlhamdulillah keluargaku ngak ada satupun yang suka jengkol. Hahhaa kalau pete pun juaraaang banget. Aku kalaupun masak pete hanya buat perasa aja karena bikin semangat makan :p
ReplyDeleteAku nggak doyan dua2nya sih mbak. Bukan karena rasanya karena sebetulnya rasanya emang enak. Cuma males aja sama efek aroma-aroma kurang sedapnya. Bawaannya jadi insecure gitu kalau pas ngajar. Wkwkwkw
ReplyDeleteBaru tahu salah satu alasan gugatan cerainya mbak K dan mas D itu karena pete. Wkwkwkw