Sumber: Pinterest |
"Saya nggak mau jadi ibu rumah tangga saja. Kalau suami meninggal atau kita bercerai, gimana? Siapa yang kasih makan saya dan anak-anak? Istri itu harus mandiri finansial supaya bisa punya uang untuk jaga-jaga kalau ada apa-apa dengan suami."
Seketika, kalimat itu buyar kala saya berhadapan dengan seorang wanita berusia 47 tahun yang datang ke rumah saya untuk mengisi pengajian. Wanita bersahaja itu datang jauh-jauh, cukup jauh dari komplek perumahan tempat tinggal saya, untuk memberi pengajian secara gratis. Ingat, gratis lho.... Nggak ada bayaran sepeser pun kecuali sajian makan siang yang saya berikan. Dia datang untuk menggantikan guru ngaji saya yang berhalangan. Sambil menunggu teman-teman lain, kami ngobrol-ngobrol.
"Coba tebak, anak saya berapa, Bu?" tanyanya, ketika kami sedang ngobrol soal anak-anak. Saya sedikit mengeluhkan kondisi rumah yang berantakan karena anak-anak nggak bisa diam, lalu dia memaklumkan. Namanya juga anak-anak. Dia sudah berpengalaman karena anaknya lebih banyak dari saya.
"Ehm... empat?" (pikir saya, paling-paling cuma selisih satu).
"Masih jauh...."
"Tujuh...."
"Kurang... yang benar, delapan."
Mata saya membelalak. Masya Allah! DELAPAN?!
"Itu masih kurang, Bu. Ustazah Yoyoh (almarhumah Yoyoh Yusroh, mantan anggota DPR) saja anaknya 13. Jadi, saya ini belum ada apa-apanya," katanya, merendah.
Setelah itu, mengalirlah cerita-ceritanya mengenai anak-anaknya sampai teman-teman saya datang dan acara mengaji pun dimulai. Di sela pengajian, wanita itu bercerita mengenai keluarganya. Dari situ saya baru tahu kalau suaminya sudah meninggal dunia! Meninggal karena kecelakaan motor, meninggalkan istri dan delapan anak, yang terkecil berusia 2,5 tahun dan sang istri, ya... wanita itu... seorang IBU RUMAH TANGGA.
Ibu rumah tangga di sini maksudnya nggak kerja kantoran, tapi juga bukan pengangguran. Beliau aktif mengisi pengajian. Lalu, bagaimana kehidupannya setelah suaminya meninggal? Beliau nggak punya gaji, nggak kerja kantoran. Coba, gimana? Apa beliau lalu sengsara dan anak-anaknya putus sekolah? No. no, no....
Kalau saya mengingat kalimat pembuka di atas kok kayaknya mustahil ya seorang ibu yang nggak bekerja dan suaminya meninggal dunia, bisa bertahan hidup dengan delapan anak dan anak-anaknya bisa tetap kuliah. Mustahil itu... NGGAK MUNGKIN!
"Bagi Allah, nggak ada yang nggak mungkin, Bu. Asal kita percaya sama Allah. Allah yang kasih rezeki, kan? Percaya saja sama Allah. Saya cuma yakin bahwa semua yang saya dapatkan selama ini adalah karena kebaikan-kebaikan saya dan suami semasa hidup. Saya cuma berbagi pengalaman ya, Bu, bukan mau riya. Memang, suami saya dulu itu orangnya pemurah. Kalau ada yang minta bantuan, dia akan kasih walaupun dia uangnya pas-pasan. Alhamdulillah, Allah kasih ganti. Sewaktu suami masih hidup, kami hidup sederhana. Rezeki suami itu dibagi ke orang-orang juga, padahal anak kami ada delapan. Suami nggak takut kekurangan....."
Kami menahan napas.....
"Hingga suami saya meninggal dunia... uang duka yang kami dapatkan itu... Masya Allah... jumlahnya 100 juta. Padahal, suami saya itu biasa-biasa saja, bukan orang penting. Uang itu langsung dibuat biaya pemakaman, tabungan pendidikan anak, dan sisanya renovasi rumah yang mau ambruk."
Dengar uang 100 juta dari uang duka saja, saya sudah kagum.
"Saat renovasi rumah, saya serahkan saja ke tukangnya. Dia bilang, uangnya kurang. Saya lillahi ta'ala saja. Yang penting atap rumah nggak ambruk, karena memang kondisinya sudah memprihatinkan. Khawatirnya anak-anak ketimpa atap....."
Saya membayangkan, keajaiban apa lagi yang didapatkan oleh wanita itu?
"Nggak disangka. Begitu orang-orang tau kalau saya sedang renovasi rumah, mereka menyumbang. Bukan ratusan ribu, tapi puluhan juta! Sampai terkumpul 100 juta lagi dan rumah saya seperti bisa dilihat sekarang.... Sampai hari ini, saya masih dapat transferan uang dari mana-mana, Bu-Ibu. Saya nggak tau dari siapa aja karena mereka nggak bilang. Saya juga udah nggak pernah beli beras lagi sejak suami meninggal. Selalu ada yang kasih beras."
Duh, nggak bisa nahan airmata deh jadinya....
Apa rahasianya?
"Berbuat baik kepada siapa saja, sekecil apa pun. Insya Allah ada balasannya. Rezeki itu milik Allah. Kalau Allah berkehendak, Dia akan kasih dari mana pun asalnya...." tutupnya.
Rezeki itu milik Allah, siapa pun tidak boleh takabur. Bekerja bukanlah sarana menyombongkan diri bahwa hidup kita bakal terjamin karena bekerja. Yang menjamin hidup kita adalah Allah. Bekerja diniatkan untuk ibadah. Pembuka rezeki bisa datang dari mana saja, salah satunya dari berbuat kebaikan sekecil apa pun. Ucapan, "Kalau suami meninggal atau bercerai, siapa yang kasih makan saya dan anak-anak?" itu sama saja dengan sirik, atau menduakan Allah. Menganggap diri kita super, dengan kita bekerja, maka rezeki terjamin. Padahal, Allah yang kasih rezeki. Jika dulu Allah kasih rezeki melalui suami, besok Allah kasih lewat jalan lain. From Allah to Allah.
Masya Allah... super banget ya mbak. Bener deh kalau yakin dan percaya 100% rejeki itu sudah ditanggung Allah, kita akan nyantai ya ngejalaninnya. Usaha tetep perlu, tapi datangnya rejeki siapa yang tau dari mana :)
ReplyDeleteAllahu akbar aku juga sering takut mikirin kalau tiba2 suami dipanggil Tuhan mbak sementara keuangan bergantung sepenuhnya pada suami jadi gak perlu cemas ya krn rejeki Allah yg jamin
ReplyDeleteMemang itu menakjubkan, akan tetapi apakah enak/baik jika hidup hanya dari dikasihani orang? Allah menyukai orang yang bekerja dan makan dari hasil keringatnya sendiri. Itu lebih mulia menurut saya daripada dipandang tidak mampu dan terus dikasihani.
ReplyDeleteSaya rasa bukan dikasihani ya, karena ibu itu tidak minta dikasihani. Ini balasan dari kebaikan suaminya dulu yg selalu membantu orang2 yg minta bantuan. Ngomong2, kalo komen pake nama supaya gak kayak pengecut gitu, komen anonim :-)
DeleteIbu ini bekerja kok, bekerja untuk Allah seperti ngasih pengajian gratis itu :-) koreksi dulu makna bekerja itu apa?
Deleteiya aku sangat setuju, wallahu a’lam bisa jadi krn usaha dakwah ibunya itu jadi rejeki mereka langsung Allah yang kasih.. pernah dirasakan alm.ayah saya yg pensiun dini malah ikut pengajian dakwah, dikasat mata nekat krn udah gak ada mata pencaharian duniawi, tapi ternyata rejeki itu selalu ada dan cukup
DeleteIyah nih.. sy ga suka bgt kata di kasihani nya. Krn ga ngemis. Bs jd loh uang transferan itu lgsg dr Allah lwt malaikat jibril meski berwujud transferan manusia. ALLAH maha Tau. Semua anak terlahir dgn rejekinya. Meskipun misal suaminya bukan org baik tiap anak pasti pny rejeki.. mudah2an cerita ini membawa kebaikan bukan utk org2 yg dangkal
DeleteMasya Allah, barakallah utk ibu itu dan kita semua yah mba...selalu ada kemudahan di balik kesulitan, makasih tulisannya mba
ReplyDeleteHasbunallah w ni'mal Wakil. Hanya Allah SWT satu-satunya penolong dan tempat kami bersandar. Terima kasih mba Leyla sharingnya. Sangat bermanfaat buat saya, yang lagi galau karena omongan orang. Tapi lillahita'ala, semua kembali pada Allah. Selalu ada pertolongan Allah SWT. aamiin
ReplyDeleteAllah selalu menyediakan berkatNya dg caranya yg ajaib.itu jg saya alami mak tiap abis ambil uang dr ATM Allah selalu ganto dg jumlah yg sama.
ReplyDeleteSetuju bgt mba. Aku ga pernah setuju dg kalimat perempuan bekerja supaya kalo ada apa2 sama suaminya dia bisa tetap srvive. Karena pemberi rezeki bkn perusahaan tp Allah.
ReplyDeleteSetuju bgt mba. Aku ga pernah setuju dg kalimat perempuan bekerja supaya kalo ada apa2 sama suaminya dia bisa tetap srvive. Karena pemberi rezeki bkn perusahaan tp Allah.
ReplyDeleteMasya Allah. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus ya mbak. Dan keyakinan yang terpenting :')
ReplyDeleteSubhanallah.... inspiratif bgt mbak... yaa...kita milik allah dan alam semesta ini milik allah, sgt mudah bagi allah menjamin rezeki bg setiap makhluknya...mksh sangat mbak :)
ReplyDeleteRezeki Allah amat luas & tak terduga.
ReplyDeleteKuasa Allah memang mengagumkan, ibadah spt tabungan kita untuk kemudian hari. Mudah2n sya bsa lbh tawadhu jg dlm beribadah.
ReplyDeleteSelalu ada jalan ya Mbak, postingan yang sangat bermanfaat Mbak ^^
ReplyDeleteSubhanallah...perdagangan dengan Allah memang nggak akan merugi.
ReplyDeleteTapi uang duka 100 jt trus gimana anak 8 suami ngga ada uang duka?
ReplyDeleteAllahu akbar. Menahan nafas bacanya Mak, ikut mbrebes.
ReplyDeletePelajaran yg luar biasa. Harus berbuat baik kapanpun dimanapun.
Jadi inget satu quote yg sy baca di fb: Rezeki sudah ada yg ngatur. Deketi aja yg ngaturnya.
Allohu akbar.. rezeki itu urusan Alloh.. suami hanya jalannya.. haru banget saya bacanya mak
ReplyDeletemakasih ya mba, tulisannya adem banget..
ReplyDeletesemoga banyak yang nangkep jelas maksud tulisan ini, bukan cuma baca paragraf awal lalu bikin "benteng" buat diri sendiri :)
Masya Allah mak, nangis bacanya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berbagi hikmah.
Sehebat apapun usaha kita, setinggi apapun jabatan kita, Sang Pemberi Rejeki tetap Allah Azza Wa Jalla.
Masya Allah...jadi ingat almarhumah eyang saya yang juga memiliki 8 anak dan ditinggal eyang kakung (meninggal) ketika anak-anak masih kecil2. Eyang putri cuma guru SD dan hidup serba kekurangan. Meski hidup sederhana tapi eyang juga memiliki beberapa anak asuh dan masih tetap memberikan bantuan pd saudara2nya yang kekurangan. Alhamdulillah semua putra-putrinya sekarang bisa menjadi "orang". Kekuatan berbagi dan selalu berbuat baik itu memang dahsyat. Itu juga yg menjadi pegangan teguh buat saya.
ReplyDeleteKisahnya inspiratif, mb Leyla...semoga Ibu itu selalu diberi kekuatan oleh Allah SWT..
How inspiring!
ReplyDeleteBarokalloh Ibu :)
ReplyDeleteAlloh emang gak akan pernah jauh dari seorang ibu yang tulus berjuang membesarkan anak-anaknya. Ibuku single parent sejak adik bungsu masih 1 tahun. Alhamdulillah semua anak-anaknya bisa kuliah, padahal ibu cuma seorang guru honorer (honorer lho, bukan PNS).
Alloh selalu mendengar do'a ibu untuk anak-anaknya :)
Bagus Mba...
ReplyDeleteSaya sebelumnya orang yg mikir gitu, "Mau kerja terus, karena kalau besok ditinggal suami, saya tetap bisa menghidupi keluarga." Meski sebenernya, akhir2 ini lagi sumpek dan pingin resign dri kantor. :)))
Tapi, tulisan ini bikin saya makin yakin. Keputusan sy untuk terus kerja bukan karena itu, tapi karena ibadah dan menyalurkan ide kreatifitas. Dengan tetap berbuat bagi pada sesama. :)
God Bless You, mba.. :)
Masya Allah.. menginspirasi sekali.. Kita memang punya kecenderungan suka "hitung-hitungan" terhadap kebaikan kepada orang lain dan kemampuan Allah untuk mewujudkan Kun FayaKun. Semoga rejeki dan keberkahan selalu menyertai Ibu tersebut dan Mak Lyla yang sudah berbagi kisah beliau.
ReplyDeleteAamiin...
setuju bagd mba. Saya dulu pernah berpikiran begitu, apalagi saya gak kuliah kaya teman-teman yang lain. Tapi semenjak mengenal islam secara kaffah., Apapn yg terjadi sudah kehendak Allah SWT, meski banyak pelajran yg saya dapat dari ibu saya. Tapi saya ttp yakin, kemampuan seseorang tidak terbatas percaya saja sama Allah SWT
ReplyDeleteYa Allah ya rabb... Sy merinding mendengarnya. Semua yg hidup akan mati tp amal yg ikhlash akan tetap hidup dan menghidupi atas izin Allah.
ReplyDeleteSedikit banyak hal serupa kami alami meski ditinggal bapak 14 tahun lalu. Kehidupan berjalan...semua makhluk ada rezekinya. Kami jg merasakan rezeki yg Allah beri salah satunya mungkin dr amal almarhum Bapak yg meski kecil insyaAllah beliau ikhlash. Bukan dr warisan harta krn baliau tak mewariskan itu. Smoga jadi pelajaran... Duuuh kadang susah nih meluruskan niat...apapun biatkan ibadah agar berkah
Ya Allah ya rabb... Sy merinding mendengarnya. Semua yg hidup akan mati tp amal yg ikhlash akan tetap hidup dan menghidupi atas izin Allah.
ReplyDeleteSedikit banyak hal serupa kami alami meski ditinggal bapak 14 tahun lalu. Kehidupan berjalan...semua makhluk ada rezekinya. Kami jg merasakan rezeki yg Allah beri salah satunya mungkin dr amal almarhum Bapak yg meski kecil insyaAllah beliau ikhlash. Bukan dr warisan harta krn baliau tak mewariskan itu. Smoga jadi pelajaran... Duuuh kadang susah nih meluruskan niat...apapun biatkan ibadah agar berkah
Subhanalloh... semoga ibu itu selalu diberkahi oleh Allah swt. Amiin.
ReplyDeleteCeritanya mengingatkan pada mama saya. Saya 8 bersaudara. Ketika saya masih bayi, papa saya meninggal. Mama hanya ibu rumah tangga. Alhamdulillah Allah memberikan anugerah kreatifitas, kami hidup dari kegiatan mama menjahit dan berdagang.
Semoga kita semua menjadi orang yang pandai bersyukur ya Mak...
Ikut menyimak
ReplyDeletepostingan yang inspiratif banget. Saya bener-bener terharu biru membacanya
ReplyDeleteMirip kisah nenek saya yang punya anak sebanyak 14 orang. Ditinggal kakek ketika anak2nya masih kecil dan ada yang bayi. Nenek tidak bekerja tapi menerima jahitan dan membuatnkue. Alhamdulilah belasan tahun hidup seadanya. Sekarang anak2nya sudah sukses semua. Walaupun paling rendah pendidikan mereka SMA saja. Kini nenek sudah merasakan kebahagiaan melihat anak2nya sukses
ReplyDeletenangis deh nangis.. nyiapin tisu dulu.. ya alloh betapa hati gak kerasa jd syirik.. lupa dgn sang Maha Penggenggam Dunia dan seisinya..
ReplyDeletemakasih sharingnya mbak bermanfaat sekali..bisa jadi penyejuk hati dan semakin percaya akan kebesaran Allah...
ReplyDeleteOrang sholeh dan sholehah pasti akan dijaga Allah, ia menyerahkan rezekinya kepada Allah. Kisahnya inspiratif banget :)
ReplyDeletemerinding saya baca mbak. terima kasih sudah berbagi ilmunya.
ReplyDeletejadi diingatkan. terkadang kita memang sering lupa pada Allah dan khawatir berlebihan tentang rizki. padahal rizki Allah yang mengaturnya. asal kita yakin pada pertolongannya
Luar biasa, Mak. Memang rasanya jaman sekarang segalanya dipikir pake logika. Padahal masih ada tangan Alloh yang Maha Mengatur segalanya. Terima kasih untuk inspirasinya yg semakin meyakini kebesaran Alloh. Hasbunalloh wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'mannasiir. Bekerja untuk ibadah. Untuk wanita, juga saya, tidak perlu memaksakan keadaan apalagi kalau sampai menelantarkan anak dan tanggung jawab yg semestinya ia pimpin.
ReplyDeleteMasya Allah, kisahnya ngena dan 'nampar' banget bu. Kadang suka sedih diri sendiri masih suka banyak ngeluh padahal sudah diberi rezeki lebih dari cukup. Terima kasih sudah berbagi bu :)
ReplyDeletewaw Ela, makasih diingetin
ReplyDeleteSubhanallah menggunggah sekali cerita ini, kadang kita terlalu menyepelekan ya atas rezeki dari Allah, saya juga masih suka ketakutan bagaimana nanti kalau kurang dan lain sebagainya, makasih mbak atas pencerahannya
ReplyDeletehmm rezeki itu sudah di atur oleh allah swt ya mbak
ReplyDeleteSemoga ALLAH melindungi kita semua, dan selalu memberikan kelapangan dunia dan akhirat .. ALLAHUAKBAR,,
ReplyDeleteTerharu, trenyuh dan takjub. Memang ALLAH menyuruh kita untuk membaca, lewat tulisan ini kita jadi semakin tau bahwa ALLAH tidak pernah tidur, tabungan energi positif akan dikembalikan dengan hal-hal yang positif, kalau tabungan energinya negatif ya huwallahua'lam...
Makasih mak sharingannya,,
tausiyahnya sangat mengena mak..
ReplyDeleteAku setuju banget mbak...walaupun skrg aku bekerja...aku bercita cita ingin jd ibu RT sejati..krn kalau mengejar uang mah nggak bakalan habis habisnya...lalu pertanyaannya bagaimna tanggung jawab moril kita kepada anak-anak yg kita sediakan cuma waktu waktu sisa....? Ah mbaaa doakan sayaaaaaaaaaaaaa
ReplyDeletesubhanalloh
ReplyDeleteMasya allah...
ReplyDeleteBarakallah...
Artikelnya sangat bermanfaat, terima kasih
:)
Masya Allah... nice sharing leyla
ReplyDeleteMasyaallaah. Istri saya Astri Noor Marlina yang kasih lihat tulisan ini. Makasih untuk berbagi hikmahnya. Ini latihan otot ikhlas agar dalam setiap aktivitas, berharapnya hanya agar Allah happy, ridho.
ReplyDeleteYa Allah.. Makasih sudah diingatkan, Mak.
ReplyDeleteSubkhanalloh... tulisaanya keren dan memotivasi Mba.. mau baca-baca artikel yg lain di blog ini ah :)
ReplyDeleteAllahu akbar! Inspiratif banget kisahnya. Terimakasih mbak Leyla, sudah berbagi :)
ReplyDeletejd terpacu utk trus memperbanyak sedekah dan berbuat baik ya mba...terharu bgt bacanya :)
ReplyDelete:") nginspirasi sekali :")
ReplyDeletepas banget nemu ini..
ReplyDeletedan saya yakin ini kehendak Alloh..
karena saya sendiri sedang selalu galau.. takut ini dan takut itu..
sudah sering dinasihati suami kalau rezeki itu Alloh yang menjamin..
pengin bangun rumah, pengin beli ini dan itu.. tapi untuk sekarang belum mampu..
dan ketika curcol sama suami.. suami cuma bilang "nanti pasti ada, Alloh yg menjamin rezeki kita, nanti pasti bisa, nanti pada suatu masanya Alloh memampukan"
terimakasih..
sangat bermanfaat
Subhanallah maak, bikin merinding ceritanya. Saya juga suka mikir pas mau resign gimana nanti soal rejeki kalo udh ga kerja pasti berkurang. Tapi ternyata kita emang ga pernah tau hitung-hitungan Allah. Pintu rezeki selalu ada aja jalannya buat terbuka...
ReplyDeleteinspiratif kak, terima kasih untuk sharing ny :)
ReplyDeleteciyeeeeh, yang lagi jadi viral, uhuuuii...!
ReplyDeleteCongrats ya mak. Aku sukaaa tulisan2 "berjiwa" seperti ini.
Aku udah lama enggak baca novel/ buku yang ditulis pakai hati.
Jadinya, diksiku agak kerontang, hahahah
*eh, la kok malah bahas dunia kepenulisan, wekekekekek*
rezeki milik Allah harus di syukuri , mudah-mudahan kita selalu bersyukur ya mbak dan tidak saling iri dengan rezeki oranglain
ReplyDeleteTidak jarang orang-orang berpikiran bagaimana jika ditinggal, Mbak Layla Hana ... hanya kalau menurut saya, kalimat itu juga bisa diucapkan dan diniatkan dengan dua intonasi :
ReplyDelete1. Benar-benar ingin melakukan sesuatu agar jika tidak ada suami sudah terbiasa berkarya. Memompa potensi dalam intonasi ini bisa mengarahkan kepada rasa syukur.
2. Hanya bingung, menyesal karena sebelumnya ongkang-ongkang. Mau melakukan apa-apa ujung-ujungnya futur lagi.
Mohon maaf bila saya keliru berpendapat :)
Salam santun
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
ReplyDeleteTulisannya sangat menginspirasi. :)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Masya Alllah..terharuu..terima kasih ceritanya elaaa
ReplyDeleteMAsya Allah....makasih mbak sharingnya..
ReplyDeleteTau nggak,di group WA keluarga besarku ada tulisan ini,pas q baca nama diatasnya ada tertera namanu mbak leyla (sambil mbatin,ini mbk leyla hana temenku blogger g ya??),ternyata beneran ya ada diblog hehehe...
Satu lagi cerita keajaiban yang mengispirasi kita... Terimakasih
ReplyDeleteTrmkasih mbak.., how nice true story. Sy izin share dg mencantumkan sumbernya yaa.
ReplyDeleteTrmkasih mbak.., how nice true story. Sy izin share dg mencantumkan sumbernya yaa.
ReplyDeleteMasya Allah...merinding baca ceritanya
ReplyDeleteMasya Allah. Rezeki emang udah ada hitung2annya dari Allah ya, Bun. Bukan dari manusia tapi dari Allah.
ReplyDeleteTulisannya sangat menginspirasi mbak. Saya ijin share ya mbak.
ReplyDeleteInspiratif...jadi terharu plus tertegur dgn diri yg masih belum maksimal dalam kebaikan... trims mak atas sharingnya
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMasyaa Allah.. ijin share ya mbak Leyla, dgn mencantumkan sumbernya...jazaakillah khairan...
ReplyDeleteMbaa, terharu sekali membacanyaa. Rejeki Allah luar biasa ya mba. MasyaAllah
ReplyDeleteSaya selalu percaya kalkulator ALLAH tak sama dg punya manusia. Cuma kalimat pembuka soal bekerja 'menampar' juga. Sepertinya harus meluruskan niat lagi. Makasih sudah diingatkan mbak Leyla :)
ReplyDeleteMasyaa Allah... Allahu akbar...
ReplyDeletemakasih baca ini sangat pas sekali ketika suasana hati saya sedang banyak sekali yg dipikirkan.. inshaaAllah ini hidayah dr Allah.. #sambil bercucur air mata.. AllahuAKbar...
ReplyDeletesubhanallah.....
ReplyDeleteMasya alloh, membaca postingan ini saya sambil berkaca-kaca
ReplyDeleteBudy | Travelling Addict
Blogger abal-abal
www.travellingaddict.com
tingkat keyakinan yg tinggi... dan Allah membalasnya...
ReplyDeletemungkin ada sedikit ragu thdp jaminan allah maka kita kdg ketakutan
Mbak Leyla, aku nemu cerita Mbak di fb grup. Masya Allah ❤️ iseng2 googling eh benar ya aslinya dari blog Mbak Leyla. Barakallah mbak
ReplyDelete