Nenek dan Salim |
Dua minggu yang lalu, ibu mertua datang ke rumah. Sebelumnya, saya membaca status seorang teman di facebook yang merasa terganggu dengan kehadiran ibu mertua di rumahnya. Alhamdulillah, saya justru senang ketika ibu mertua datang ke rumah untuk merayakan Idul Adha dan menginap seminggu di rumah kami. Cerita tentang ibu mertua, pernah saya tuliskan dalam postingan berjudul, Ibu Mertua, Surga Kedua. Tulisan itu cukup banyak dibaca orang, barangkali karena banyak yang ingin menjalin hubungan baik dengan ibu mertuanya.
Mungkin, kalau ibu mertua saya tidak baik, saya juga akan banyak mengeluh dan tidak senang saat beliau mau datang menginap. Syukurnya, ibu mertua saya memang sangat baik. Ini jadi pelajaran juga buat saya kelak bila sudah menjadi ibu mertua, harus baik dengan menantu hehe.... Ibu mertua saya itu seorang ibu rumah tangga penuh waktu. Ibu rumahan, tepatnya. Ibu mertua dulu pernah berbisnis membuka restoran, tapi tidak diteruskan karena kelelahan dan dirawat di rumah sakit.
Sewaktu akan menikah, suami saya mengatakan bahwa dia ingin kelak istrinya juga menjadi ibu rumahan seperti ibunya. Kalau saya bilang mau kerja lagi, suami saya bilang, "mendingan di rumah, enak. Bisa tidur siang kayak Ibu." Jiyaaaah.... mending bisa tidur ya? Awal-awal sih memang bisa. Lahiran anak pertama, juga masih bisa. Anak kedua, bisa juga. Setelah anak ketiga, sudah susah tidur siang.
Saya lihat, memang ibu mertua itu rutin tidur siang. Di rumah saya pun, ibu banyak tidur. Ibu sendiri mengakui kalau beliau banyak tidur karena tidak tahu mau melakukan apa lagi. Tapi tahu tidak, walaupun kelihatannya sering tidur, rumah saya jadi rapi dan bersih saat ibu sedang ada di rumah. Sebelum ibu datang, rumah saya berantakan sekali. Saya sampai menolak tamu yang mau datang karena rumah kacau parah melebihi kapal pecah.
Saya tidak tahu bagaimana harus membereskannya. Rasanya tubuh saya sudah tidak kuat. Ibu mertua, entah kapan membersihkannya, tahu-tahu ya bersih saja. Bangun pagi, beliau mencuci piring lalu menyapu lantai rumah dan depan halaman. Saya tidak menyuruhnya, lho. Harusnya saya cepat-cepat mengerjakannya ya, tapi kan saya biasa santai. Nanti sajalah... Eh, sudah dibersihkan duluan oleh Ibu.
Kemudian beliau sarapan, duduk-duduk. Beliau tidak main hape, jadi terlihat santai. Saya tidak tahu kapan beliau melakukannya, mungkin saat saya sedang sibuk mengetik atau mengurus si kecil, tahu-tahu lemari pakaian saya rapi! Iya, rapi.... Baju-baju tertata rapi. Sebelumnya? Berantakan. Setiap habis menyetrika, saya jejalkan saja baju-baju itu ke lemari. Ibu menata baju-baju tersebut, termasuk kerudung-kerudung saya. Aduh, jadi malu....
Perabotan-perabotan di rumah juga ditata, dibereskan. Hal-hal yang saya anggap sepele dan nanti saja itu diselesaikan dengan cepat oleh Ibu. Kemudian beliau duduk lagi, memandang ke luar jendela ruang tamu. Saya menemaninya berbincang-bincang. Saat saya tinggalkan, beliau membuka-buka buku. Saya kira majalah atau apa, ternyata buku pelajaran anak-anak. Iya, buku pelajaran anak-anak saya!
"Ini sms Ismail buat Sidiq, tulisannya, "Sidiq, ayo belajar. Kalau nggak belajar nanti Ismail bilang Mama biar dijewer."" Ibu menunjukkan buku pelajaran Ismail sambil tertawa.
Saya bengong, lalu ikut membaca buku pelajaran itu. Ada tugas menulis sms atau pesan pendek. Saya malah tidak tahu karena jarang mengecek buku pelajaran anak-anak. Saya terlalu disibukkan dengan pekerjaan rumah dan sampingan. Ya, apa lagi kalau bukan me time-me time yang menguras waktu? Ibu pernah cerita,
"Ibu dulu yang ngajarin anak-anak sendiri. Mengaji, berhitung, membaca. Tapi kalau anak-anak jadi pintar di sekolah, Bapak yang bangga dan bilang, "ini Bapak yang ngajarin." Huh, padahal Ibu yang ngajarin...."
Hihihihi.... apalah saya ini. Terlalu menyerahkan semuanya ke sekolah sampai terlewat memeriksa tugas sms Ismail ke Sidiq yang isinya "mencemarkan" nama baik ibunya itu. Ya pasti gurunya di sekolah menyimpulkan kalau ibunya Ismail itu suka menjewer. Aduh, tutup muka pakai hape. Whoopss.. ini akibat saya lebih sering pegang hape daripada pekerjaan rumah, termasuk memeriksa buku pelajaran anak-anak.
Itulah yang dilakukan ibu mertua, yang seratus persen ibu rumahan. Pikirannya hanya diisi oleh pekerjaan rumah dan anak-anak. Orang-orang di luar sering mengatakan, ibu rumahan itu tidak ada kerjaannya. Orang MLM bilang, ibu rumahan yang tidak bekerja itu tidak produktif. Walaupun di rumah, ayo dong kerja, berpenghasilan bla bla bla. Ibu mertua saya memilih untuk tidak berpenghasilan, tetapi Ibu juga bekerja.
"Kalau Ibu mah nggak punya uang. Ibu kan nggak kerja nyari uang. Ibu dapat uang dari anak-anak...," kata Ibu, lalu menyebutkan semua nama anaknya. Tetapi, Ibu tidak berpikiran atau mau mencari uang tambahan. Salah? Tidak kok. Sama tidak salahnya dengan para ibu yang memutuskan untuk mencari uang tambahan (selain dari uang suaminya), seperti saya. Keduanya adalah pilihan. Toh, walaupun tidak menghasilkan uang, Ibu juga bekerja.
Ibu tak bisa diam, sekalipun sering terlihat tidur siang. Buktinya, rumah saya rapi dan bersih saat ada Ibu. Ibu fokus pada apa yang dipilihnya untuk dikerjakan. Malam hari, Ibu kembali membuka buku pelajaran anak-anak dan membahasnya bersama anak-anak. Sementara saya sering berdalih, "Anak-anak sudah belajar sampai sore, kasihan kalau malam disuruh belajar lagi."
Setelah saya perhatikan, ternyata Ismail senang-senang saja berdiskusi tentang pelajarannya dengan si Nenek, karena Ibu mengajari tanpa marah-marah. Ibu mengajari dengan tenang dan tidak tergesa-gesa, seperti sedang mengobrol. Sedangkan saya? Saya cenderung diburu-buru, karena saya harus membagi waktu dengan yang lain. Ada deadline tulisan ini, itu, bla bla bla. Belum periksa facebook, email, instagram, dan lain-lain. Ibu menikmati pekerjaannya yang dilakukan dengan fokus, sedangkan fokus saya terpecah.
Tentu saja tidak semua ibu bisa seperti ibu mertua, termasuk saya. Namun, saya semakin meyakini bahwa tidak ada seorang ibu pun yang menganggur selama dia masih bekerja. Entah apakah itu pekerjaannya menghasilkan uang tambahan ataupun tidak. Semua ibu pada dasarnya adalah ibu bekerja. Ya, kalau tidak curi-curi waktu bekerja sampingan, saya tidak bisa mentraktir Ibu di sini.
Terima kasih, Ibu, untuk satu minggu yang membantu. Ibu harus kembali ke Garut karena di sana beliau juga masih dibutuhkan. Tidak ada Ibu satu hari saja, keluarga di Garut sudah kelimpungan hehehe.....
Iya ibuku sama ibu mertua emang keliatannya selalu sibuk. Tapi ibuku juga masih nyempetin tidur siang. Ada kalanya mereka bilang malah ga bisa diem. Jadi ada aja yang dikerjain :v
ReplyDeletedi rumah itu capek banget mbak, bekerja juga, gak diem trus bobo cantik siang siang. Ibu mertuaku juga seneng pisan beberes rumah. Kalau gak ada ibu sehari emang deh rumah udah kayak apa, jangankan sehari deng, sejam dua jam juga langsung ga karuan. hahaa
ReplyDeletekeren ibu mertuanya. hahaha entar mba leyla ketgihan didatengi ibu mertua biar rumahnya rapi terus
ReplyDeleteSama mbk ibuku juga gitu. Jadi malu ih mentang-mentang kerja di luar sering ngeluh capek. Padahal ya di rmah itu kerjaan nggak hbis2
ReplyDeleteIRT itu paling cape kerjaannya apalagi kalo pengen me time ngeblog hehe harus pintar bagi waktunya ya
ReplyDeleteAhh.. persis banget Mba.. Kalo ada ibu mertuaku di rumah, rumahku jadi bersih. Cucian enggak numpuk lagi, kotoran daun di halaman hilang. Tapi seringkali perabot dapur pindah posisinya. :))))
ReplyDeleteibu mertua saya di seberang pulau. jadi kurang tahu gimana rasanya tinggal sama mertua. heu
ReplyDeleteSehat terus ya Mbak buat Ibu mertuanya.. :)
ReplyDeleteBersyukur banget punya ibu mertua yang sabar, perhatian dan tidak ikut campur urusan dalam negeri anaknya...Alhamdulillah ibu mertuaku juga baik banget
ReplyDeleteWah...enaknya punya mertua yang baik kayak gitu, mbak. Hihihi. Kadang heran aja sih dengan mereka yang curhat soal mertua, pake jelekin segala di socmed.
ReplyDeleteSetuju banget tuh, siapapun ibu, entah yang menghasilkan uang atau tidak, dia tetap bukan seorang pengangguran. Malah jadi emak erte yang ngurusin bocil-bocil saja kerjanya super melelahkan dan penuh kesabaran :)
Hmmm, jadi inget dengan saya sendiri, jarang periksa tugas anak-anak. Duuuuh.
ReplyDeleteDuh kadang saya selalu merasa kasihan mbak sama ibu saya karena dia itu jarang istirahat dari pagi sampai malam malahan karena kesibukannya dalam bekerja padahal kalau kerja saya juga bisa kok yang ngambil tapi ibu saya kekeh mau tetap kerja padahalkan diumur yang sudah segitu harusnya istirahat dan biarkan anaknya yang meneruskan.
ReplyDeleteSaya dengan ibu mertua juga gitu Mbak, kompak dan klop. Kami akur dan dekat. Punya ibu mertua yang baik itu jadi kayak banyak belajar ya gimana nanti kalau punya menantu. :)
ReplyDeleteIbu mertuaku pun baik banget mba.. Apa aja dibawain ke rumah. Masakannya enak :D ibu mah ngga ada off nya yaa mba leylaa...moga ibu di Garut sehat terus yaa
ReplyDeleteHahaha...sama ibu mertua juga kayak gitu, kalau dtg segala diberesin :)
ReplyDeleteKadang orang pikir, bekerja itu baru bekerja kalau menghasilkan uang. Pekerjaan IRT memang ngga menghasilkan uang, tapi kalau dilakukan dengan baik, menghasilkan keluarga dan anak-anak berkualitas tinggi, yang ngga ternilai oleh uang.
ReplyDeleteKadang orang pikir, bekerja itu baru bekerja kalau menghasilkan uang. Pekerjaan IRT memang ngga menghasilkan uang, tapi kalau dilakukan dengan baik, menghasilkan keluarga dan anak-anak berkualitas tinggi, yang ngga ternilai oleh uang.
ReplyDelete