Assalamu'alaikum. Dulu saya punya keinginan kumpul dengan teman-teman wanita seperti saat masih kuliah atau SMA. Kami ngobrol-ngobrol dan tertawa-tawa, berbagi cerita tentang apa saja tanpa harus digelayuti suami dan momongan.
Saya harus menahan keinginan itu sampai bertahun-tahun lamanya. Tahun 2010, setelah kenal Facebook dan masuk ke grup IRT (Ibu Rumah Tangga), kami sempat beberapa kali kopi darat di kebun binatang ragunan, masjid UI, rumah teman, tapi tidak begitu lepas dan bebas ya karena anggotanya banyak.
Saya rindu bercengkerama dengan sahabat-sahabat dekat, berbagi cerita tanpa ada sekat. Akhirnya memang sahabat itu terpilih dengan sendirinya. Dari sekian banyak jumlah anggota grup IRT, hanya dua yang masih bertahan curhat-curhatan dengan saya; Mbak Eni Martini dan Santy Martalia Musa.
Akhir tahun 2016, Mbak Eni mengajak saya berkenalan dengan Mbak Nunu Halimi dan Maria Soraya dan mengumpulkan kami di dalam inbox FB di mana kami bisa curcol sebebasnya. Beda dengan grup IRT yang lebih luas jangkauannya, Ibu Rumah Tangga. Selain sebagai IRT, profesinya beragam. Ada yang usaha katering, jualan online, dsb.
Di grup Emak Kece ini semuanya adalah Blogger. Jadi kami bisa sering ketemuan di acara-acara blogger dan punya hobi yang sama. Tema cerita yang diangkat pun seragam dan tidak ada yang gagal paham. Walaupun tetap berantem sedikit masih ada. Namanya juga ngobrol.
Nah, kemarin itu selepas acara blogger, saya mengajak mereka makan-makan di Restoran Gumati Bogor, restoran yang menyajikan menu makanan khas Sunda. Sebenarnya sih Mbak Nunu yang punya ide tempatnya. Mbak Nunu pula yang awalnya punya ide nraktir. Sayangnya pas Mbak Nunu nraktir, saya tidak bisa datang.
Baca juga: Aneka Hidangan khas Sunda di Dapur Sunda
Dari Stasiun Bogor, hanya naik angkot sekitar 10 menit, sudah sampai di restoran ini. Perginya, kami naik Grab Car. Ongkosnya cuma Rp 10.000 saking dekatnya. Pulangnya, baru deh kami naik angkot dari bayar per orang Rp 3.000.
Awalnya saya ngeri, berapa ya harga makanannya? Restorannya gede, ada yang di atas dan di bawah. Kami naik ke lantai satu yang seperti rooftop dan melewati musola yang cukup besar. Mbak Nunu mau mengambil tempat di bawah di dekat kolam renang, tapi teman-teman lain sepakat di atap. Lebih enak, anginnya sepoi-sepoi.
Di lantai satu itu sepertinya tamunya hanya kami. Tidak tahu yang di bawah ya. Jadi kami bebas pilih tempat duduk. Daftar menu pun hadir dan kekhawatiran saya terbukti. Harganya mahal-mahal bo! Seperti harga makanan di hotel. Eit, ternyata tidak. Setelah kami telusuri daftar menu tersebut, kami mendapatkan harga makanan yang standar dan terjangkau.
Baca Juga: Mudik ke Selatan, Mampir dulu ke Rumah Makan Purbasari
Baca Juga: Mudik ke Selatan, Mampir dulu ke Rumah Makan Purbasari
Kami pun memesan Nasi Bakar, Karedok, Bakwan Jagung, dan Es Teh Manis. Ya, itulah menu yang harganya terjangkau. Santi yang memang sudah makan di tempat acara, minta es campur seharga Rp 22.500. Lalu, dia pesan sendiri yang akan dibayar sendiri, Sop Buntut seharga Rp 79.000. Memang yang harganya mantap itu yang menu daging-dagingan.
Berhubung kami emak yang sudah kelebihan berat badan, jadi cukup beli menu tanpa daging, xixixi.... *Alasan. Bagi yang ingin pesan di luar pesanan saya, memang harus bayar sendiri deh. Ya maklum kan nraktirnya pakai budget. Maria pesan es krim untuk adiknya seharga Rp 25.000.
Oya, di sini tidak semuanya emak-emak. Mbak Nunu dan Mbak Eni membawa anak dan Maria membawa adiknya. Tapi semuanya sudah besar, jadi anteng. Mamak-mamak pun bisa ngobrol puas.
Nasi Bakar Rp 13.000
Ini pertama kalinya saya makan nasi bakar lho. Penasaran kayak apa rasanya. Katanya sih nasi bakar ini sudah ada isinya. Pas datang, per porsinya itu ada dua gulungan nasi. Wah, terhitung murah dong.
Nasinya mirip nasi goreng, ada campuran telur, bumbu, dan cabai. Rasanya juga enak, gurih. Ternyata makan satu gulungan saja sudah kenyang. Recommended deh. Murah dan kenyang.
Karedok Rp 19.000
Pesanan terakhir supaya piringnya lebih penuh, gitu. Pesannya cuma sepiring dimakan bersama seperti lauk nasi. Sayurannya segar dan bumbunya lezat. Ah, sampai tidak sempat saya mengunyahnya pelan-pelan. Langsung lumat.
Bakwan Jagung Rp 19.500
Per porsi ada 3 tapi bakwannya besar-besar. Makan satu saja sebagai tambahan nasi pun sudah kenyang. Bakwannya gurih, renyah, enak deh pokoknya.
Setelah selesai makan dan foto-foto, saya membayar ke kasir. Saya kira habisnya hanya 200 ribuan, ternyata pas bayar... Rp 343.000! Hah? Untung ada uangnya. Ya iyalah.... Saya lihat struknya, OMG, pajaknya gede juga ya Rp 44.000. Untung teman-teman mau membayar pajaknya. Ha-ha-ha.. nraktir macam apa ini?
Sop Buntut, es krim, dan tambahan nasi bakar sudah dibayar oleh pemesan karena itu merupakan tambahan. Sop buntutnya enak dan dagingnya banyak. Kata Santy sih sepadan dengan harganya. Es campurnya saya tidak tahu rasanya karena dilarang mencoba. Es krim juga tidak tahu. Kalau mau tahu, boleh datang sendiri ke sini ya.
Secara tempat dan lokasi sudah sangat memuaskan. Harga makanan juga terjangkau untuk item tertentu. Yang mengejutkan hanya pajaknya. It's okay, karena kami puas bisa makan, ngobrol, dan foto-foto di sini. Selanjutnya giliran siapa ya yang menraktir? Kita tunggu saja, hehe....
Baca juga: Nostalgia Kuliner Solo di Dapur Solo
Baca juga tulisan Mbak Eni Martini: Kuliner Bogor, Nasi Bakar 13 Ribu di Restoran Gumati
Dari dulu aku penasaran sama rasa yang karedok. Belum kesampaian karena di sini tak ada yang jual
ReplyDeletedi batu ada mbak, warung bambu. dekat selecta
DeleteYa ampun, makanannya bikin laper aja. Mana udah waktunya sarapan .:p
ReplyDeleteHarganya cukup terjangkau ya, Mbak? ^_^
ReplyDeleteNasi bakar nya pas buat kantong saya..
ReplyDeleteTapi sayang pajaknya mahal ya
ReplyDeletemakan2 sambil kumpul2 apalagi ditraktir asikkk bgt ..
ReplyDeleteNambah referensi tempat makan & ngumpul nih mbak...serunya,mau dong acara ngumpul2nya.
ReplyDeleteNambah referensi tempat makan & ngumpul nih mbak...serunya,mau dong acara ngumpul2nya.
ReplyDeletewahhh kelihatannya seru banget tuh... harganya makanan juga terjangkau banget,.hehehe
ReplyDeleteMemang asyik tempatnya yaa, jadi kangen grup IRT kita yang heboh dulu hihi..
ReplyDeleteKaredok..udah lama banget ga ketemu menu ini mbak.jd pengen
ReplyDeleteAwalnya aku kira murah juga. Nasi bakarnya hanya Rp 13 ribu sih. Tapi teryata mahal karena pajak ya. Hihii. Seru mba ngumpul bareng :)
ReplyDeletedari jaman baheula, cuma numpang lewat aja tempat ini. udah takut duluan sama harganya.
ReplyDeletesetelah baca tulisan mba leyla ini... aku bakal teuteup numpang lewat hehehehe
gapapa mahal. yang penting seruu bisa kumpul bareng emak2 :D
Aku blum pernah nih mba, nggak kesampean mlulu ��
ReplyDeleteAsik yaaa, ternyata dkt dr stasiun Bogor...
Pengen nyobain yang warung nasi liwet tapi kata temenku lebih mahal dari Gumati
ReplyDeletehahaha kocak nih mak Leyla..
ReplyDeleteemang bete ya liat pajak makanan gede bgt.. itu bakwannya menggiurkan euy
maaf mbak,,kok ga boleh nyicip esnya?
ReplyDeleteKetika saya tinggal di Bogor. Tempat ini sepertinya belum ada. (Ya iyalah Oommm ... tahun kapan emangnya)
ReplyDeleteyang jelas berkumpul dengan teman yang "sejenis" mempunyai kesamaan akan mengasikkan sekali, Dan menurut pengalaman saya yang ideal itu sekitar 5-8 orang. Lebih dari itu intensitas menjadi agak kurang. Susah nyatunya
salam saya Mak
mau donk bakwan jagung nya mbak
ReplyDeleteWaahhh...baru bisa komen...next kita makan-makan lagi ya mba... Nice to know you muach...
ReplyDelete