Sesuatu yang
berdenyar-denyar di dadaku.
Keras, sakit, dan
sensitif.
Aku kebingungan. Apa
yang terjadi kepadaku?
Mengapa aku begitu
emosi ketika ada orang yang mengenai dadaku?
Kutanya kepada Ibu,
dan ia memberiku pakaian dalam khusus untuk dadaku.
“Pakai ini, supaya
nggak sakit lagi kalau loncat-loncat,” katanya.
Hari demi hari
berlalu, sesuatu itu terus tumbuh di dadaku.
Yang kulihat di
buku-buku gambar semasa SD.
Ibu bilang, aku sudah
dewasa. Aku tidak boleh membiarkan siapa pun menyentuh dadaku.
Tapi, bukan hanya itu
saja.
Aku harus menjaga dan
merawatnya.
Karena ada penyakit
yang dapat mengambilnya tanpa sisa. Bahkan merenggut nyawaku.
Kanker payudara.
Kanker payudara bukanlah suatu
hal baru dalam hidup saya. Beberapa wanita di sekitar saya, pernah terkena
kanker payudara. Dua orang diantaranya bahkan sudah meninggal. Suami saya pernah bilang, bahwa saya harus
menjaga pola makan karena banyak saudara saya yang terkena kanker. Sewaktu
remaja, saya datang ke rumah kakek untuk menjenguk adik kakek (perempuan) yang
sedang sakit. Saya memanggilnya, “Nyai.” Mama melarang saya melihat karena
penyakitnya tidak enak dilihat. Saya belum mengerti penyakit apa itu. Kata
Mama, ada luka di payudara Nyai yang memerah, bernanah, dan membusuk.
Menyeramkan. Tak lama setelah itu, Nyai meninggal dunia. Lama-lama saya tahu
penyebabnya karena kanker payudara.
Hanya selang beberapa tahun
setelah itu, seorang sepupu saya pun meninggal dunia di usia muda. Anaknya yang
terkecil baru umur empat tahun. Saya menjenguknya saat kanker payudaranya sudah
parah. Ah, lagi-lagi kanker payudara. Saya tidak tahu persis apa penyebabnya.
Menurut orang-orang tua, Nyai terkena kanker payudara karena sering memasak
menggunakan minyak jelantah (minyak sisa memasak yang sudah kehitaman). Minyak
jelantah bersifat karsinogen, memicu kanker. Sedangkan adik sepupu saya terkena
kanker payudara karena tidak menyusui. Kedua anaknya memang tidak disusui
karena bentuk payudara ibunya yang masuk ke dalam. Katanya, ASI yang tidak
dikeluarkan itu dapat menumpuk dan menjadi racun.
Kanker payudara bisa disebabkan
oleh banyak hal, tak hanya dari keturunan. Tetangga saya juga ada yang terkena
kanker payudara, tapi sampai sekarang masih hidup. Barangkali karena
pencegahannya lebih cepat. Payudaranya sudah diangkat. Kedua adik ipar saya pun
pernah menjalani operasi pengambilan tumor jinak di payudara. Bila tak diambil, kemungkinan akan
berkembang menjadi kanker. Keduanya mengaku sering makan makanan cepat saji,
bakso, dan makanan-makanan yang mengandung MSG dalam jumlah berlebihan.
Begitu banyaknya kasus kanker
payudara di sekeliling saya membuat saya lebih berhati-hati. Ternyata, kanker
payudara tak hanya disebabkan oleh genetik atau keturunan. Semua wanita
berpotensi mengalaminya. Apalagi di masa
sekarang ini di mana kita sulit menemukan makanan sehat yang bebas MSG,
formalin, pewarna dan pemanis buatan, serta pengawet. Dari sekian banyak kasus
kanker itu, saya menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah makanan. Tentunya ini
hanya berdasarkan pengamatan saya, karena setiap saya mendengarkan
cerita-cerita mereka yang berkaitan dengan kanker, selalu saja penyebabnya
adalah makanan.
Jadi, tak ada salahnya kalau kita
mulai memilah dan memilih setiap makanan yang kita makan. Sepengetahuan saya
(dari hasil baca-baca referensi), kanker
disebabkan oleh mutasi genetik sel-sel
yang ada di dalam tubuh kita, yang tadinya jinak menjadi ganas. Ini seperti di
dalam film-film fiksi ilmiah. Mutasi atau berubahnya sel-sel itu bisa
disebabkan oleh makanan yang buruk atau zat-zat kimia. Beberapa hal yang sudah
saya praktekkan berkaitan dengan makanan (agar tidak menyebabkan kanker),
diantaranya:
Mengurangi MSG/ Vetsin/ Mecin
Siapa sih yang tidak suka makan
enak? Lidah kita sudah terbiasa makan makanan gurih yang kebanyakan memakai MSG
atau Mecin (orang sini menyebutnya Mecin). Saya juga dari kecil sudah terbiasa
pakai Mecin, jadi kalau tidak pakai itu rasanya hambar. Penelitian mengenai
Mecin, bisa dibrowsing saja ya. Kalau dijelaskan di sini nanti jadi seperti
artikel ilmiah.
Intinya, sesuatu yang berlebihan
itu pasti tidak baik. Seorang saudara ibu mertua saya, meninggal karena kanker
Tiroid, dan katanya itu karena dia kalau masak selalu pakai Mecin yang banyak.
Lidahnya sudah ketagihan Mecin. Pakai Mecin tidak cukup satu sendok untuk satu
panci sayur, tapi mesti pakai Mecin yang ukuran 100 gram itu. Wuiddiiih… Dari
cerita itulah saya takut masak pakai Mecin banyak-banyak. Alhamdulillah,
sekarang saya juga sudah tidak pakai Mecin atau Penyedap Rasa lagi. Saya pakai
yang alami: kuah kaldu ayam atau sapi asli ditambah gula dan garam.
Rempah-rempah alami juga bisa menyedapkan masakan.
Sebenarnya Mecin itu juga sudah
ada di bumbu-bumbu instan, seperti kecap dan saus sambal. Jadi, kalau kita
masak pakai Mecin lagi, bisa dibayangkan berapa banyaknya Mecin yang menumpuk
di tubuh kita? Mungkin rasa masakan kita memang sedikit berbeda dari yang
sebelumnya pakai Mecin menjadi tidak pakai, tapi kalau dibiasakan lama-lama
lidah kita akan menyesuaikan juga kok. Semakin alami masakan kita, semakin
baik.
Tidak Menggunakan Minyak Jelantah
untuk Memasak
Minyak Jelantah adalah minyak
bekas pakai. Minyak yang dipakai berulang kali itu warnanya menghitam. Memang
sepertinya sayang ya, minyak yang baru dua kali dipakai, kelihatannya masih
jernih, dan jumlahnya banyak, lalu kita buang? Enaknya kita pakai terus sampai
habis. Padahal, pemanasan berulang kali bisa memicu zat penyebab kanker. Minyak
itu kan menempel di masakan kita, lalu kita makan. Biasanya, pedagang gorengan
atau makanan-makanan yang digoreng itu memakai minyak berulang kali, lihat saja
minyak di wajannya yang hitam. Minyak yang bagus itu yang sekali pakai, tapi
dipakai yang kedua kali juga masih bisa ditoleransi. Setelah itu, buang.
Lebih baik lagi kalau makanannya
tidak digoreng, alias direbus. Yang ini nih saya masih harus belajar, karena
saya suka gorengan. Mendingan sih goreng sendiri di rumah daripada beli. Beli
sesekali boleh, asal tidak setiap hari. Makan gorengan banyak-banyak juga bisa
menyebabkan kolesterol dan radang tenggorokan. Solusi untuk menghemat pemakaian
minyak, gunakan secukupnya saja tidak perlu sampai memenuhi wajan. Sesuaikan
dengan banyaknya makanan yang akan digoreng.
Tidak Sering-sering Makan Bakso
dan Makanan Cepat Saji
Makan bakso? Siapa yang tidak
suka? Saya juga suka banget. Bakso itu memang bikin kecanduan, tapi apa coba
yang bikin kecanduan? Ya, mecinnya. Nah, kalau makan baksonya tidak pakai
Mecin? Ya, baksonya itu, dibuatnya dari apa dulu. Kalau baksonya bikin sendiri,
kita yang menggiling sendiri dan memastikan bahwa bahan-bahannya aman, silakan
saja makan bakso setiap hari. Tapi, kita tidak tahu bahan-bahan apa yang
terkandung di dalam bakso kaki lima.
Tanpa bermaksud menyamakan semua
bakso yang dijual di jalan-jalan, seorang teman saya yang bekerja di instansi
kesehatan, pernah mewanti-wanti agar jangan sering-sering jajan bakso. Dia
sudah pernah meneliti kualitas bakso di jalan-jalan dan menemukan banyak bahan
berbahaya, seperti boraks dan pengawet. Pesannya, kalau bisa makan bakso
sebulan sekali saja. Kalau benar-benar bisa, jangan pernah makan bakso yang
dijual di jalan. Bikin sendiri saja.
Makanan cepat saji seperti Fried
Chicken juga tidak boleh banyak-banyak. Adik ipar saya yang pernah operasi
tumor jinak di payudara, mengaku kalau dulu sewaktu kuliah dia sering makan
Fried Chicken. Namanya juga anak kampus, malas masak, dan kosnya berada persis
di depan mal. Di mal itu ada restoran cepat saji, ya cus lah dia makan di sana
terus, hampir setiap hari. Saya juga sesekali makan Fried Chicken, tapi tidak sering.
Kalau sering-sering juga bisa bolong kantong saya, hehehe….
Biasakan Makan Sayur dan Buah
Jangankan anak-anak, saya saja
masih harus membiasakan diri makan sayur dan buah. Keduanya mengandung serat
yang melancarkan pencernaan, sehingga dapat membuang racun yang menumpuk. Buat
yang suka sembelit, harus diwaspadai tuh, karena kalau susah BAB itu berarti
racunnya menumpuk di tubuh. Ibu saya yang terkena kanker lidah pun awalnya
susah BAB. Buang air besar lima hari sekali. Normalnya, buang air besar itu
sehari sekali.
Tidak Mengonsumsi Alkohol dan Rokok
Alkohol dan rokok ini ibarat pupuk untuk sel kanker. Yang tadinya sel kanker itu dalam keadaan tidur, lalu dibangunkan oleh rokok dan alkohol, bahkan membesar, membesar, dan membesar sehingga terjadilah kanker ganas. Mari lakukan gaya hidup sehat saja. Kita bisa hidup tanpa rokok dan alkohol. Mending uangnya dibelikan buah yang banyak.
Itu pencegahan dari sisi makanan. Selain itu, saya juga tidak memakai BRA (penyangga payudara) yang terlalu ketat, terutama di malam hari saat tidur. Agar payudara dapat "bernapas" dan aliran darahnya menjadi lancar. Untuk lebih amannya lagi, kita juga mesti rutin melakukan SADARI (Periksa
Payudara Sendiri). Cara-caranya sudah banyak disebar di internet. Kemarin pagi,
saya menyaksikan tayangan mengenai pencegahan kanker payudara di TV One, bahwa
akan lebih akurat lagi kalau kita melakukan Mammogram (Tes Kesehatan Payudara)
untuk mengetahui apakah payudara kita dihinggapi benih-benih kanker atau tidak.
Di Indonesia, sudah ada mobil Mammogram di mana kita bisa memeriksakan payudara
dengan menggunakan X-Ray. Alat ini dapat menunjukkan benjolan di payudara
sebelum gejalanya dirasakan oleh kita. Lebih cepat diketahui, lebih cepat
diobati, insya Allah keberhasilan sembuhnya pun lebih besar.
Wanita yang berusia di atas 40
tahun, setidaknya melakukan Mammogram satu kali setahun atau tiap dua tahun,
karena risiko terkena lebih besar. Wanita yang berusia di bawah 40 tahun dan
memiliki risiko kanker payudara secara genetik (ada keluarganya yang terkena
kanker), juga harus melakukan Mammogram dengan berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter pribadi. Wanita yang tidak termasuk kedua kategori di atas, juga
sebaiknya melakukan Mammogram setelah berkonsultasi dengan dokter. Saya sendiri
belum pernah melakukan Mammogram, dan jadi terpikir untuk melakukannya. Apalagi
dengan keberadaan mobil Mammogram dari Pemerintah itu, kita bisa tes kesehatan
payudara secara gratis. Mobilnya ada di Puskesmas-Puskesmas, tapi sepertinya
dijadwalkan bergantian. Alatnya juga sudah lebih canggih dan tidak sakit.
Semoga dengan semakin pedulinya
kita terhadap penyakit yang satu ini, kematian akibat penyakit ini dapat
ditekan ya, Bu-Ibu. Eh, Bapak-bapak juga lho, karena kanker payudara juga bisa
menghinggapi Bapak-bapak.
Makasih sdh diingatkan. Suka males aja mau priksa payudara
ReplyDeleteHai dear, mau berbagi info nih, aku juga punya penyakit di bagian payudara, belum sampai ke kanker payudara sih, dokter masih berkata kalau benjolan tersebut masih aman, tapi kalau gak diambil bisa jadi berbahaya dan memicu kanker payudara. Jadilah aku operasi tahun 2010 kemaren, dan tahun ini pun aku juga operasi di bagian kana (tahun 2010 di bagian kiri)
ReplyDeleteSepertinya memang pola hiduplah yang menjadi penentu ya. Aku terlalu banyak makan daging, kurang sayuran, kurang olahraga saat itu. Syukurlah sekarang sudah berusaha menjadi vegetarian walau ya memang banyak gagalnya hahaha... Pelan2 boleh lah ya...
Tapi, kalau pun diri sendiri sudah berusaha hidup sehat, kalau orang2 di samping gak mendukung ya sama aja bohong sih. Kayak nih ya ketika aku udah bilang aku mau jadi vegetarian, dokter melarang dengan alasan I'm too tiny to do something like that. Terus nyokap juga setiap hari masak ayam. Sup sayuran aja dikasi ayam .___. Kalau gak dimakan, bakalan ngambek 7 hari 7 malam jadi ya serba salah haahaha...
Kalau boleh nambahin sih, sebaiknya selalu USG bagian payudara setengah tahun sekali, terutama kalau ngerasa di bagian payudara itu ada benjolan (gak cuma benjolan di luar ya, benjolan di dalam itu walaupun gak terasa sakit, justru itu yang harus diwaspadai)
Terima kasih sudah berbagi soal ini ya~
http://farrelandmerry.blogspot.co.id/
Aduh sy penyuka bakso stadium tinggi
ReplyDeletePangling euy photo selpihnyaa #eh gagal fokus.
ReplyDeleteIya, meski tidak ada turunan atau gen memang harus hati dg pola makan
Pas awal kuliah, saya juga pernah kena tumor payudara Mak. Akhirnya dioperasi. Alhamdulillah sekarang baik-baik saja. Sempat ketar ketir juga :(
ReplyDeleteKanker hingga kini msh menjadi momok yg menakutkan.. Tetapi bila kita tahu dan mengenali gejalanya insyaAllah cepat bisa diatasi.. Misal dengan melakukan pemeriksaan dan pengobatan2 sehingga tdk cepat menyebar menjadi stadium lanjut..
ReplyDeletesaudara juga ada yang meninggal mbak, abis diangkat, kemoterapi, tapi ya mau gimana lagi, akhirnya meninggal dunia :(
ReplyDeletesaya mau komen kaya mak ophi, pangling fotonya hehe. aku udah ada riwayat tumor, lagi banyak makan buah sekarang
ReplyDeleteTerimakasih banyak ya bunda untuk informasinya...
ReplyDeletemembantu sekali...
infonya lengkap dan bermanfaat banget mbak leyla. Jadi lebih aware terhadap kesehatan, terutama kesehatan payudara.
ReplyDeleteTq for sharing mba.. sehat2 selalu ya, jadi warning nih buat aq mba
ReplyDeleteAku belum pernah mammogram, mbak. Kata dokter usiaku belum 40, belum perlu. Cukup usg.
ReplyDeleteAku belum pernah mammogram, mbak. Kata dokter usiaku belum 40, belum perlu. Cukup usg.
ReplyDeletengeri juga ya penyakitnya...
ReplyDeletebrrrrrr
betuuul banget maaak...MSG itu bener-bener berbahaya dan menyebabkan banyak penyakit termasuk kanker. Say healthy yaaa mak...dan terima kasih sudah ikutan GAku #finishthefight #gopink #breastcancerawareness
ReplyDelete