I Love My Body

"Aduh, saya pusing sama Ibu ini. Beli cemilan banyak banget. Pantesan gemuk." Ucapan itu membuat saya tertegun, tapi kemudian ikut tertawa deh dengan ibu-ibu yang ada di situ. 

Kenyataannya, saya memang gemuk dan saya memang sedang membeli cemilan yang banyak. Tidak perlu terus menerus dikasihtau, saya sadar berat badan bertambah 20 kg setelah melahirkan anak ketiga. 

Dulu saya merasa percaya diri karena perut langsing sekali. Ya iyalah, kan perut belum melar sebab melahirkan. Setelah melahirkan anak pertama dan kedua, pertambahan BB belum terlalu signifikan. Muka masih tirus.

Setelah lahiran anak ketiga, baru deh keliatan gemuuukkk.... Hampir setiap orang yang bertemu saya mengatakan bahwa saya gemuk. Jadi saya sudah kebal dengan ucapan itu. 

Lalu, kenapa? Diet? Yap. Itu juga sudah beberapa kali saya lakukan. Ternyata susah ya, nggak turun sekilo pun. Mungkin karena saya masih ingin menikmati hidup. Susah euy disuruh makan tanpa garam dan hanya rebus-rebusan.

Suatu hari, saya ketemu teman blogger yang terakhir bertemu saya dua tahun lalu. Dia bilang kalau saya sudah kurusan. Sebelumnya ya gemuk banget. Saya cerita ke suami, eh kata suami, "Mungkin dia cuma mau menghibur Mama."

Gubraaaaak. Alhamdulillah, suami saya orangnya jujur. Dia mengatakan apa yang mau dia katakan. Nggak ada itu bohong putih ke istri. Istri gemuk dibilang kurus. Ya sudahlah. 

Alhamdulillahnya, saya orangnya easy going. Nggak menjadikan gemuk sebagai beban. Dipikir-pikir, urusan makan juga biasa saja. Cemilan memang banyak, tapi sebagian besar dimakan anak-anak.

Walaupun pernah juga saya kepikiran, semata karena alasan kesehatan. Waktu itu saya ke dokter gigi dan dokter giginya malah mengomentari tubuh saya.

"Ibu sudah harus diet nih. Nanti kalau usia sudah di atas 40, sudah nggak bisa turun lagi BB-nya. Bahaya buat kesehatan."

Esoknya, saya langsung coba diet mayo, no gula garam, hanya makan rebusan, dan nggak makan nasi. Hasilnya? Hanya tahan seminggu. Nggak enak ya rasanya, hambar. 

Barangkali nanti saya lanjutkan dietnya kalau aktivitas sudah berkurang. Saya jadi ingat cerita Mbak Ade Anita yang pingsan di taman saat sedang jogging, gara-gara diet vegan, hanya makan sayuran.

Bayangkan! Hanya makan sayuran. Nggak makan daging, donat, susu, dan lain-lain. Duh, nggak kuku. Lebih parah daripada puasa, sih, menurut saya. Pikiran saya waktu diet mayo, "kok hidup berat amat yak. Makan tanpa gula garam dan cuma rebusan." 

Ternyata diet berlebihan nggak bagus juga untuk kesehatan karena tubuh perlu nutrisi seimbang. Sebenarnya kan memang semua makanan (kecuali yang diharamkan) itu bermanfaat untuk tubuh. Asal jangan berlebihan. 

Untuk sekarang, saya belum bisa diet semacam itu karena tubuh perlu asupan kalori banyak. Pekerjaan dari pagi sampai pagi lagi membutuhkan kalori. Kalau saya pingsan juga, gimana? Di rumah hanya ada saya dan si kecil. 

Urusan rumah tangga bisa berantakan. Saat ini, bagaimanapun bentuknya, I Love My Body. Saya pasti bisa langsing, asal punya Samsung Terbaru yang ada fitur edit foto. Ya tapi kan hanya langsing di foto.

Satu yang bisa diambil pelajaran. Seringkali kita lebih suka memperhatikan penampilan luar orang lain, tapi luput menahan ucapan kita. Seperti mengomentari secara blak-blakan tentang kegemukan orang itu. Tanpa diberitahu, mereka juga tahu kok kalau gemuk.