Thursday, January 21, 2016

Sampah di Tempat Wisata

Assalamu'alaikum. Saya baru sadar ternyata postingan ini tadinya kosong melompong. Padahal, kemarin sudah menulis pembukaan beberapa paragraf lho. Eh, kok hilang? Ya sudahlah. Toh, pembukaannya nggak sesuai dengan cerita yang mau diangkat. Liburan tahun baru kemarin, saya diajak lagi oleh suami ke Pamengpeuk, Garut Selatan. Rencananya mau mengunjungi pantai yang sama, Pantai Sayang Heulang. Patut dihargai usaha suami memberikan liburan keluarga, karena suami saya tipe orang yang nggak suka bepergian (berwisata). Sukanya diam saja di rumah. Kalau pergi ya paling-paling ke kantor, wkwkwk... Itu mah bukan wisata. Setiap akhir pekan, kami jalan-jalan cuma ke mall yang udah berkali-kali dikunjungi. Kadang saya bosan juga, kok nggak ada ide lain. Jangankan tempat wisata daerah lain, di Garut sendiri tempat suami membesar, baru setelah menikah dengan sayalah dia mengunjungi Pampengpeuk. Itupun setelah saya paksa-paksa, karena bosan tiap ke Garut cuma pindah tempat tidur di rumah mertua. 


Sekarang, sifat dan karakter suami saya itu menular ke anak sulung, Ismail. Ismail susah banget diajak pergi, sekalipun cuma ke mall. Dia lebih suka diam di rumah, main, belajar, dan yah begitu deh. Kalau mau mengajaknya pergi, harus berargumentasi dulu dengannya. Ya iya kalau dia udah bisa ditinggal sendiri di rumah. Mungkin nanti kalau dia sudah remaja, dia juga bakal seperti ayahnya dulu. Diajak main keluar rumah sama teman-temannya, malah mengumpet di dalam kamar. Enaknya sih, suami yang betah di rumah itu justru menguntungkan buat istri toh. Saya pernah dengar ada seorang istri yang sebal karena suaminya nggak betah di rumah. Saat liburan pun pasti menghabiskan waktu bareng teman-teman lelakinya, ya mancing, kumpul-kumpul, nongkrong, dan sebagainya. Alhamdulillah, suami saya nggak begitu hehe..... tapi ya gitu deh, dia nggak punya referensi tempat wisata karena nggak pernah ke mana-manaaa! 


Pantai Sayang Heulang, tempat tujuan kami itu, sudah pernah kami kunjungi setahun lalu. Dan tebak apa? Nantinya kami juga akan menginap di penginapan yang sama, kamar yang sama! Kalau dipikir-pikir, suami saya itu tipe setia ya. Buktinya, kamar penginapannya aja sama! Dia nggak mau berpindah ke lain hati. Udah cocok dengan kamar itu. Berhubung kosong juga, ya dia ambillah. Dia sama sekali nggak mau mencari penginapan yang lain, yang lebih bagus dan adem. Sebelum sampai ke Pantai Sayang Heulang, kami melewati kebun teh dulu. Perjalanannya dari Kota Garut memakan waktu tiga jam. Rugi deh kalau nggak berhenti dulu di kebun tehnya dan mengambil foto. Selama mata memandang, yang tampak adalah rimbun pepohonan hijau yang memanjakan. 

Sayangnya, harus siap ya begitu memasuki wilayah perkebunan teh ini, sinyal telepon hilang! Kecuali kalau memakai Telko***l, sekadar menelepon dan sms sih bisa. Internet? Tidak bisa! Rumah-rumah penduduk di wilayah ini banyak yang memakai parabola. Jadi, stasiun televisi juga nggak ada, kecuali teve kabel. Hohoho... masih ada ya pedesaan yang minim fasilitas. Bisa dimengerti mengapa orang desa itu memiliki anak banyak. Nggak ada hiburannya, hehe.... Begitu mendapatkan spot yang oke untuk foto-foto, suami pun memberhentikan mobil. Sebelumnya, banyak juga orang yang berhenti di kebun teh ini dan terlihat sedang beristirahat sambil makan. Hm, sampahnya dibuang ke mana tuh? Jawabannya.....

"Duh, banyak lalatnya!" suami berkata, saat saya baru membuka pintu. Saat kaki saya mau menjejak di tanah, eh bener tuh. Lalat-lalat berkerumun di bawah kaki saya, sangat menjijikkan! Saya baru melihat ternyata di pinggir kebuh teh itu banyak sampahnyaaa! Huwaaa.... saking terpesonanya dengan panorama kebun teh, kami nggak melihat sampah-sampah yang berserakan. Ada bungkus mie instan, gelas plastik minuman, sampai pembungkus nasi. Pantaslah jadi banyak lalat. Kenapa sih orang-orang yang mampir di tempat ini nggak mau mengantungi sampahnya sendiri? Saya jadi ingat, sepanjang perjalanan, mobil kami berada di belakang mobil yang berkali-kali melempar sampah ke jendela! 

Suami yang pertama ngomong, "Tuh, Mah, mobil di depan itu buang sampah ke jendela!" Saya pun memperhatikan mobil tersebut, niatnya merekam, tapi giliran hape nyala eh dia nggak beraksi. Begitu hape saya matikan, dia buang sampah ke jendela! Itu nggak cuma sekali, melainkan berkali-kali. Yang paling parah, dia buang plastik berisi muntahan ke jendela dan plastiknya itu terbang ke arah mobil kami. Terinjaklah oleh ban mobil suami. Baunya menempel di ban mobil kami. Hadeeeeuuuuh.... Kesel banget. Mau menyalip, nggak bisa, karena jalannya hanya cukup untuk satu mobil. Kalau disalip, takutnya dari arah berlawanan ada kendaraan lain, nabraklah kita. Lagipula karena jalanannya sepi, mobil-mobil pun jalannya ngebut. 


Nah, karena kami turun di kebun teh itu, kami jadi bisa berpisah dengan mobil pembuang sampah. Heran, hari gini masih ada ya orang yang nggak beretika? Buang sampah sembarangan. Nggak sekolah kali ya. Gemesnya nggak habis-habis saya. Oya, melihat plat nomornya, kelihatannya itu mobil dari Bandung. Saya sempat tanya ke suami, bukannya kalau di Bandung itu mobil-mobil harus membawa tempat sampah berdasarkan instruksi Ridwan Kamil? Suami saya saja sampai beli tempat sampah untuk di mobil karena mau ke Bandung. Takut ada razia, katanya. Kalau mobil ketahuan nggak bawa tempat sampah, bisa didenda. Lah, itu orang Bandung buang sampah sembarangan. Apa di mobilnya nggak ada tempat sampah? Maaf ya, buat yang orang Bandung. Ini sih bukan menggeneralisir semua orang Bandung, cuma kaitannya dengan instruksi Ridwan Kamil itu. Bila memang diwajibkan membawa tempat sampah, mengapa masih membuang sampah ke jendela? 

Balik lagi ke sampah-sampah yang berserakan di sekitar kebun teh. Sungguh mengerikan melihat sampah-sampah itu dikerumuni lalat. Saya pun nggak mau berlama-lama foto di situ. Setelah mengambil beberapa foto, langsung cabut. Apalagi mampir buat makan di situ? Nafsu makan langsung hilang. Lalatnya itu mengerubung lengkap dengan bunyinya "ngung... ngung...." Please dong, ah, kalau numpang makan, sampahnya dibawa lagi. Simpan sampai menemukan tempat sampah. Mungkin nggak ya di kebun teh itu dikasih tempat/ tong sampah? Entahlah. Saya hanya menyayangkan pemandangan yang indah itu jadi rusak karena ulah wisatawan yang nggak beretika.




22 comments:

  1. Ya ngga ada tong sampah pun, mending dipegang dulu aja lah sampahnya ntar pas nemu tempat sampah baru dibuang. Kesel ya kalo lihat kaya gini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo nggak ada tempat sampah, saya selalu memilih untuk menaruh sampah saya di tas sampai ketemu tempat sampah. Kadang sengaja ngasih liat banyak orang, bukan buat pamer, tapi supaya mereka bisa meniru saya.

      Delete
  2. sama kayak ayah dan adik saya awalnya, nggak suka bepergian :))
    tapi adik saya sekarang ketularan saya jadi seneng kelayapan. hahaha,
    masalah sampah emang masalah di mana-mana duh. :(

    ReplyDelete
  3. sayang banget ya jadi tercemar keindahannya. Kalau gitu dimulai dari diri kita sendiri ya mbak untuk buang sampah pada tempatnya

    ReplyDelete
  4. berpergian kemanapun, kita harus membawa sendiri tas plastik untuk sampah kita sendiri. sedih rasanya melihat sampah berserakan begitu

    ReplyDelete
  5. Harusnya dikumpulin dulu terus buang pas ada tempat sampah

    ReplyDelete
  6. Ish saya gemes sama orang yang suka buang sampah sembarangan, apalagi di tempat wisata! huh!

    ReplyDelete
  7. Harusnya dikumpulin dulu terus buang pas ada tempat sampah

    ReplyDelete
  8. mending masukin ke tas..dulu... dari pada ngotorin gitu..

    biasanya dari pikiran... "ah..cuma satu..aja kok.."
    bayangin kalo yg mikir gitu ratusan.... ya,,,sampah banyak deh..

    ReplyDelete
  9. jadi sebel lihat orang yang tidak bertanggung jawab di tempat umum :(

    ReplyDelete
  10. Paling gak suka tuh ada orang yang buang sampah sembarangan, padahal ada tempat sampah 1 m dari tempatnya. Jalan aja napa sih? Males banget. -,-

    ReplyDelete
  11. He eh sebel kala buang sampah sembarangan hiks

    ReplyDelete
  12. Kenapa ya rata2 di tempat wisata itu pada buang sampah sembarangan. Pdhl udah disediakan tong sampah

    ReplyDelete
  13. Sadar lingkungan dan sadar kebersihan kita masih belum memuaskan ya Jeng
    Buang sampah seenaknya
    Kalau air sungai meluap baru deh jerit2 dan menyalahkan pemerintah.
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  14. Saya juga sering melihat tempat wisata yang banyak sampahnya...

    ReplyDelete
  15. Harusnyq bawa plastik kresek ntar sampahnya dikantongin aja. Hehe

    ReplyDelete
  16. Salah satu hal yang kadang akhirnya "ditiru" anak-anak. Pernah suatu kali ke salah satu tempat rekreasi dan sampah lumayan banyak yang berserak, si kecil selesai makan jajannya sampahnya dibuang bukan di tong sampah. Untung ketahuan, dan sempat mencegah. Yang bikin sempet bengong ketika si kecil menjawab saat di larang, "itu loh bu banyak sampah kan itu namanya tempat sampah." Huft... #ah jadi curcol

    ReplyDelete
  17. Aku pernah mungut sampah snack yg baru dibuang remaja yg lg pacaran di curig, eh aku malah diketawain.. asemmmmm...

    Bener2 ya naluri utk menjaga alam ga ada sama sekali

    ReplyDelete
  18. Ngomongin sampah di tempat wisata, saya jd ingt saat ikut jelajah wisata di merapi, ada sekelompok pemuda yg sepanjang rute ngambilin sampah dan membawanya hingga post terakhir.

    ReplyDelete
  19. Iya ya Mbak, apa mereka tuh gak pernah sekolah, gak memperhatikan dampak buang sampah sembarangan? Duh baca aja ikut kesel, apalagi kalau liat sendiri ya, Mbak. Hemmm....

    ReplyDelete
  20. Sayang banget ya Mbak, inginnya menikmati pemandangan alam yg seger, tp pas liat setumpuk sampah jadi gemes sendiri...

    ReplyDelete
  21. Duh, jadi tidak indah ya tempat wisatanya karena sampah

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....