“Ayah mau
sarapan apa nih? Nasi uduk, mau?”
“Mau, tapi
maunya Nasi Uduk Bismillah, ya….”
“Hah? Nasi Uduk
Bismillah? Apaan tuh?”
“Itu, nasi uduk
yang di jalan turunan itu….”
Percakapan di
hari minggu pagi menandai perkenalan saya dengan Nasi Uduk Bismillah. Sebagai
warga pinggiran Depok, penjual nasi uduk di sekitar tempat tinggal kami cukup banyak.
Setiap dua ratus meter, ada penjual nasi uduk. Kalau hari-hari kerja, saya beli
nasi uduk di dekat rumah saja. Itu jika saya tidak sempat memasak sarapan.
Sebenarnya suami kurang suka dengan nasi uduk yang dijual di dekat rumah karena
terlalu banyak santan dan cita rasa khas nasi uduknya kurang terasa.
Kadang-kadang kami tes lidah juga dengan membeli nasi uduk di tempa-tempat
lain. Ternyata favorit suami saya adalah Nasi Uduk Bismillah itu. Berhubung
tempat jualannya cukup jauh dari rumah saya, saya hanya membelinya di akhir
pekan. Hari Sabtu atau Minggu. Harga nasi uduknya juga lebih murah daripada di
tempat lain. Kalau di tempat lain harga per bungkusnya sudah Rp 5.000. Nasi
Uduk Bismillah masih menetapkan harga Rp 3.000. Memang tidak ada bihun dan tempe
keringnya, tapi nasi, kerupuk, dan bawang goreng sudah menyenangkan lidah suami
saya. Rasa nasi uduknya khas nasi uduk Betawi.
“Yang paling
penting sih karena penjualnya selalu mengucapkan ‘Bismillah’ setiap kali
menuangkan nasi,” kata suami.
Saya terpaku.
Suami saya ternyata perhatian juga ya, sampai memperhatikan hal sekecil itu.
Eit, mengucapkan “Bismillah” bukan hal kecil bagi seorang muslim. Bismillah,
yang dalam Bahasa Indonesia berarti “Dengan menyebut nama Allah” mengandung
maksud bahwa orang yang mengucapkannya itu percaya, yakin, dan berserah diri
kepada Allah. Setiap perbuatan yang didahului dengan ucapan Bismillah, insya
Allah mengandung keberkahan. Apalagi bila itu diucapkan oleh seorang pedagang
makanan.
Penasaran, saya
pun menyambangi kediaman tukang nasi
uduk itu. Rumah tukang nasi uduk menempel pada rumah sederhana di sampingnya.
Rumah tukang nasi uduk itu jauh lebih sederhana lagi, bahkan bisa dibilang
gubug. Penjualnya adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya harus datang jam 6
pagi supaya bisa kebagian. Pernah saya datang lebih siang, eh semua dagangannya
sudah tandas. Selain nasi uduk, ada kue-kue khas Betawi, seperti gemblong,
gorengan, ketan, apem, dan sebagainya. Harganya masih murah, Rp 500/ buah. Baru
belakangan ini naik jadi Rp 2000/ 3 buah. Lebih murah daripada di tempat lain
yang sudah Rp 1.000/ buah.
Saya memperhatikan
tempat jualan ibu itu, yang hanya berupa satu kamar. Tempat tidur menyatu
dengan tempatnya berdagang, plus kompor dan peralatan dapur. Ya, hanya satu
petak itu. Barangkali hanya kamar mandinya yang terpisah, berada di luar kamar.
Pakaian-pakaian pun dijemur di sisi ranjang. Ada televisi kecil sebagai
hiburan. Saya menebak, ibu ini tinggal seorang diri. Subhanallah, di usianya
yang sudah tua dan sendiri, beliau tidak mengemis, melainkan tetap mencari
nafkah dengan berjualan nasi uduk dan kue-kue.
Saya memesan
tiga bungkus nasi uduk, dan saat itulah saya memperhatikan bibirnya selalu
mengucapkan Bismillah. Saat hendak menyendok nasi, mengambil bakwan, menggoreng
bakwan, menuangkan sambal, menghitung uang kembalian. Entah sudah berapa
“Bismillah” yang keluar dari mulutnya. Bismillah… bismillah… bismillah….
Masya Allah!
Saya malu sekali. Saya mungkin sering lupa mengucapkan Bismillah. Bahkan saat
mau makan pun, saya kadang lupa membaca doa sebelum makan. Tetapi, ibu itu
sangat konsisten mengucapkan “bismillah.” Ah, pantas saja nasi uduknya enak
meskipun hanya dengan bawang goreng, kerupuk, dan sambal. Bakwannya juga enak,
padahal isi sayurannya sedikit. Begitu juga dengan kue-kuenya. Semua dibuat
dengan mengucapkan kata Bismillah, dari mulai pengadukan tepung, penggorengan,
dan dimasukkan ke dalam plastik. Mungkin itulah keberkahan yang diterima oleh
penjual nasi uduk karena selalu menyertakan Allah dalam setiap pekerjaannya.
Beberapa kali
suami pernah menegur saya ketika saya kesulitan melakukan sesuatu. Suami tanya,
“Tadi sudah baca Bismillah belum?” Saya pun tersadar kalau saya belum membaca
Bismillah. Misalnya, saat saya kesulitan memasang regulator dan penghemat gas,
saya pasti panggil suami atau menunggu suami pulang. Saya pernah tidak memasak
seharian karena tidak bisa memasang regulator gas itu. Suami sudah memberikan
arahan melalui telepon dan sms, tapi saya masih takut. Takut nanti gasnya bocor lalu meledak, seperti yang ada
di berita-berita.
Setelah suami
pulang, ternyata cara pasangnya mudah saja. Kalau gasnya belum mengalir,
selangnya digoyang-goyang. Asalkan tidak ada masalah pada karet di kepala
gasnya itu, berarti bisa dipasang. Dan yang paling penting, suami bilang, “Tadi
Mamah udah baca Bismillah belum pas mau masang regulatornya?” Saya cengigisan, “Belum….”
Ah, satu kata
itu… mengapa sering terlupa? Terima kasih, Ibu Nasi Uduk Bismillah, sudah
mengajari saya untuk senantiasa membasahi bibir dengan Bismillah.
Masya Allah... Ibu itu nggak cuma membasahi lisannya dengan zikir di saat sibuk, tapi jg sudah berdakwah. Barakallah...Thanks Mbak Ley, postingannya manfaat banget!
ReplyDeleteenak banget nih, kesukaanku tp sayang banyak nasduk yang pakai penyedap. aku seneng bikin sendiri hehehe
ReplyDeleteBtw tukang nasi uduk menginspirasi
ReplyDeleteMasyaallah ..mungkin itulah yg bikin dagangan ibu ini laris ya mbak :)
ReplyDeleteIni nih yang keren, perjalanan di dunia, tak lupa tujuan ya, makanya dia sibuk berdzikir. Di daerah saya, ada juga tukang ayam keliling, yang tak lupa ucap basmallah, sebelum potong-potong ayam. beliau sudah menunaikan ibadah haji.
ReplyDeleteOrang-orang hebat ya
Waaah semoga berkah Allah berimpah buat penjual nasi uduknya.
ReplyDelete*terharu*
Pertama baca, nama nasi uduknya unik banget. Semoga yang makan dan yang jual penuh berkah karena banyak didoakan sama yang jual. Btw, harganya juga murah banget loh untuk ukuran di Depok.
ReplyDeletejd inget papa... selalu ngajarin aku utk ucapin Bismillah saat melakukan apapun... anakku yg prtama aja diajarin papa juga kalo tiap makan, di satiap suapan slalu ucapin bismillah... smntara aku hanya ngucapinnya pas permulaan -__-..
ReplyDeletejd pgn nyobain nasi uduk ini mba..sayang jauh bgt...
iitu yang bikin enak ya mbak..bismillah nya
ReplyDeleteterimakasih mbak Ley, semoga saya juga meneladani ibu nasi uduk... :'(
ReplyDeletepenjualnya berkah nih, selalu baca bismillah dulu :)
ReplyDeletepantes pada suka...berkah dari bismillah penjual... rejekinya lancar..
ReplyDelete