Menikah selama sembilan tahun memang bukan waktu yang lama,
tetapi juga tak sebentar. Pernikahan itu ternyata hubungan yang penuh
lika-liku. Terkadang lurus-lurus saja, tetapi sering kali mengalami hambatan. Jika
tidak bisa melaluinya dengan sabar, sudah pasti akan berujung pada perceraian
sebagaimana yang terjadi pada banyak
pasangan, termasuk selebritis. Kita melihat pernikahan mereka baik-baik saja,
dikaruniai anak-anak yang lucu, tetapi pada tahun ke sekian memutuskan untuk
bercerai karena sudah tak sepaham atau seprinsip dan beraneka alasan lainnya.
Pernikahan saya dan suami yang terhitung masih dini itulah
yang membuat kami harus terus bekerja keras untuk menjaga dan mempertahankannya
hingga akhir nanti. Pernikahan ibarat bunga yang harus terus disiram dan
dipupuk agar tidak layu. Kedua pasangan harus memiliki komitmen untuk
menjaganya (bukan hanya salah satu), baru bisa mewujudkan hubungan pernikahan
yang solid dan kokoh. Setidaknya, lima hal inilah yang kami lakukan untuk
menjaga hubungan pernikahan kami tetap hangat dan romantis. Sesekali bertengkar
tak masalah, asal tetap berpegangan tangan dan saling menguatkan.
Beribadah
Bersama-sama
Pernikahan ini kami mulai di hadapan Allah. Ikatan janji
pernikahan disaksikan langsung oleh Allah dan dalam agama kami, ikatan itu
disebut “Mitsaqaan Ghalizaan” atau perjanjian yang kuat. Satu dari beberapa
perjanjian manusia yang disaksikan langsung oleh Allah dan mengguncang arsy’
(singgasana Allah). Yang namanya “janji” itu harus ditepati. Kami berjanji
untuk saling menunaikan tanggung jawab sebagai suami dan istri, maka kami harus
menepatinya. Takdir pernikahan memang hanya Allah yang tahu, apakah kami akan
terus bersama sampai ke surga atau terputus di dunia. Namun, dengan adanya
janji ini, kami berusaha sekuat tenaga untuk memenuhinya. Dengan beribadah
bersama-sama, kami saling mengingatkan akan komitmen pernikahan ini.
Berfoto usai salat Idul Adha |
Memang tidak selalu kami beribadah bersama-sama. Misalnya,
suami salat di masjid, saya di rumah. Pernikahan itu sendiri adalah ibadah,
jadi kami niatkan semua aktivitas yang kami lakukan dalam pernikahan ini
sebagai ibadah. Suami mencari nafkah adalah ibadah. Istri menunaikan tugas
sebagai ratu rumah tangga juga ibadah. Insya Allah jika diniatkan sebagai
ibadah karena Allah, maka hati dan tubuh menjadi ringan untuk menjalaninya. Tak
sedikit suami yang melalaikan tugas mencari nafkah, pun tak sedikit istri yang
lalai melayani suami. Namanya manusia pasti selalu digoda agar berkelit dari
kewajiban, semoga kami tetap konsisten memikul tanggung jawab dalam pernikahan
yang diniatkan untuk ibadah ini.
Menjaga Komunikasi
dan Interaksi Suami Istri
Walaupun kami sudah berada di bawah satu atap, bukan berarti
kami terus bersama selama 24 jam. Apalagi jam kerja suami saya bukan lagi 9-5
tapi 7-8. Suami berangkat ke kantor jam 7 pagi dan sampai di rumah jam 8 malam.
Saya pun menjalani tugas rumah tangga seringkali kelelahan sehingga tubuh sudah
berbaring di tempat tidur pada jam suami pulang kantor. Jika kami tidak menjaga
komunikasi dan interaksi suami istri, pastilah hubungan menjadi hambar dan tak
berarti. Setelah suami pulang dari kantor, kami sempatkan berbincang selama
satu sampai dua jam. Kadang-kadang saya sudah tidur, tapi pada sekitar tengah
malam saya bangun lagi. Suami juga kadang sudah bangun lagi, karena jarang bisa
tidur lama-lama. Saat itulah kami berbincang-bincang tentang apa saja.
Komunikasi yang intens dan rutin ini dapat menjaga kami dari
prasangka negatif terhadap pasangan. Jangan dikira bahwa pernikahan bertahun-tahun
dapat membuat suami istri saling mengenal. Jika jarang berkomunikasi, bagaimana
bisa mengenal? Bahkan setelah menikah saya masih menemukan kejutan-kejutan dari
diri suami saya, yang baru tersingkap
setelah mengobrol panjang. Komunikasi juga membuat kami dapat saling memaklumi
dan memahami jika ada perbuatan pasangan yang kurang sreg di hati. Dengan
pemakluman dan pemahaman itu, kami dapat menerima kekurangan pasangan dan tidak
menjadikannya sumber konflik rumah tangga.
Melakukan Kegiatan
Bersama-sama
Memang tidak setiap hari kami melakukan kegiatan
bersama-sama, tetapi dalam satu minggu itu harus ada waktu yang kami habiskan
bersama. Sebagai istri, saya juga punya aktivitas sampingan dan kadang-kadang
mengikuti kegiatan di luar. Saya tidak boleh kebablasan, karena ada waktu untuk
suami yang harus dijaga. Kalau suami melarang, ya sudah. Tetap di rumah dan
menemani suami. Kami melakukan kegiatan bersama-sama, dari hal-hal kecil
seperti pekerjaan rumah tangga (suami
membantu saya mencuci piring, memasak, mengepel lantai, dan sebagainya),
berolahraga (main bulutangkis, lari, senam), bahkan sesekali suami mengantarkan
saya ke acara yang harus saya hadiri. Begitu juga saya, beberapa kali menemani suami dinas ke Bandung. Dengan begitu, kebersamaan kami dapat
dijaga.
Menemani suami dinas ke Bandung |
Liburan Sekeluarga
Mengapa sekeluarga? Berhubung anak-anak masih kecil dan
tidak ada tempat untuk menitipkan anak, jadi kalau liburan ya kami tetap
mengajak anak-anak. Bukan masalah, karena kami masih mendapatkan waktu
berkualitas. Justru enak bisa bersama anak-anak dan anak-anak menyaksikan bahwa
orangtuanya rukun dan mesra. Bahkan anak saya yang bungsu usia 3 tahun, ketika
ayahnya pulang dari kantor, berkata: “Ayah cium Mamah…. Cium….” Hehehe… itu
karena kami tidak sungkan menunjukkan kemesraan di hadapan anak-anak dalam
batas wajar, seperti mencium pipi, punggung tangan, dan memeluk.
Liburan ke Pantai |
Liburan tidak harus menunggu anak-anak libur panjang. Di akhir
pekan pun bisa. Kalau libur panjang anak-anak, kami biasanya pulang ke rumah
nenek dan kakeknya di Garut, lalu menjelajahi tempat-tempat wisata yang ada di
sana dari mulai pantai, pemandian air panas, gunung, dan sebagainya. Saat akhir
pekan, kami bisa berjalan-jalan ke tempat yang dekat, seperti Kebun Raya Bogor
(karena rumah saya di Bogor), Kebun Binatang Ragunan, atau menginap di hotel
untuk satu malam. Tidak masalah. Biaya terjangkau, karena tidak harus berlibur
ke luar negeri. Liburan sekeluarga selain mendapatkan kesenangan dan melepas stress,
juga semakin mendekatkan hubungan antara suami istri dan anak-anak. Hubungan
yang dekat itulah yang akan membuat kita merasa hampa jika ada satu saja yang
hilang. Otomatis, suami dan istri memiliki keinginan untuk mempertahankan
hubungan sampai kapan pun.
Bayangkan kalau suami berlibur sendiri, istri pun demikian. Lama-lama
ikatan hati itu mengendur karena sudah tak memiliki ketergantungan satu sama
lain. Tak heran jika banyak suami istri yang bercerai dengan alasan karena
kesibukan sehingga tak ada waktu untuk
bersama. Padahal, kebersamaan itu mudah diciptakan. Termasuk berlibur
pun tak perlu menunggu liburan panjang. Liburan juga tidak harus ke tempat yang
mahal dan mengeluarkan biaya yang banyak.
Menjaga Hubungan Intim
Suami Istri
Salah satu tujuan pernikahan adalah mendapatkan hubungan
seks yang halal, karena memang hubungan intim suami istri itu tidak bisa
dianggap sepele. Sesibuk apa pun, suami istri harus menyempatkan diri untuk
berhubungan intim minimal seminggu sekali, kecuali saat istri berhalangan. Percayalah,
hal itu akan menguatkan hubungan suami istri. Beberapa waktu lalu, saya juga
mendengarkan pemaparan seorang konselor di bidang pendidikan anak, bahwa
keberadaan seorang ayah itu harus mutlak ada dalam pengasuhan anak. Bagaimana supaya
ayah betah di rumah dan bersedia mengasuh anak bersama istri? Salah satunya, perhatikan
kebutuhan seksual suami. Dengan kata lain, suami istri harus menjaga hubungan
intim di tempat tidur.
Namun, dalam berhubungan intim tersebut sering kali
menghadapi kendala baik psikis maupun fisik. Kendala fisik acapkali
mempengaruhi kondisi psikis. Sebut saja area V wanita yang mengalami gangguan
karena gatal-gatal, keputihan, bahkan berwarna kehitaman karena terletak di
bagian lipatan. Kondisi fisik tersebut bisa membuat seorang istri merasa tidak
percaya diri ketika berhubungan intim dengan suami dan mempengaruhi
psikologisnya. Ada istilah frigid, di mana istri enggan berhubungan intim
dengan suaminya karena tidak percaya diri dan khawatir suami tidak puas.
Padahal, kondisi fisik yang demikian bisa diobati, baik dari dalam maupun luar.
Dari luar misalnya dengan menggunakan pembersih area kewanitaan Lactacyd White
Intimate Whitening Daily Feminine Wash.
Tak hanya berfungsi membersihkan daerah intim wanita atau
area V, Lactacyd White Intimate juga mencerahkan area V dalam waktu empat
minggu apabila rutin digunakan minimal dua kali sehari, karena mengandung
Ekstrak Susu, Algowhite dari alga laut,
dan Actipone-B dari bengkoang. Telah teruji secara dermatologis sehingga aman
digunakan setiap hari. Saya sudah menggunakannya kurang lebih satu minggu, jadi
tinggal menunggu tiga minggu lagi untuk membuktikan hasilnya. Sedangkan untuk
fungsi membersihkan, Alhamdulillah sudah terasa efeknya. Area V terasa lebih
bersih dan kesat, gatal-gatal juga berkurang. Maklum, sehari-hari saya banyak
bergerak dan mudah berkeringat, sehingga dapat memancing kuman penyebab gatal.
Dulu saya merasa terganggu sekali, sekarang tidak lagi.
Penggunaannya sangat mudah, seperti memakai sabun biasa.
Cukup tuangkan di telapak tangan secukupnya lalu busakan, sapukan ke area V
dari depan ke belakang, kemudian bilas hingga bersih. Rasakan deh kesegarannya.
Bagi saya pribadi, memakai Lactacyd ini sangat membantu dibandingkan dengan
sabun biasa karena cocok untuk area V dan tidak membuat iritasi. Kalau pakai
sabun biasa justru terasa perih dan gatal. Saya beli ukuran 60 ml sehingga bisa
dibawa ke mana-mana, termasuk saat menginap di hotel bersama suami (uhuui…),
saya bawa juga lho. Harganya Rp 24.000 di minimarket dekat rumah pun ada. Harga
ini bervariasi tergantung tokonya. Jadi, kalau habis, bisa langsung ke
minimarket dekat rumah. Pemakaiannya juga hemat, karena hanya menggunakan satu
sampai dua tetes untuk sekali pemakaian.
Semakin intim dengan Lactacyd White Intimate? Mengapa tidak? Karena Lactacyd, Proven Self V.
Bener, mak. Lactacyd varian ini khasiatnya bikin pede para emak-emak. Hehehe... Walopun gak keliatan, bagian yang 'ini' penting juga ya untuk terlihat putih. Goodluck kontesnya. ^^
ReplyDeleteUhuiiii....baca ceritanya roman pisaaan dah ah
ReplyDeletemoga lucky mb
aku jg pake,terutama pasca mlahirkan
Oh..jadi itu rahasianya? Hihihi..
ReplyDeleteCoba aaahhh..
Makin langgeng ya mbak leyla
ReplyDeleteWah qu jd pengen cobain ini TFS mba^^
ReplyDeleteKeren reviewnyaaaa. Mudah-mudahan menang ya Maaaak. Hihihi. Aku juga pengen ikutan nih, tapi datelinennya besok. Moga masih keburu. Hihihii
ReplyDeletewow itu rahasia mbak leyla
ReplyDeleteLactacyd saya malah dibelikan suami hihi. Emang perhatian banget dianya.
ReplyDeletewah coba ah, belum coba sih produk lactacyd
ReplyDeleteAku sih setuju kalau keharmonisan keluarga emang penting untuk dijaga, mba leyla. Wajib itu hukumnya. Biar rumah tangga awet :)
ReplyDeletemesraanyaa
ReplyDeleteAaaaak bacaan dewasa!
ReplyDeletesaya juga suka ngintil kalo suami dinas keluar kota, seklaian jalan2 hehehe
ReplyDeletesaya masih pake lactacyd yang warna pink, mba, belum coba yang ini :)
Aq blm coba lactacyd yg bisa memutihkan ini :)
ReplyDelete