Foto: Tribbunnews.com |
Salah satu pelajaran yang saya suka selama bersekolah dulu adalah Sejarah. Saya tertarik membaca buku-buku Sejarah yang seperti buku cerita. Bahkan, setelah menjadi penulis buku, saya juga ingin menulis cerita berlatarbelakang Sejarah. Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sangat menarik untuk diceritakan, dari zaman Majapahit sampai setelah kemerdekaan. Sayangnya, di dalam buku-buku pelajaran sejarah, kisah-kisah itu hanya diceritakan secara singkat karena keterbatasan halaman dan waktu belajar mengajar.
Ada
yang merasa pelajaran Sejarah yang menghapal? Nah, makanya kita perlu
untuk datang langsung ke lokasi kejadian. Dijamin pelajaran Sejarah
jadi lebih menyenangkan. Contohnya saja sejarah kerajaan Majapahit
yang memiliki banyak tokoh dan kisah. Kalau hanya dihapal pasti mudah
lupa deh. Apalagi nama raja-rajanya memiliki nama yang sama, hanya
dengan ditambahi angka berbeda. Seperti Raja Brawijaya V yang konon
membakar dirinya setelah melahirkan diri ke Pantai Ngobaran dari
kejaran Raden Patah. Jujur, saya lupa dengan cerita sejarah ini
karena banyaknya kisah yang harus saya baca di buku Sejarah.
Yogyakarta
adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak peninggalan
sejarah. Pantai Ngobaran di Gunungkidul itu memiliki sejarah
peninggalan Raja Brawijaya V, raja terakhir kerajaan Majapahit. Saya
baru membaca kisahnya di Blog
Traveloka, sehingga jadi semakin tertarik untuk
menelusurinya. Yogyakarta ternyata tak hanya bisa menjadi destinasi
menarik untuk bulan madu, tapi juga napak tilas sejarah. Apalagi
masuk ke Pantai Ngobaran ini hanya dikenakan biaya tiket Rp 3000.
Murah banget kan.
Jadi,
seperti apakah kisah Raja Brawijaya V ini? Saat Islam memasuki tanah
Jawa, sangat tak disangka ternyata Raden Patahlah, putra dari Raja
Brawijaya V, yang akan membantu penyebaran
Islam
di Jawa. Raden Brawijaya V melarikan diri dari kejaran Raden Patah ke
sebuah pantai. Menurut mitos yang beredar, Raden Brawijaya V membakar
dirinya (moksa) bersama salah seorang istrinya di pantai itu,
sehingga pantai itu kemudian disebut sebagai Pantai Ngobaran. Mengapa
mitos? Karena kebenaran ceritanya masih diragukan setelah melihat
sisa pembakarannya tak ada tulang manusia. Hanya ada tulang-tulang
anjing. Ke manakah Raja Brawijaya V? Hingga saat ini masih ditelusuri
jejaknya oleh para ahli sejarah.
Walaupun
demikian, di pantai yang diduga menjadi tempat pelarian Raden
Brawijaya V itu, sering diadakan ritual kejawen untuk mengingatkan
kembali peristiwa moksa tersebut. Pantai itu juga
diberi
nama Pantai Ngobaran yang diambil dari peristiwa api berkobar-kobar
pada saat Raden Brawijaya melakukan moksa. Di daerah sekitar pantai,
kita juga akan temukan perpaduan budaya dan agama yang kental antara
agama kejawen Hindu Jawa yang ada pada zaman Majapahit dan agama
Islam. Nuansa Hindu akan semakin kental bila datang saat bulan
purnama karena akan diadakan Upacara Galungan dan Upacara Melasti
menjelang Hari Raya Nyepi.
Suasana
Pantai Ngobaran pun seolah membawa kita sejenak ke Bali dengan
kehadiran Pura dan nuansa Hindu di sekitarnya. Saat memasuki Pantai
Ngobaran, kita akan menemukan beberapa patung dewa-dewa Hindu seperti
Shiwa, Ganesha, dan Brahma. Kemudian ada sebuah pura yang besar di
atas tebing jadi mirip seperti Tanah Lot di Bali. Jadi, buat kita
yang kangen Bali, bisa datang dulu ke Pantai Ngobaran ini. Akan
tetapi, disarankan untuk datang pada pagi hingga sore hari saja
karena di area pantai ini belum ada listrik. Sedangkan bagi yang
muslim, terdapat juga musola kecil yang menghadap ke Selatan tapi ada
penunjuk ke arah Kiblat.
Untuk
sampai di pantai ini, kita juga harus menggunakan kendaraan pribadi
yang bisa disewa setibanya di Yogyakarta karena belum ada kendaraan
umum yang mengarah ke lokasi pantai. Jangan khawatir kelaparan karena
penduduk sekitar sudah menyediakan hidangan laut dengan harga yang
sangat terjangkau, seperti landak laut, lobster, rumput laut, dan
lain-lain. Usai mengunjungi
pantai
ini, kita bisa berkeliling Yogyakarta lagi karena kota yang satu ini
masih banyak menyimpan kekayaan sejarah lainnya yang patut kita
telusuri. Saya jadi kangen berat nih sama Yogya.
Sepertinya
saya harus melirik penawaran dari Traveloka yaitu paket tiket pesawat
dan hotel. Maksudnya gimana? Jadi, kalau pesan paket tiket pesawat
dan hotel secara bersamaan, akan lebih hemat daripada pesan terpisah.
Hematnya sampai 20% tanpa kode promo apa pun.Ini saja saya dapat
diskon paket dari Rp 2 jutaan hingga hanya Rp 500 ribuan. Wow, keren
banget ya. Jadi deh napak tilas sejarah ke Yogya.
Iya mbak, kalo suka sejarah mending dateng dan sering jalan-jalan buat napak tilas sejarah.
ReplyDeleteMau ah napak tilas sejarah ke Jogja �� Kemarin2 sih aku pesen tiket dan hotel.secara terpisah..baru ngeh kalau pesannya.sekaligus, kita bisa dapat potongan 20% hehehe..yuk ah jadi tertarik..buat liburan selanjutnya ����
ReplyDeletebelum pernah ke Jogja..
ReplyDeleteBagusssss jadi kangen ke jogja lagi..
ReplyDeleteWah....sangat kaya informasi, btw jd inget lg dgn pelajaran sejarah dl, soalnya waktu ke Jogja blm sempet mampir ke tempat sejarah yg lainnya
ReplyDeleteIiih ide bagus utk belajar sejarah lewat datang langsung ke lokasi sejarahnya. Buat pembelajaran Abang Fi.
ReplyDeleteDi blognya traveloka ada juga tempat2 sejarahnya? Sekalian rekomendasi buat pesen tiket plus paket hotel nih. Mantab lah
Baru tahu ada pantai Ngobaran di Yogya. Bisa jadi tujuan destinasi buat melancong, ditambah ada promo hotel dan tiket yang murah meriah
ReplyDeleteBaru denger malah kalau doi Yogyakarta ada Pantai Ngobaran. Noted kudu dikunjungi kalau ke Yogyakarta aamiin :D
ReplyDeleteAku pernah kesini mba 2 tahun lalu, beneran serasa ada di Bali ya.
ReplyDeleteAku suka sekali dengan bangunan tempo dulu, apa lagi candi-candi... Tertarik dengan kata Lopster yang murah nyummeyyy
ReplyDeleteMalah belum pernah ke sini, bagus ya
ReplyDelete