Seorang ibu
memiliki seraut wajah penuh cinta, sebab pada wajahnyalah berkumpul seluruh
cinta dari semua anaknya. Anak-anak mengecap makanan pertamanya dari seorang
ibu. Dan, ibulah yang senantiasa berusaha menyajikan makanan terbaik di atas
meja makan. Dengan senyumnya yang tulus, ia membiarkan anak-anaknya mengambil
makan terlebih dahulu. Melihat anak-anaknya makan dengan lahap, perutnya
sendiri sudah terasa penuh. Kesedihan adalah ketika ia melihat meja makannya
kosong tak terisi sosok-sosok yang telah beranjak dewasa dan meninggalkannya.
Saya pantas merasa iri pada seraut wajah penuh
cinta itu. Tepat pukul 18.30, setelah semua orang di rumah itu selesai
menunaikan salat Magrib, meja makan di ruang tengah sudah terisi beraneka macam
masakan. Pindang Ikan Mas, Pepes Ayam, Sayur Toge dan Tahu, tidak lupa pula
semangkuk Sayur Kacang Merah. Yang terakhir adalah masakan kesukaan suami saya.
Inilah balasan dari perjalanan panjang 12 jam, Bogor-Garut. Jarak yang mestinya
dapat ditempuh dalam waktu 5 jam itu, menjadi lebih lama dua kali lipat pada
hari libur besar.
Antri ambil makan |
“Pasti macet deh kalau libur panjang begini.
Kenapa sih kita harus susah payah ke Garut? Minggu depan saja pas libur akhir
pekan biasa,” saya berusaha menggoyahkan keinginan suami yang ingin pulang ke
Garut menengok kedua orangtuanya.
“Ibu menyuruh kita pulang. Sudah lama kita nggak
pulang. Kita harus pulang. Kalau kamu nggak mau, aku pulang sendiri ya.” Suami
menjawab dengan nada datar, sebagai isyarat bahwa apa yang sudah ditetapkannya
tak bisa diganggu gugat. Sebagai istri yang baik, saya pun mendampinginya
pulang ke rumah orangtuanya yang juga telah menjadi orangtua saya sejak ijab Kabul.
Dalam hati, saya tahu, selain menaati perintah orangtuanya, suami juga
merindukan sesuatu. Masakan ibunya.
Ah, yang satu itu belum bisa saya lampaui. Masakan ibu adalah yang terenak
daripada semua masakan yang pernah dicicipi suami. Terutama Sayur Kacang Merah.
Suami menyuruh saya agar belajar memasak masakan tersebut, tapi saya belum
berhasil. Rasanya tentu saja tidak seenak masakan Ibu. Ibu yang usianya sudah
lebih dari setengah abad. Meskipun tubuhnya sudah mulai sering sakit karena
asam urat dan darah tinggi, rambutnya pun telah memutih, serta kulitnya tak
lagi kenyal, Ibu masih tangkas memasak makanan kesukaan anak-anaknya, lalu
menghidangkannya di meja makan.
“Makan dulu…” begitu ujarnya, memanggil semua
anggota keluarga untuk makan bersama di meja makan.
“Kalau tidak ada anak-anak, rumah sepi….” Bapak
berbicara sambil menyendok sambal. Sambil makan, kami berbincang-bincang.
Terkesan seperti tidak mengikuti table manner, tetapi itulah yang terjadi. Bapak dan anak-anak lelakinya
seringkali berbincang mengenai berita terkini dan sepakbola, sedangkan saya dan
Ibu berbincang mengenai hal-hal random
sehari-hari. Kehangatan yang hanya tercipta ketika anak-anak sedang “pulang.”
Bapak dan Ibu selalu merindukan masa-masa bersama
anak-anak. Berkumpul di meja makan, berbincang mengenai apa saja. Dilanjutkan
duduk selonjor di sofa depan teve. Mengomentari tayangan televisi sambil
mengobrol apa saja. Begitu hangat. Begitu dekat. Itulah mengapa, setiap dua
atau tiga bulan sekali, kami harus pulang. Kalau tidak, salah satu dari Ibu dan
Bapak, akan menelepon dan menanyakan kapan pulang.
“Kalau anak-anak mau pulang, Bapak akan langsung
menyuruh Ibu masak makanan kesukaan kalian,” kata Ibu sambil tersenyum, ketika
mengaduk Sayur Kacang Merah yang tengah mendidik. “Bapak akan bercerita apa
saja, karena di hari biasa, Bapak tidak punya teman bicara,” katanya lagi.
Saya bisa membayangkan betapa sepinya meja makan
itu ketika Ibu dan Bapak hanya berdua saja di rumah. Anak-anak sudah
berkeluarga semua dan berada di rumahnya masing-masing. Tak heran, suami saya
selalu ingin pulang ke rumah orangtuanya. Jika saja bukan karena jarak dan
waktu, mungkin suami saya akan pulang seminggu sekali. Rindu masakan ibunya. Rindu
berbincang di atas meja makan. Ya, meja makan adalah salah satu tempat untuk
menanamkan kenangan manis di hati dan pikiran anak-anak.
Di atas meja makan, berkumpul cinta seorang ibu.
Ibu menghidangkan semua masakan kesukaan anak-anaknya. Bahkan, kalau semua
anaknya sedang pulang, Ibu akan memasak makanan kesukaan mereka, walaupun
berbeda-beda menunya. Ada yang suka Sayur Kacang Merah, ada yang suka Kari
Ayam, ada juga yang suka Sate Domba. Apa pun, asal bisa mengekspresikan cinta
seorang ibu, sebagaimana ketika ibu menyuapi anak-anaknya makan untuk pertama
kalinya. Di atas meja makan pula, ibu dan ayah bisa menanamkan nilai-nilai
positif ke dalam jiwa anak-anaknya melalui obrolan-obrolan ringan yang
bermakna. Sehingga tak akan ada lagi kita dapati anak-anak yang “kering”
jiwanya, dan mencari pelarian dari rasa sepinya ke hal-hal negatif.
Meja Makan Punya Cerita |
Pesan itulah yang disampaikan dalam kampanye “Meja
Makan Punya Cerita” oleh Tupperware Indonesia. Beruntung, saya mendapatkan
undangan Talkshow “Pentingnya Makan Bersama di Rumah” bersama Psychologist
Expert Ajeng Raviando, Psi, pada Jumat 20 Mei 2016 di Head Office Tupperware
Indonesia, Tower A, Lantai 12 Jalan RA. Kartini Kav 8, Cilandak Barat, Jakarta
Selatan. Acara yang diselenggarakan atas kerjasama Tupperware Indonesia dan
Viva Log dari www.viva.co.id. Ketika masuk
ke tempat acara, saya langsung disambut dengan meja makan bernuansa putih
hijau, cantik dan cerita. Peralatan makan “Petite Blossom” dari Tupperware yang
berwarna hijau muda menghiasi meja makan dengan begitu indahnya. Saya
membayangkan kami sekeluarga duduk melingkari meja makan menggunakan peralatan
Petite Blossom, sambil berbincang santai dan menikmati hidangan makan malam
yang sudah disiapkan oleh saya. Anak-anak bisa menceritakan pengalaman mereka
hari itu, sehingga kehangatan antara anggota keluarga pun dapat terjalin.
Begitu masuk ke ruangan acara, mata saya kembali
dimanjakan oleh puluhan meja makan yang senada. Para blogger telah melingkari
meja makan dan menikmati kudapan pembuka berupa teh atau kopi dan kue-kue
manis. Mangkuk-mangkuk kecil berisi mie dan pangsit juga terhidang di meja,
tetapi itu baru akan dilengkapi dengan kuahnya nanti di pertengahan acara. Koleksi
terbaru dari Tupperware ini isinya komplit. Ada wadah untuk nasi, sup, saus,
lauk tanpa kuah yang dilengkapi penutup dan sendoknya. Ada wadah besar yang
diisi buah-buahan dan disediakan pula Turbo Chopper beserta bumbu-bumbu untuk
membuat rujak. Wow!
Blogger Gathering Tupperware |
Filosofi rujak itu sendiri menurut saya adalah
kebersamaan. Di dalam seporsi rujak, ada beraneka macam buah. Buah-buahan itu
mewakili masing-masing anggota keluarga. Rasa rujak itu juga bermacam-macam.
Rasa manis yang berasal dari gula merah, rasa pedas yang berasal dari cabai,
rasa asin yang berasal dari garam, dan rasa asam yang berasal dari asam. Saya
punya kenangan tersendiri mengenai rujak, sebab keluarga saya dulu juga sering
berkumpul di waktu-waktu santai sambil makan rujak. Ayah saya amat pandai
meracik bumbu rujak yang pedas dan membuat perut saya melilit, tetapi tetap
saja saya tidak kapok memakannya. Ya, betapa meja makan menyimpan ceritanya
masing-masing. Hanya meja makan yang sepi saja yang tak punya cerita. Dan
sungguh, di masa modern seperti sekarang ini, banyak keluarga yang sulit
meluangkan waktu untuk makan bersama di meja makan. Selain karena kesibukan,
media sosial juga membuat anggota keluarga lebih senang berinteraksi dengan
orang-orang yang jauh daripada orang di sebelahnya.
Buah-buahan untuk Rujak |
Turbo Chopper: Alat pembuat bumbu rujak |
Acara dibuka dengan pengumuman peserta beruntung
yang datang pertama kali. Kemudian dilanjutkan dengan permainan kata berantai.
Tupperware Indonesia membagikan banyak hadiah untuk para peserta, koleksi Tupperware
yang cantik dan elegan. Sambutan pertama dibawakan oleh Bapak Edwin Jonathans,
Product Manager Tupperware Indonesia yang menjelaskan mengenai tujuan dari
kampanye Meja Makan Punya Cerita. Bahwasanya Tupperware ingin menciptakan
kembali tradisi bersantap di rumah. Semoga banyak keluarga Indonesia yang
terinspirasi mengingat betapa pentingnya kita mengembalikan tradisi ini, karena
akan menumbuhkan sikap dan karakter yang positif ke dalam jiwa anak-anak.
Selanjutnya, Ibu Rina Sudiana, Product Manager
Marketing Dept. Tupperware Indonesia memperkenalkan koleksi terbaru Tupperware
yang sudah saya lihat dari pertama masuk ke dalam ruangan acara, sampai duduk
di meja makan. Coba saja lihat sekarang ini kita lebih senang makan di restoran
karena makanannya ditaruh di dalam wadah yang menarik dan bisa difoto lalu
diunggah ke media sosial seperti instagram. Padahal, kita juga bisa
melakukannya di rumah asalkan wadah tempat makanan rumahan pun tidak kalah
dengan wadah yang ada di restoran. Petite Blossom, namanya. Dapat mendukung
suasana menyenangkan saat berkumpul di meja makan. Terdiri atas: Soup Server
(wadah sup), Saucy Dish (wadah saus), Serving Platter (piring saji), Sendok
Sayur, Sendok Saji, Mangkuk. Mangkuknya cocok untuk tempat makan anak-anak,
tidak pecah dan tumpah. Dijual sepaket dengan harga Rp 515.000. Jangan
khawatir, semua produk Tupperware ini bergaransi.
Petite Blossom Tupperware |
Dan yang terpenting tentu saja pemaparan dari
Ajeng Raviando, Psi mengenai pentingnya menumbuhkan kembali tradisi makan
bersama di meja makan. Hilangnya kebiasaan ini membuat hubungan antara anggota
keluarga memiliki jarak yang lebar. Sesibuk apa pun orangtua, usahakan agar ada
waktu untuk makan bersama anak-anak. Kalaupun tidak bisa setiap hari, ya
beberapa hari sekali. “Jika tradisi bersantap di rumah ini hilang, maka orangtua dan pasangan tidak punya kesempatan
menanamkan nilai-nilai yang akan diangkat dalam sebuah keluarga. Sehingga yang
terjadi seperti sekarang ini, munculnya generasi yang acuh,” kata Ajeng
Raviando.
Ajeng Raviando dan Rina Sudiana |
Ya, betul sekali. Bahkan di antara pasangan suami
istri pun kehilangan komunikasi yang hangat dan mesra dikarenakan kesibukan dan
akhirnya berpisah. Ternyata solusinya mudah. Cukup luangkan waktu untuk makan
bersama di meja makan.
Lengkap uiii tulisannya...mari biasakan bertemu di meja makan keluarga ^_^
ReplyDeleteKalau kata kakakku, biar masakan sederhana kalau tempatnya bagus, maka selera makan jadi naik. Bagus ya tempatnya, cantiik
ReplyDeleteMakan bersama memang jadi momen yang paling menyenangkan ya mba. D keluargaku, hari pertama puasa biasanya kita akan sahur sama-sama. Mamah akan masak makanan kesuakaan anak-anaknya. Aku paling senang dengan momen makan bersama ini mba, bagiku makan bersama adalah ativitas yang ngga boleh dilewatkan.
ReplyDeleteJadi membayangkan suatu saat anak-anak jauh, tinggal aku berdua suami aja, meja makan jadi sepi. Mungkin itu yg dirasakan kebanyakan orang tua ya. Kalo aku mudik ke rumah ortu saat anak-anak libur sekolah, mereka seneng banget. Rumah jadi rame lagi, nggak sepi, kata mereka. Makan bersama di meja makan jadi momen2 yg indah utk dikenang :)
ReplyDeleteRujak kami dicamil sama meja sebelah ... soalnya meja kami kayaknya lebih tertarik dengan baso malang :)
ReplyDeleteMakan bareng bikin hepi ya, bun. Jadi kangen pas di rantau. Hehe. Ibuku juga rajin masakin klo anaknya pulkam. ��
ReplyDeleteAku lospokus, naksir berat sama meja kursinya heheeee
ReplyDeleteaih peralatan makannya keceh
ReplyDeleteSetuju, makan bersama keluarga adalah hal yang paling menyenangkan dan membahagiakan Karena bisa memperkuat hubungan antar anggota keluarga juga.
ReplyDeleteMakan bersama itu pengikat rindu dan cinta ibu
ReplyDeleteMakan bersama itu pengikat rindu dan cinta ibu
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMeja makan itu pengikat rindu dan cinta pada ibu
ReplyDeleteInspiratif mak, dari meja makan akan menciptakan hubungan yang makin harmonis dalam keluarga...TFS
ReplyDeleteAda rujaaak? dududuuuh pagi pagi disuguhin rujak, jadi kepingin bikin nich. Memang kalau sudah ngumpul di meja makan, selalu ada cerita menarik dari anggota keluarga dan moment inilah yang slalu dikangenin
ReplyDeleterujak ya, keren nih. paling enak dimakan sama-sama tuh : )
ReplyDeletejadi kangen masa lalu waktu kumpul2 keluarga kumpul di meja makan habis itu cerita2
ReplyDeletesaya suka hijauuunya, jadi pengen, di meja makan kadang kami bercerita meski saat itu sedang tidak makan mbak
ReplyDeletebanyak cerita dari meja makan, bikin kangen karena jadi nostalgia bersama keluarga ya mbak.. acaranya seru :-)
ReplyDeleteWaah acara yg asyiik nih beruntung banget bs ikut :)
ReplyDeletejadi pengen mudik juga nih abis baca tulisan ini, mau masakan ibu. sayur kacang merah khas sunda, saya juga suka klo ibu yang masak, say abelum bisa masaknya hehehe
ReplyDelete