Kelas 3 gempar! Sebuah berita yang luar biasa hari itu telah menimbulkan kegaduhan. Mimi dan Didi putus! Banyak yang tidak percaya. Mereka sudah pacaran dari baru masuk SMA. Masa sih bisa putus? Kalau mengikuti istilah anak sekarang, hubungan mereka itu Relationship Goals banget. Hubungan yang ideal, mesra, romantis, dan bikin kami iri.
Yeah, apalah kami ini cuma kumpulan jomblo di SMA. Aku pun heran, kenapa sampai kelas 3 belum ada satu cowok pun yang "nembak." Apa aku ini jelek? Tapi belakangan aku mensyukuri keadaanku itu. Untung aku jomblo, kalau enggak pasti udah nyesel kayak Mimi. Setelah putus dari Didi, Mimi jadi kayak orang gila. Kadang nangis, kadang ketawa. Dan mulutnya enggak pernah berhenti ngomongin Didi. Mimi bahkan punya foto pacar Didi yang baru dan dibanding-bandingkan dengan dirinya.
"Liat, cantikan gue kan daripada dia? Bego aja si Didi ninggalin gue demi dia!"
Kami menatap foto cewek yang di foto. Cewek berjilbab toh. Lalu seorang dari kami nyeletuk, "eh, tapi kalau diperhatiin, wajah cewek ini mirip elo, Mi. Itu artinya, Didi enggak bisa lepas dari sosok lo. Liat aja, alisnya juga tebal kayak alis lo."
"Oh iya yah...." Mimi tercenung, "iya dong, Didi emang gak bisa lepas dari bayangan gue...." Dia tertawa, tapi sejurus kemudian, "kenapa dia mutusin gue?? Apa salah gue???"
Jeritannya bikin kami berpandangan dan diam. Di depan Mimi, kami sok menghibur. Di belakang, kami malah nyukur-nyukurin. Yah, namanya juga anak SMA. Kalau dulu udah ada You Tube, mungkin Mimi juga udah nangis-nangis di You Tube. Terus dia jadi seleb dadakan.
"Makanya, kalau pacaran tuh jangan kelewatan. Cium-ciuman depan orang-orang. Gue gak nyangka lho, kirain mereka bakal nikah," kata teman-temanku.
Yap. Hubungan Mimi dan Didi itu emang di luar batas anak SMA sih. Apalagi di zaman ketika hape belum jamak dimiliki dan internet masih mahal. Untung kami belum punya hape. Coba kalau udah, pasti Mimi udah pasang foto-foto mesranya di media sosial. Beberapa teman mengaku pernah melihat mereka berciuman sepulang sekolah saat kelas sudah kosong. Mereka juga pernah dipanggil ke ruang BP untuk mendapatkan wejangan dari guru BP mengenai hubungan pacaran mereka itu.
Sejak putus dari Didi, mendadak Mimi jadi sering pulang bareng kami. Dulu dia selalu bareng Didi. Alhasil, kami harus mendengarkan curhatannya terus.
"Padahal, gue dan Didi itu udah berencana nikah setelah lulus. Kok aneh dia mutusin gue justru pas mau lulus. Apalagi ceweknya itu lebih jelek dari gue." Cerocosnya.
Kalau mengingat masa saat mereka masih pacaran, kelihatannya memang ideal. Tapi, menikah setelah lulus SMA? Emangnya mereka gak mau kuliah? Kalau aku sih mau kuliah dulu, kerja dulu. Ya, gak perlu sampai S2 dulu sih kayak di iklan pemutih wajah. Kelamaan nanti gak laku-laku. Mereka memang kompak banget, ke mana-mana berdua. Kalau diperhatiin juga wajah mereka agak mirip. Yang cewek cantik, yang cowok cakep. Cocok, deh. Siapa sangka mereka juga bisa putus? Didi pacaran lagi dengan gadis berkerudung, bahkan katanya Didi akan menikahi gadis itu.
Bagaimana dengan Mimi? Sampai lulus SMA, Mimi masih kayak orang linglung. Hubungan yang dibina hampir 3 tahun itu seperti tak berbekas. Didi cuek bebek, seperti tidak pernah menjamah Mimi. Belakangan, Didi ngomong di depan orang-orang,
"Udah mau lulus, gue putusin cewek gue. Ganti dengan yang lain. Toh, kita akan masuk ke kehidupan yang baru. Cewek juga mesti baru."
Astagaaa! Jadi gitu ya si Didi.... Bagaimana relationship goals mereka? Ya, itu kan hanya ada di pikiran Mimi. Kebanyakan cowok seusia Didi, belum memikirkan soal relationship goals. Mereka pacaran hanya untuk senang-senang. Ah, bukan sekali dua kali aku temukan cowok yang ngaku kalau pacaran mereka itu hanya untuk hiburan. Walaupun aku gak punya pacar, tapi aku sering ngobrol dengan cowok-cowok. Jangan-jangan justru itu aku gak punya pacar. Aku enaknya dijadiin teman daripada pacar.
Enggak apa-apa. Memang dulu aku galau gak punya pacar. Kesannya seperti gak laku. Ternyata Allah kasih aku pacar setelah aku memang sudah siap menjalin relationship goals dunia akhirat, yaitu pernikahan. Setelah Ijab Kabul, setelah semua orang bilang "sah" baru deh aku bisa mencium tangan si dia. Itu pertama kalinya aku mencium tangan seorang laki-laki. Ciuman pertamaku juga dilakukan oleh lelaki yang menikahiku. Sorry ya, tidak sembarang lelaki bisa menjamahku. Hanya lelaki yang serius menjalani relationship goals denganku dunia akhirat.
So, girls, kalau kamu pikir cowok yang memacarimu itu serius? Pikir lagi deh. Apalagi kalau masih di bangku SMA. Kebanyakan cowok baru serius menjalani hubungan kalau usia sudah matang (di atas 25 tahun), sudah selesai sekolah, dan sudah punya pekerjaan. Kisah Mimi itu nyata terjadi, dan udah bikin mataku terbuka. Aku gak mau bodoh dan merugi seperti Mimi. Relationship goals buatku adalah hubungan yang dibina setelah menikah.
Jangan takut dengan label jomblo kalau itu sebagai bayaran mendapatkan lelaki terbaik. Lelaki yang benar-benar akan memberimu relationship goals sesungguhnya. Setelah menikah, aku pun tahu kalau suamiku gak pernah pacaran. Bukan karena gak laku. Tapi emang gak mau.
"Rugi ah. Uang jajan nanti habis buat nraktir pacar. Takut juga kalau sampai hamil," kata suamiku.
Satu lagi, aku juga berterima kasih kepada ibu mertua yang sudah melarang suamiku untuk punya pacar. Suamiku pernah dapat surat cinta dari cewek yang naksir, tapi dengan lugunya dikasihkan ke ibunya. Surat itu pun disobek-sobek oleh ibunya sambil memberi peringatan larangan pacaran sebelum lulus sekolah. Alhamdulillah ya Allah, punya ibu mertua yang berhasil mendidik anak lelakinya agar menjaga kehormatan perempuan.
Coba ya ibu-ibu yang punya anak perempuan menjelang dewasa, sering-seringlah mendekap mereka sambil kasih wejangan agar menjaga kehormatan diri. Jangan membiarkan tubuhnya sembarangan dijamah lelaki. Dan ibu-ibu yang punya anak lelaki, juga harus dekat dengan putranya dan melarang berpacaran sebelum lulus sekolah dan bekerja. Iya dong, emangnya mau anaknya nikah sebelum kerja dan tiap hari minta makan sama ibunya? Gak mau kan. Anak laki harus diajarkan bertanggungjawab. Kalau mau menikah, harus sudah siap menghidupi anak orang.
Itulah relationship goals yang sesungguhnya. Percayalah, kamu akan bahagia menjalaninya.
Nice share mbaa...jadi inget jaman muda dulu yaa.
ReplyDeletehaduuh kadang2 pusing liat anak sekarang moedlnya macem2
aku jadi parno banget punya anak2 cewek nih..smoga bs amanah jaga mrk deh
Aamiin semoga kita bisa menjaga & membimbing anak-anak ya, mba. Zaman dulu aja udah begitu parahnya, apalagi sekarang.
DeleteAdeuh lulus SMA sdh berencana mau nikah? Dulu kok saya mikirnya mau masuk PTN mana supaya keliatan keren ya wkwkwk fyuuhh syukurlah
ReplyDeleteJuga, dulu jaman SMA saya masih suka main, gak mau dikekang sama pacar makanya gak pacaran, tapi klo naksir seriiiinng, trus klo yg ditaksir jadian ma cewek lain mewek jg hihihi
Iya mba, aku pun kaget. Tapi mungkin gitu ya pikirannya kalau pacarannya udah dalem banget. Kalau naksir doang, aku juga sering xixixi
DeleteSetuju sama postingan ini, aku pernah sih pacaran, tapi... hehe
ReplyDeletesedikit cerita aja, aku pacarannya pakai hati, dicolak colek marah daaaannnn aku diputusin diselingkuhin gegara enggak mau ciuman... kalau aku mau pasti sekarang bakalan nyesel pake banget, apalagi kalau sampai putus
Alhamdulillah, mba Witri bisa tegas menolak walaupun pasti cinta banget ya.. Kan pakai hati, pacarannya.
DeleteAlhamdulillah, waktu sekolah saya selalu jomblo. Dan pacarannya setelah menikah... Halal. Hehe...
ReplyDeleteItu yg namanya relationship goals :-)
Deletesuami kereeeen :)
ReplyDeleteUhuukk... *batuk, ah
DeleteAnak SMA kok udah bayangin mau nikah sih? Waktu SMA dulu saya malah berencana pengen sekolah tinggi dulu. Nikahnya ntar kalau udah mapan. Ya, sekitar usia 25 an. Alhamdulillah nikahnya umur 25 kurang 2 bulan.
ReplyDeleteIya Mbak, ga nyangka juga aku kenapa lulus SMA mau nikah. Tapi ga jadi nikah, kan putus hehe..
Deletejangan2 sekarang anak SMP yang kayak gitu. mikir relationship goal. padahal relationship goal itu belum final lho. what's your relationship goal(s)? baru deh bisa dijawab.
ReplyDeleteJujur, nangis baca postingan ini. Saya memang masih 20an, tapi akrab dengan sebutan "jomblo ngenes" dari teman-teman haha..
ReplyDeleteKetika mulai percaya dengan satu pria, saya justru ditinggal karena salah satu alasannya saya gak mau ada kontak fisik.
Postingan mbak menguatkan saya :)
Kebahagiaan setelah kepedihan itu nyata kan, mbak? :)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteA debt of gratitude is in order for posting this information. I simply need to tell you that I simply look at your site and I discover it exceptionally fascinating and educational. I can hardly wait to peruse bunches of your posts. love affirmations
ReplyDelete