Assalamualaikum. Semangat Senin! Suami saya sudah beberapa kali menawari berbisnis yang jauh dari profesi penulis. Awal menikah, suami mengajak saya berbisnis roti karena dulu dia pernah kerja di perusahaan pembuat tepung dan sering mengadakan demo masak di toko-toko roti. Kelihatannya dia serius sekali ingin membeli mesin-mesin pembuat roti. Bagaimana dengan saya?
Saya suka roti, tapi sebatas memakannya. Saya tidak bisa (dan tidak suka) memasak. Saya hanya bisa menulis. Tapi saya seorang yang suka belajar. Jadi saya belajar memasak, termasuk membuat roti. Lebih banyak gagalnya. Suami saya bilang, bukan saya yang akan membuat roti. Saya hanya mengurusi bisnisnya. Namun sampai hari ini, toko roti itu belum terwujud.
Lain waktu, suami mengajak berbisnis pakaian dengan membuka toko pakaian di mall. Lagi-lagi saya malas menjalaninya. Zaman kuliah dulu, saya pernah mencoba jualan jilbab. Ternyata saya bukan orang yang bisa bermanis mulut, menawarkan jilbab ke teman-teman agar membeli. Saya malah menitipkan jilbab itu ke seorang teman, dan dia yang menjualkan. Tidak semuanya laku. Sisanya malah saya pakai sendiri. Berjualan secara langsung itu butuh mental kuat.
Ketika saya sedang menyerah menulis buku, saya berpikir pekerjaan apa yang bisa saya lakukan selain menulis? Saya harus punya alternatif pekerjaan lain, kalau saja saya terpaksa berhenti menulis buku karena sudah tidak ada yang mau membeli buku-buku saya. Akhirnya Allah memberi jawaban. Dipertemukannya saya dengan dunia blog. Sebelumnya suami saya pernah menyuruh membuat blog, tapi saya tak mengerti apa itu blog. Ternyata saya pernah ngeblog di multiply, tapi saya pikir itu dulu seperti jejaring sosial biasa, hanya untuk berbincang bersama teman.
Akhirnya saya membuat blog tahun 2011. Dari tulisan sekadar curhat, blog ini mulai menghasilkan pendapatan. Bahkan saya sudah beberapa kali diundang ke acara sponsor. Sebagai seseorang yang dasarnya suka menulis, semua liputan acara itu saya tulis di blog. Padahal saya hanya mendapatkan goodiebag isi tumbler dan notes dan makan siang. Ongkos jalannya saja lebih besar dari harga barang-barang itu. Belakangan saya tahu, tidak semua blogger mau menulis liputan acara yang dihadirinya.
Kemarin seorang teman yang merupakan penanggungjawab acara, mengundang saya ke sebuah acara yang membutuhkan blogger. Dia bertanya apakah teman saya rajin menulis liputan acara di blog? Karena di acara sebelumnya ada blogger yang tidak juga menulis liputannya, walaupun sudah ditagih-tagih. Saya bilang, teman saya itu rajin menulis liputannya kecuali kalau sudah ada note: "tidak wajib menulis, hanya live tweet." Saya sendiri walaupun tidak wajib menulis, biasanya akan tetap menulis liputannya kalau sedang senggang. Karena itulah, saya memang suka menulis. Apa lagi yang bisa saya lakukan selain menulis? Bikin kue, tidak bisa. Jualan baju, tidak pede.
Yang harus diketahui oleh para blogger jika diundang ke acara, adalah bahwa pengundang berharap blogger akan menulis liputannya di blognya. Itulah fungsinya blogger. Jadi kalau memang acaranya tidak menarik, keuntungan yang didapatkan tidak banyak, ya tidak usah hadir. Sebab, makan siang pun tidak gratis. Pengundang tentu mengeluarkan anggaran makan siang. Kalau tidak mau dibayar dengan makan siang saja, ya tidak udah datang. Buat apa banyak datang ke acara tapi liputannya tidak ditulis? Buat apa jadi blogger?
Saya sendiri masih punya utang dua liputan karena memang pengundang tidak mewajibkan menulis, hanya live tweet dan tangan saya sudah "gempor" nulis live tweet Hehe... Feenya saya rasa sudah terbalaslah dengan live tweet yang banyak itu. Kecuali kalau fee baru dibayar kan setelah kita setor tulisan.
Namun, ada catatan juga untuk sponsor. Jangan sekali-sekali membohongi blogger mengenai fee blogger, sekalipun hanya goodiebag. Ini cerita lain lagi dari teman saya. Saya tanya ke dia mengenai sebuah lomba blog.
"Mbak, gak mau ikutan lomba blog itu? Kan Mbak dateng ke acaranya?"
Teman saya menjawab, "enggak ah. Sakit hati aku. Katanya dikasih goodiebag menarik, eh gak taunya boong. Gak dikasih apa-apa, cuma kertas-kertas brosur aja. Mana acaranya membosankan. Makanan yang dihidangkan juga hambar."
Hmm, bagaimana tanggapan Anda, wahai bloggers, mendengar jawaban teman saya itu? Apakah Anda akan menganggap teman saya sangat materialistis? Tidak mau menulis reportase suatu acara karena sakit hati merasa ditipu oleh penyelenggara? Kalau saya sih memaklumi rasa sakit hati teman saya itu. Setelah agak rajin mengikuti undangan-undangan blogger dari sponsor, saya jadi bisa menilai mana sponsor yang menghargai blogger dan mana yang menganggap remeh.
Ada sponsor yang sangat royal kepada blogger dengan memberikan banyak goodiebag dan uang transport, tapi ada juga yang cuma kasih goodiebag isi tumbler, notes, atau pulpen. Bahkan ada yang bohong seperti pengalaman teman saya itu. Dijanjikan mendapatkan goodiebag dan ada lomba live tweet, ternyata nihil. Tak sebanding dengan uang transport yang sudah dikeluarkan si blogger. Apalagi teman saya punya usaha juga di rumah dan kudu momong anak. Demi professionalitas seorang blogger, dia meluangkan waktu untuk datang. Tapi sambutan penyelenggara cuma segitu? Ya kalau acara sosial, gak masalah. Masalahnya kan itu acara peluncuran produk dari sponsor, produknya juga gak sembarangan. Produk mahal. Masa ngasih goodiebag ke blogger aja gak bisa?
Lho, jadi kamu blogger matre? Blogger mata duitan? Atau blogger "bodrex"? Kan ada tuh istilah wartawan bodrex yang suka minta amplop kepada pengundang. Nah, nah, ini yang perlu diluruskan. Yang jelas, blogger dan jurnalis (wartawan) itu beda. Jurnalis jelas bekerja di sebuah media dan mendapatkan gaji, sedangkan blogger bekerja sendirian dan tidak dapat gaji.
Blogger itu apa sih? Blogger itu orang yang suka menulis di blog, kemudian blognya menjadi populer dan dibaca banyak orang. Ditandai dengan Alexa rank yang ramping, DA tinggi, komentar banyak, follower mengular, dan lain-lain. Untuk bisa memperoleh semua itu, blogger harus rajin menulis dan membagikan tulisannya. Belakangan, banyak sponsor yang melirik blogger untuk memasarkan produknya. Ya tentu saja dengan diulas di blog tersebut. Dengan pekerjaannya itu, apakah salah kalau kemudian blogger mendapatkan bayaran?
Namun, tidak semua yang ditulis blogger itu dibayar. Contohnya saat saya menulis tentang Twin House, tempat makan ini saya datangi karena menjadi tempat diselenggarakannya sebuah event bloggerm. Bukan Twin House yang membayar saya, tapi panitia gathering. Saya hanya suka saja mengulas Twin House, hitung-hitung menambah tulisan di blog ini.
Jika urusannya dengan pemasaran suatu produk, mestinya sih wajar ya blogger mendapatkan bayaran. Wong sales saja dibayar. Itu yang dinamakan profesionalitas. Jatuhnya sudah ke profesi. Kalau kita kerja di kantor, apa tidak mengomel kalau gaji belum turun? Realistis saja. Blogger meluangkan waktunya untuk menulis, membeli pulsa internet, menyebarkan tulisannya, bahkan ada yang sangat professional sehingga hasil-hasil fotonya pun bagus. Itu semua pekerjaan, bukan iseng-iseng. Apalagi untuk full time blogger yang tidak punya kerjaan lain yang menghasilkan uang. Dari mana dia dapat uang kalau sponsor minta diendorse gratis? Sementara dari hasil tulisan si blogger, produk sponsor semakin dikenal dan keuntungan penjualannya meningkat. Blogger dapat apa?
Jangan dikira tulisan blogger itu remeh. Saya pernah mengkomplain pelayanan pengiriman karena barang saya nyasar entah ke mana. Sampai saya datangi kantor pengirimannya, masih belum ada kejelasan. Akhirnya saya tulis di blog dan dibaca banyak orang. Alhamdulillah, tidak lama, saya dihubungi oleh kantor pusatnya langsung. Beliau meminta maaf bahkan mau memberikan ganti rugi, tapi saya tolak. Yang penting barang saya itu sampai ke tujuan saja. Dan benar saja, barang saya akhirnya sampai setelah 4 bulan berkelana alias nyasar entah ke mana. Ternyata nulis di blog bisa membuat orang dari perusahaan pengiriman itu serius menangani kasus saya.
Begitulah. Sebab saya penulis dan blogger, dan sudah menjadikan keduanya sebagai profesi maka saya harus maksimal. Kalau disuruh menulis ya ditulis. Jangan sampai ditagih-tagih pengundang. Dari pihak sponsor pun harus tahu, blogger tidak bisa dipermainkan apalagi dibohongi. Kalau menjanjikan goodiebag menarik tapi ternyata isinya hanya brosur produk, ya siap-siap saja blogger "emoh" menulis hasil liputannya. Akhirnya terbukti memang, lomba blog produk tersebut kurang ramai. Blogger yang datang ke acaranya pun tidak banyak yang menulis walaupun hadiahnya gadget keren. Jangan-jangan si blogger juga mikir, itu gadgetnya beneran enggak?
Sebab saya penulis (dan blogger), sampai hari ini saya masih menulis dan bukan jualan kue apalagi baju. Yah mungkin nanti bisa jadi saya berubah profesi, kalau bosan menulis. Tapi, selama 20 tahun ini, saya masih setia menulis.
Hehe...Sangat mewakili :)
ReplyDeleteWah ternyata ada penyelenggara yang ngga jujur ya.. Hana belum pernah sih karena meski ngeblog udah dari tahun 2008, baru ikutan acara blogger tahun 2015 :) makasih sharingnya mba leyla hana :)
ReplyDeleteSemangat untuk menulis ya mba. Dlu rajin buat kue tapi kayaknya ga bakat buat jualan karna hasil kurang konsisten. Hihii
ReplyDeleteSemangat mba...memang kalo jualan harus punya keberanian ya mba..
ReplyDeleteooh ada juga yg gak jujur ya? iya sih kasian juga jauh2 dtg gak di "sambut baik".
ReplyDeletebtw, kalo ngeblog sambil jualan enak juga kali ya :-)
Iya Mbak. Dibilang matre, tapi ya memang butuh effort khusus e buat datang ke suatu acara.
ReplyDeleteaku juga enggak bisa jualan loh, Mbak
ReplyDeleteaku hanya bisa menulis
etapi sering dipandang sebelah mata :(
kok samaan dengan akuh sih mba....gak jago masak, gak jago jualan bisanya cuma nulis dan nulis.
ReplyDeleteMakasih ya tulisannya..
ReplyDeleteMakasih ya tulisannya..
ReplyDeleteMakasih ya tulisannya..
ReplyDeleteaku juga bukan tipe penjual banget. paling ga bisa kalo suruh bermanis2 merayu orang suruh beli. enakan juga nulis cuma bedanya aku belum sekeren mbak leyla hehehe...
ReplyDeletesemoga suatu saat mimpi suami bikin toko roti kue terwujud^^
ReplyDeletejualan juga harus semangat, terus update di website dan selalu update di medsos juga..
ReplyDeletesemangat semangat...
Kapan y bisa kayak mba Leyla Hana ini hihihi sukses berkarya hingga diundang semoga saya ketularan suksesnya aamiin ^^
ReplyDeletesaya merasa terwakili ketika disebut tidak suka memasak :D :D
ReplyDeleteSaya nulis di blog hal-hal yang nggak bisa saya tulis di web, pekerjaan sehari-hari as a lifestyle editor. Tapi utamanya sih untuk self-healing, Mbak. Lagi kesel, nulis. Lagi happy, nulis :)
ReplyDeleteMenulis itu sudah menjadi passion ya Mba.. Kalaupun ada rasa jenuh paling jeda beberapa hari aja .. setelah itu kangen lagi nulisnya..
ReplyDeleteBisnis roti or baju butuh modal besar. Harga mesin pengadon roti yg utk seratusan pcs itu aja 9 jutaan. Nulis modalnya dikit...asal kuat mikir hehehe
ReplyDeletesetuju mbak ;).. aku sendiri blm berani bilang ke org2 kalo aku blogger.. terima job review aja bisa diitung pake 1 tangan ;p.. jujurnya ya karena aku blm berani sih, takut ngecewain kliennya juga kalo tulisan ga cocok... dan takut ga bisa tepat waktu nulis apa yg diminta... sadar diri aja kalo kerja kantoranku sangat menyita waktu... baru bisa nulis aja minggu, baru bisa BW jam 10 malam ke atas -__-..
ReplyDeletetapi sekalinya aku trima job review yg aku pikir memang cocok tema dan gaya penulisannya, pasti kok aku slalu bikin secepat mungkin supaya bisa dipublish di blog sesuai keinginan klien :).. kan sama2 enak ya kalo klien dan blogger nya tau kewajiban dan haknya gitu..
setuju ya mbak, walau aku memang jarang datang di acara-acara yang mengundang blogger
ReplyDeletelama-lama, menulis di blog makin berat ya
ReplyDelete