Sumber gambar: Sun Life Indonesia |
Blogger bisa kaya? Masa, sih? Blogger
kan penghasilannya tidak tentu. Bagaimana bisa kaya? Profesi apa pun bisa
membuat kita kaya asal tahu cara mengelola keuangannya. Sudah 3,5 tahun ini
saya menjalani profesi sebagai blogger. Tadinya saya ngeblog hanya untuk
mendokumentasikan tulisan dan kegiatan. Tidak terpikir menjadikannya sebagai
profesi. Sampai kemudian saya bergabung dengan komunitas blogger dan sedikit
demi sedikit mengetahui tentang potensi menghasilkan uang dari blog. Nyatanya,
sudah banyak pundi-pundi materi dalam bentuk uang dan barang yang saya dapatkan
dari ngeblog. Bagaimana caranya?
Mengikuti Lomba Blog
Sebagai blogger pemula, blog saya
masih belum banyak dikenal orang. Peluang untuk mendapatkan sponsor pun masih
kecil. Cara pertama untuk mendapatkan penghasilan dari ngeblog adalah dengan
mengikuti lomba blog. Lomba blog ini ada yang berbentuk kampanye kegiatan
sosial, ada yang berbentuk promosi produk sponsor. Untuk bisa menang, tentunya
tidak sekali dua kali saya mencoba mengikuti lomba. Bisa dibilang, dari sepuluh
lomba, yang menang hanya satu. Walaupun kalah, saya tetap mendapatkan ilmu yang
berharga tentang ngeblog.
Apa hadiah dari lomba blog yang
sudah saya dapatkan? Alhamdulillah, lumayan, dari gadget, uang tunai, traveling
gratis, produk sponsor, perhiasan, dan sebagainya. Jika hadiah berbentuk
barang, bisa dipakai sendiri, bisa dijual kembali. Hal ini menjadi penyemangat
ngeblog, setelah sebelumnya tak ada pemasukan apa pun dari ngeblog.
Menerima Job Review
Blog yang populer akan dilirik
dengan sendirinya oleh Sponsor. Blogger dijadikan salah satu alat pemasaran
dari mulut ke mulut. Tulisan di blog diharapkan dapat memperkenalkan produk
sponsor kepada pembaca dan kemudian meningkatkan penjualan. Sudah banyak
blogger terkenal yang mereguk penghasilan jutaan rupiah dari mereview produk
sponsor. Saya juga sudah beberapa kali mereview produk sponsor dalam rangka Job
Review (bukan lomba blog), walaupun tarif saya masih kecil-kecilan karena belum
termasuk blogger terkenal. Semua itu memang bergantung pada popularitas blogger
dan blognya. Semakin rajin ngeblog dan membagikan tulisannya, semakin
populerlah blog tersebut. Blogger pun dapat menangguk keuntungan dari
popularitas blognya.
Sebelum mendapatkan Job Review,
kita harus sudah sering mengulas produk-produk, terutama yang kita pakai,
dengan jujur. Bila bagus, jangan sungkan untuk memuji. Bila ada masukan, saran,
dan kritik, sampaikanlah dengan baik dan tidak menjatuhkan. Dengan begitu,
sponsor pun akan tertarik dengan blog kita. Selain mendapatkan produk gratis,
kita juga bisa mendapatkan penghasilan dengan nominal tertentu.
Mendapatkan Penghasilan dari Google Adsense
Google sendiri membuka peluang
penghasilan untuk para blogger melalui Google Adsense, yaitu pemasangan iklan
di blog. Blogger mendaftarkan blognya di Adsense, bila disetujui maka blognya
akan dipasangi iklan dari Google. Selanjutnya, Blogger mendapatkan penghasilan
bila iklan itu banyak diklik oleh pengunjung blognya. Tentunya, untuk bisa
mendapatkan iklan dari Google, kita harus aktif menulis dan membagikan tulisan,
sehingga blog kita dipandang potensial oleh Google.
Mengikuti Kegiatan-kegiatan Blogger
Bila bergabung dengan
komunitas-komunitas blogger, kita bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diadakan oleh sponsor. Macam-macam keuntungan yang bisa didapatkan, selain ilmu
dan jaringan pertemanan. Dalam bentuk materi, kita bisa mendapatkan fee (bayaran tertentu untuk kedatangan
kita), goodie bag, doorprize, hadiah live tweet, hadiah menulis laporan reportase acara tersebut di
blog, dan lain-lain. Kalau dikumpulkan, bisa menyaingi gaji karyawan kantoran
lho. Itu kalau rajin datang, ya.
Mengisi Acara Pelatihan, Seminar, Workshop, dan sebagainya
Blogger yang sudah terkenal juga
punya kesempatan diundang ke acara-acara tertentu dan diminta menjadi pengisi
acaranya, lho. Tentunya, blogger tersebut akan mendapatkan fee dalam jumlah tertentu, berdasarkan kesepakatan sang blogger dan
sponsor.
Sayangnya, seperti yang saya
sebutkan di atas, penghasilan blogger bukanlah penghasilan yang tetap. Blogger
itu termasuk kategori pekerja kreatif. Kalau kreatif dan konsisten, ya insya
Allah penghasilannya masuk terus. Kalau malas-malasan, ya good bye. Blogger tidak mendapatkan uang tunjangan, asuransi
kantor, apalagi jaminan pensiun. Jadi, bagaimana seorang blogger bisa kaya raya?
Kuncinya: kelola keuangan dengan bijak.
Hari Sabtu, 1 Agustus 2015 saya
mendapatkan undangan Jumpa Blogger Sun Life dengan tema “Yuk, Kelola Keuangan
dengan Bijak” yang dibawakan oleh Safir Senduk dan disponsori oleh PT. Sun Life
Financial di Café XXI Plaza Indonesia. Sayangnya, saya tidak jadi hadir karena
berbenturan acaranya dengan rapat wali murid di sekolah anak saya. Padahal,
saya ingin sekali datang supaya bisa mendapatkan pengetahuan mengenai cara
mengelola keuangan, khususnya untuk profesi blogger ini.
Siapa yang tidak kenal dengan
Safir Senduk, Perencana Keuangan yang salah satu bukunya “Siapa Bilang Menjadi
Karyawan Nggak Bisa Kaya?” menjadi mega best seller di Indonesia? Perencana
Keuangan yang telah berbicara di ratusan seminar keuangan dan mendirikan Biro
Perencanaan Keuangan Safir Senduk dan Rekan pada tahun 1998 itu, mempunyai misi
memberikan edukasi tentang keuangan keluarga kepada masyarakat dan membantu
membuat perencanaan keuangan. Ia juga menjadi Perencana Keuangan pertama
Indonesia yang tips-tips keuangannya dalam bentuk rekaman album berhasil masuk
ke ITunes Store, Toko Musik dan Film Online terbesar di dunia. Bisa diunduh
secara gratis di apple.com/itunes.
Acara ini memang tepat sekali
ditujukan untuk para blogger, dengan tajuk: “Bijak Mengelola Keuangan untuk
Profesi Blogger,” Safir Senduk menyampaikan hal-hal apa saja yang harus
dilakukan oleh seorang blogger bila ingin mapan secara finansial. Tidak masalah
penghasilannya tak menentu, asal bisa mengelolanya dengan baik. Seorang karyawan dengan gaji tetap pun bila
tidak bisa mengelola keuangannya dengan baik, akhirnya bisa miskin juga. Dalam
hidup ini banyak kejadian yang tak terduga. Jadi, kita memang harus
pintar-pintar mempersiapkan segala kemungkinan, apalagi bila pekerjaan kita tak
memberikan pendapatan yang tetap.
Sebagai sponsor utama, PT Sun
Life Financial Indonesia memang sudah beberapa kali mengadakan kegiatan serupa
dalam rangka Financial Literacy, kali ini pesertanya adalah Blogger. Mengapa
Blogger? Sebab, Blogger dapat lebih menyebarkan kampanye Financial Literacy ini
melalui blognya, agar rakyat Indonesia bisa mapan secara finansial, apa pun
profesinya, sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Elin Waty, Direktur dan Chief
Distribution Officer PT Sun Life Financial Indonesia. Saya jadi ingat curahan
hati seseorang yang setelah bertahun-tahun menikah, masih belum punya rumah dan
investasi apa pun. Uangnya habis untuk kebutuhan sehari-hari saja. Dia berkata
seperti ini,
“Aku nyesel karena dulu boros
banget. Uang habis untuk beli baju dan makanan. Jarang masak di rumah karena
malas. Makan di luar rumah terus, sekali makan habis Rp 100.000. Beli baju branded, sepatu, tas…. Coba dulu uangnya
ditabung. Sekarang boro-boro bisa nabung, habis untuk biaya sekolah anak-anak.”
Padahal, penghasilan teman saya
itu lumayan, walaupun bukan pekerja kantoran. Omzetnya bisa ratusan juta. Kalau
dikelola dengan baik, barangkali sekarang dia sudah tenang punya rumah sendiri,
kendaraan, dan sebagainya.
Hal penting pertama yang harus
kita ketahui sebelum mengelola keuangan, adalah bagaimana kita mengatur arus
masuk keluar uang (cashflow) yang
kita dapatkan. Ada tiga macam cashflow:
Cashflow orang miskin: penghasilan dan pengeluaran sama besarnya.
Semuanya habis tak tersisa untuk biaya hidup sehari-hari, sehingga tak ada
tabungan dan investasi.
Cashflow orang menengah: penghasilan disisihkan sedikit untuk
membeli barang konsumtif, dan sisanya untuk pengeluaran utama. Barang konsumtif
itu misalnya: baju, aksesoris, gadget, dan lain-lain. Pengeluaran utama, misalnya:
uang SPP anak, biaya transportasi, membayar hutang, dan sebagainya.
Cashflow orang kaya: penghasilan disisihkan dulu untuk investasi,
baru kemudian membeli barang konsumtif dan pengeluaran utama.
Alhamdulillah, setiap
gajian, pengeluaran saya disisihkan dulu untuk investasi. Sisanya untuk kebutuhan
sehari-hari, ya dicukup-cukupkan deh. Nah, untuk pengeluaran sehari-hari itulah
saya jadi seperti orang “miskin,” alias hematnya ampun-ampunan hihihi….. Kalau
mau beli barang, saya mesti mikir lamaaa banget. Keburu tukang odong-odongnya
lewat deh *apa hubungannya, coba? Saya sering dapat tawaran kredit inilah,
itulah, dari mulai baju, alat masak, elektronik, dan sebagainya, tapi saya
pikir-pikir dulu, dan tidak menyesal kalau barangnya jatuh ke tangan orang
lain. Kalau memang belum butuh, ya buat apa dibeli?
Menurut Safir Senduk, orang yang
paling kaya adalah orang yang paling banyak investasinya, apa pun profesinya. Cara
seseorang mengelola keuangannya bergantung pada karakter orang tersebut, yang
ditentukan oleh otak kanan dan otak kiri. Orang yang lebih sering berpikir
dengan otak kiri itu cenderung spesialis dan mendalam, sehingga biasanya akan
menerima gaji yang besar. Contohnya, dokter, karyawan dalam bidang pekerjaan
spesifik, dan sebagainya. Sedangkan orang yang lebih sering berpikir dengan
otak kanan itu seringkali mengandalkan insting. Mereka tidak mendalami suatu
bidang tertentu, tetapi tertarik akan banyak hal. Bisa dibilang, mereka adalah
orang-orang yang kreatif dan mestinya mereka memiliki potensi penghasilan yang
lebih besar, karena dapat bekerja dalam banyak bidang.
Blogger adalah orang-orang yang
berpikir dengan otak kanan. Selama pengalaman saya menjadi blogger, memang saya
harus kreatif dalam menulis suatu ulasan bila ingin mendapatkan kesan yang baik
dari pembaca dan sponsor. Otak saya mesti jalan terus, tidak bisa berpikir
stagnan. Besok harus ada perubahan apa lagi, nih? Begitu seterusnya. Saya juga
tidak sekadar ngeblog, melainkan juga menulis buku, membuka kursus menulis, dan
sebagainya. Bisa dibilang, saya tidak hanya berpikir mengenai satu hal, tapi
banyak hal.
Wuiih… berarti potensi
pemasukannya lumayan banyak, nih? Alhamdulillah, kalau sungguh-sungguh dan
konsisten, insya Allah setiap bulan ada pemasukan. Lalu, bagaimana cara
mengelola keuangannya agar bisa tahan lama meskipun tak ada tunjangan dan
pensiun? Sama halnya dengan paparan Safir Senduk, tiga hal ini juga saya
terapkan dalam kehidupan saya:
Miliki Investasi Sebanyak Mungkin
Saya dan suami sepakat untuk
menyisihkan pengeluaran investasi, bahkan bisa dibilang pengeluaran investasi
itu lebih besar lho daripada konsumsi. Sejak menikah, saya harus tahan-tahan
diri untuk belanja kebutuhan yang tidak penting. Baju, barang elektronik,
perlengkapan rumah tangga, dan lain-lain, disesuaikan dengan kebutuhan. Ingat,
kebutuhan, bukan keinginan. Misalnya, barang elektronik seperti telepon
seluler. Kalau mengikuti keinginan, pasti kita inginnya beli tipe terbaru, ya
kan? Yang lebih canggih lagi, begitu terus, tidak ada habisnya. Sedangkan saya
dan suami tipe setia kepada ponsel kami, kalau belum rusak ya belum beli lagi
hehe…..
Pengeluaran untuk konsumsi itu
totalnya hanya 30% dari pengeluaran saya dan suami. Sisanya, 70% adalah untuk
investasi. Beberapa investasi yang disarankan oleh Safir Senduk adalah: Saham
Modal, Investasi dengan Manajer Investasi (Reksa Dana atau Unit Link), dan
Properti (Real Estate). Investasi yang saya dan suami lakukan masih lebih
banyak dalam bentuk Properti (tanah dan bangunan). Selain itu, kami juga
berinvestasi dalam bentuk emas dan perhiasan, karena memang sudah terbukti saat
sedang butuh, bisa langsung digadaikan. Ke depannya, kami pernah membahas
rencana untuk investasi dalam bentuk saham.
Eit, jangan sampai terjebak
investasi bodong ya. Sering dengar kan beritanya di media massa? Kita diminta
mengumpulkan uang setiap minggu atau setiap bulan pada seseorang yang mengaku dari
lembaga investasi terpercaya. Konon uangnya bisa diambil beberapa tahun yang
akan datang dengan jumlah berkali-kali lipat. Nyatanya, si pengumpul itu malah
kabur dan uang kita pun hilang. Sebelum menyerahkan uang kita kepada orang
lain, pikir-pikir dulu deh apakah keuntungan yang dijanjikannya itu masuk akal
atau tidak?
Miliki Dana Masa Depan
Masa depan kita, hanya Allah yang
tahu ya. Kita tidak tahu apa yang akan
terjadi beberapa tahun yang akan datang, bahkan lima menit ke depan pun
kita tidak tahu. Apalagi profesi saya sebagai blogger ini tidak ada jaminan
asuransi dan pensiun dari siapa-siapa. Ada
banyak rencana dalam hidup kita yang membutuhkan dana besar, sebut saja:
pernikahan, membangun rumah tangga (beli rumah dan isinya), pendidikan anak,
sampai pensiun. Kalau bisa, jangan merepotkan orang lain (terutama orang tua).
Siapkan dana tersebut dari sejak kita mulai bekerja. Makanya, uang gajian
jangan hanya habis untuk jalan-jalan dan gaya hidup. Sisihkan juga untuk dana
masa depan.
Mengatur Pengeluaran
Penghasilan sebanyak apa pun
tidak akan cukup kalau kita tidak pandai mengatur pengeluaran. Pernah baca
novel atau nonton film “Can You Keep a Secret” yang bukunya ditulis oleh Sophie
Kinsella? Di dalam buku itu dikisahkan seorang sosialita yang hobi sekali
berbelanja, padahal barang-barang tersebut belum tentu dipakai dan malah
menumpuk di gudang. Si tokoh utamanya, Brenda, pun terjerat utang kartu kredit
karena tidak dapat mengontrol pengeluarannya. Dia sangat mudah terjebak oleh
iming-iming SALE!
Hayooo….! Kita juga sesekali
pasti begitu, kan? Yang namanya wanita, hobi banget belanja. Saya juga, kok. Walaupun
saya termasuk hemat, saya pernah juga terjebak jeratan SALE. Ada kisah
seseorang yang mengeluh kesulitan membayar utang-utangnya, tapi kalau saya
perhatikan, dia hobi sekali belanja. Koleksi tas, baju, dan sepatunya saja
tidak terhitung. Harganya? Bukan main. Dia tidak mau pakai baju yang
murah-murah. Bayangkan. Masa beli baju mahal saja sanggup, eh bayar utang tidak
bisa?
Tips dari Safir Senduk sangat
membantu untuk mengatur pengeluaran, saya simpulkan menjadi 5 A:
Ayo, Hindari Sikap Boros!
Beli tas, tidak cukup satu dalam
satu waktu. Kalau perlu, beli sepuluh yang beda-beda warnanya untuk dipakai
sesuai warna baju. Eh, besoknya sudah ganti model. Beli lagi deh model yang
terbaru dan jumlahnya juga tidak hanya satu. Ya mending kalau bisa dijual lagi.
Kalau tidak? Hanya menumpuk di gudang. Jangankan dijual lagi, seringkali, orang
yang suka boros itu malah merasa sayang lho untuk melepas barangnya, baik itu
untuk dijual maupun diberikan ke orang lain. Dia maunya barang itu disimpan
saja di lemarinya, walaupun tidak digunakan. Nah, boros, bukan?
Hindari sikap boros dan
berlebihan, karena akan merugikan isi ATM. Lah iya, mestinya uang tersebut bisa
kita gunakan untuk hal yang penting, jadinya malah dibelikan barang yang
ternyata tidak terpakai. Yuk, ah, kita pikir dulu masak-masak sebelum
mengeluarkan uang. Coba dipikirkan, kita
itu boros kalau beli apa? Atau memakai apa? Misal, boros dalam pemakaian
listrik sehingga tagihan listrik melonjak. Coba pelan-pelan mengurangi
pemakaian listrik, supaya bisa menekan pengeluaran untuk membayar tagihannya.
Apakah Benar Barang Itu Dibutuhkan?
Ketika membeli barang, pikirkan
berulang kali, apakah barang itu benar-benar dibutuhkan. Contohnya, kemarin
saya ingin membeli kompor gas baru karena kompor gas yang lama itu salah satu
tungkunya sudah tidak bagus, apinya tidak merata dan waktu memasak pun jadi
lebih lama. Maklum, kompor gas warisan ibu mertua, dipakai dari sejak saya
menikah. Setelah saya pikir-pikir, ah nanti saja deh belinya kalau sudah
benar-benar rusak. Toh, kompor gas itu masih bisa digunakan karena tungku yang
satunya lagi masih bagus. Seandainya saya jadi beli yang baru, yang lama buat
apa? Teronggok saja di gudang kan sayang. Apalagi saya ini termasuk keluarga
yang jarang memasak banyak, karena penghematan itu juga hehehe…..
Aktifkan Skala Prioritas
Buatlah skala prioritas
pengeluaran dari yang terpenting sampai yang kurang penting dan dimulai dengan
investasi. Itulah yang sudah diterapkan di dalam rumah tangga saya. Kira-kira
seperti inilah skala prioritas pengeluaran yang baik:
Cicilan Utang: Bayar
utang dulu ya, sebelum bayar-bayar yang lainnya. Utang-utang kami itu sebagian
besar dimaksudkan untuk investasi juga, karena untuk menyicil rumah dan tanah.
Untuk rumah, sejak baru menikah, kami sudah berani membeli rumah. Biar kecil
dan jauh dari pusat kota, yang penting sudah punya rumah. Menurut kami, lebih
baik uangnya untuk menyicil beli rumah daripada untuk bayar kontrakan.
Memang, rumah kami sangat jauh
dari pusat kota, tapi ada akses kereta listrik. Setiap hari, suami berangkat ke
kantor naik kereta, lebih hemat biaya transportasi. Sedangkan saya bekerja
dari rumah, jadi tak masalah mau kantornya ada di mana pun. Jauh dari pusat
kota juga bisa membuat kami menekan pengeluaran untuk belanja, karena di sini
tidak ada mall dan supermarket. Adanya minimarket yang barang-barangnya
terbatas. Kalau mau belanja, tunggu akhir pekan. Harga-harga makanan di sekitar
rumah kami juga murah meriah. Belum lagi, ada kelebihan tanah milik pengembang
yang menganggur dan bisa dimanfaatkan untuk menanam pohon singkong, pisang,
belimbing, alpukat, jambu biji, dan lain-lain. Kalau sedang berbuah, ya saya
bisa ambil gratis.
Banyak pengantin baru yang
terlalu pemilih saat membeli rumah, maunya di pusat kota dengan fasilitas
lengkap tapi biaya beli rumahnya tidak cukup. Mereka lebih memilih tinggal di
rumah kontrakan daripada menyicil rumah. Akhirnya, sampai bertahun-tahun, masih
mengontrak dan kesulitan beli rumah karena harganya terus meningkat. Sudah
tentu kalau mau punya rumah di pusat kota, kita mesti punya modal yang kencang.
Bagi saya, lebih baik rumah di pinggiran kota (asal ada transportasi ke kota),
dengan harga murah. Fasilitas terbatas justru membuat kami lebih hemat, kan?
Udara dan pemandangannya pun jauh lebih asri, karena belum terlalu padat
penduduknya.
Tabungan dan Investasi:
Setelah membayar cicilan-cicilan, selanjutnya disisihkan untuk tabungan. Lho,
nabung itu jangan tunggu ada sisa, tapi sisihkan sejak awal. Rekening saya
dikhususkan untuk tabungan, karena saya jarang ke ATM jadi bisa aman hehehe….
Premi Asuransi: Bagi Anda
yang ingin mendapatkan perlindungan keuangan, boleh juga lho berlangganan
asuransi. Ada asuransi pendidikan, jiwa, kesehatan, dan sebagainya. Dengan
berlangganan asuransi, tabungan kita tidak akan terganggu bila ada sesuatu
terjadi berkaitan dengan hal-hal yang kita asuransikan. Misalnya, saat ada
anggota keluarga yang sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. Biaya rumah
sakitnya sudah ditanggung oleh asuransi. Pilih asuransi terpercaya yang sepak
terjangnya sudah diakui di kancah nasional dan internasional.
Biaya Hidup (konsumsi):
Nah ini dia yang konon lebih banyak menyerap pendapatan bulanan kita
dibandingkan pengeluaran-pengeluaran lain, padahal mestinya pengeluaran untuk
biaya hidup ini yang mesti pintar-pintar kita tekan. Sebisa mungkin kita
berhemat dalam pengeluaran biaya hidup, apalagi untuk keperluan-keperluan yang
masih bisa dinomorsekiankan.
Abaikan Godaan SALE
Hohoho…. Tulisan “Sale” ini memang menggoda. Saya sendiri sebagai
ibu-ibu, pernah juga terjerumus oleh sale. Kita pasti sering kan melihat godaan
sale, diskon 50%, diskon 50% + 20%, diskon 70%, dan sebagainya? Baru-baru ini,
saya juga kecele dengan godaan sale. Saya jadi bertobat, tidak mau
mengulanginya lagi, sumpah! Jadi, begini, beberapa waktu lalu saya memang mau
beli tas baru, karena yang lama sudah mengelupas kulitnya. Saya tergoda diskon
70% dari sebuah toko online, ditambah diskon dari kartu kredit suami dengan
pembelanjaan minimal sekian. Saya beli tasnya tidak hanya satu, tapi TIGA! Ya,
karena untuk memenuhi syarat pembelian minimal.
Saya pikir, dengan harga normal
tas tersebut yang mahal, lalu didiskon 70%, pasti barangnya bagus dong. Eh,
ternyata, pas sampai di rumah, huhuhu… barangnya kok begitu amat ya? Memang
bisa dikembalikan, tapi saya malas memprosesnya karena ada syarat dan
ketentuannya. Lalu, saya mikir, “ini pasti gara-gara saya nafsu banget, belinya
sampai tiga.” Sebelumnya, suami saya juga sudah memperingatkan. Beli satu dulu,
lihat dulu kualitasnya, apalagi itu kan toko online. Di gambarnya sih bagus, aslinya? Ah, pokoknya
saya menyesal dengan sale, sale, sale…!
Godaan sale ini bukan hanya
hari-hari tertentu saja lho, setiap hari malah! Kalau dipikir kan aneh juga,
masa toko selalu sale? Apa mereka tidak rugi? Nah, ibu-ibu, tahan diri ya
dengan godaan sale, hehe…
Asuransi, Perlu Dipertimbangkan
Asuransi itu seperti payung saat
hujan. Kalau tidak hujan, ya tidak dipakai. Kalau hujan, akan sangat membantu.
Begitulah, asuransi dibutuhkan untuk meminimalkan risiko dari kejadian-kejadian
yang tidak terduga. Bagi blogger yang tidak punya tunjangan dan gaji tetap,
pemakaian asuransi ini perlu dipertimbangkan. Misal, asuransi kecelakaan.
Tetangga saya, seorang ibu rumah tangga yang suaminya meninggal karena
kecelakaan. Alhamdulillah, suaminya dulu berlangganan asuransi sehingga
istrinya mendapatkan uang asuransi yang bisa dijadikan modal usaha agar bisa
terus membiayai hidupnya beserta anak-anaknya.
Jadi, bagaimana? Siap menjadi
blogger kaya raya? Yuk, kelola keuangan dengan bijak!
Bacaan pagi yang keren sekali. Saya jadi terpikir untuk berinvestasi sedari dini. Mumpung masih single, mumpung baru kerja, mumpung belum punya tanggungan. Makasih banyak ya Mba.
ReplyDeletemantap lengkap, aku belum punya tabungan mbk hihihi....
ReplyDeleteKuncinya ada pada investasi ya...jadi nggak habis penghasilan utk konsumtif...nice info :)
ReplyDeleteUlasan yg menarik mak
ReplyDeleteKu jd pingin ngasilin uang dr blog
kalau job review itu biasanya dapetnya gimana ya caranya? thank you :)
ReplyDeleteAku selama ini belum membedakan tabungan dari hasil ngeblog, mbak, jadi tu uang mengaliiirrr ke luar lagi >_<
ReplyDeleteMakasih ilmunya mbak..udh bertahun tahun nge blog skrg baru kepikiran bikin sesuatu yg meghasilkan dr blog....
ReplyDeleteWah ... keburu mau berangkat kerja nih mbak ... belum selesai bacanya ...
ReplyDeleteNanti saya lanjut lagi .... Tipsnya TOP mbak .... :)
gak nyangka ngeblog bs.jadi profesi yaa.. makasih tipsnya mbak..
ReplyDeleteAku juga pengin tuh.... ngantor di rumah aja. Ngeblog dan mengelola keuangan suami untuk investasi.
ReplyDeleteElaaa, padahal pengen ketemuan dirimu dehh waktu ituu...bahasannya lengkap, kereeen..moga menang ya elaa...
ReplyDeleteela sih sering juara ngeblog, keren pisan...*injek jempool hihihi
ReplyDelete