Sumber: Twitter Aetra |
Kemarau panjang tahun ini terasa
begitu menyiksa. Setiap hari saya berharap hujan turun. Banyak tetangga yang
sudah mengalami kekeringan dan harus bangun tengah malam demi bisa mendapatkan
pasokan air sumur. Mengapa tengah malam? Karena di waktu tengah malam tidak
banyak orang yang menggunakan air, jadi air sumur mereka bisa keluar. Banyak
juga yang menggali sumur lebih dalam, hingga 30 meter. Padahal, kami tinggal di
Bogor, daerah yang notabene mendapat julukan Kota Hujan, karena seringnya
hujan. Kalau kami yang tinggal di Bogor saja merasakan kekeringan, bagaimana
dengan penduduk Jakarta?
Jakarta, sebagai ibu kota negara
ini, dipadati oleh rumah-rumah penduduk, perkantoran, mall-mall besar, hotel, dan
bangunan-bangunan lain sehingga hanya menyisakan sedikit ruang hijau. Tak
heran, kalau banjir maka akan kebanjiran karena sedikitnya pohon yang menyerap
air tanah dan kalau kemarau maka akan kekeringan karena persediaan air tanahnya
sedikit. Sering sekali saya menyaksikan berita di televisi, warga Jakarta membeli
air bersih dari pedagang air keliling karena kekeringan. Bagaimana mereka
menghadapi musim kemarau yang lebih panjang di tahun ini? Musim kemarau tahun
ini diprediksi menguat dari mulai bulan Agustus sampai Desember 2015.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG), Andi Eka Sakya menuturkan, “Panjangnya musim kemarau di
beberapa tempat di Indonesia merupakan dampak fenomena El Nino yang telah
mencapai level moderat dan diprediksi akan menguat mulai Agustus sampai
Desember 2015.” Hal itu sudah terbukti. Di Bogor saja (tempat tinggal saya),
hujan baru turun satu kali selama bulan September. Pepohonan di depan rumah pun
kering kerontang. Tanah-tanah menjadi retak. Udara panas dan menyiksa.
Celakanya, untuk mengatasi
kekeringan air, banyak warga yang memperdalam sumur. Itu artinya, eksploitasi
air tanah semakin menjadi. Tak cukup dengan pompa biasa, mereka menggunakan Jet Pump. Di tempat saya saja,
banyak orang yang beralih ke Jet Pump demi agar bisa mengambil air tanah
sebanyak-banyaknya. Akibatnya terjadilah penurunan permukaan tanah. Di Ibukota
Jakarta, rata-rata permukaan tanah menurun hingga 10,8 cm setiap tahun, dan
yang terparah di Jakarta Utara hingga 28 cm per tahun dikarenakan eksploitasi
air tanah sampai kedalaman 60 meter. Kalau dibiarkan, dalam waktu 40 tahun,
Jakarta akan tenggelam. Walaupun saya bukan warga Jakarta, saya tetap harus
ikut peduli dengan isu ini, karena bagaimanapun aktivitas kita terhubung dengan
Jakarta sebagai ibukota negara.
Mulailah menghemat air dari sekarang,
meskipun di musim penghujan. Gunakan air seefisien dan seefektif mungkin, tidak
dihambur-hamburkan untuk mandi, mencuci, menyiram tanaman, dan sebagainya. Jangan
berlebih-lebihan dalam menggunakan air tanah. Saya juga berharap Pemerintah DKI
Jakarta membuat lebih banyak lagi ruang publik hijau (daerah-daerah resapan
air) dengan pepohonan-pepohonan rimbun yang berguna untuk menyimpan air hujan
saat musim penghujan, sekaligus mengurangi polusi udara. Kita, sebagai warga
negara, juga harus ikut menjaga kebersihan air sungai dengan tidak membuang
sampah sembarangan dan menghindari limbah rumah tangga. Misalnya, gunakan
deterjen yang tidak mencemari air. Bagi perusahaan, harus mengelola limbahnya
agar tidak mencemari sungai. Sebab, kebutuhan air di kota-kota besar
mengandalkan dari hasil pengolahan air sungai. Bayangkan kalau air sungainya
tercemar, kita akan sulit mendapatkan air bersih.
Berikut cara saya untuk menghemat
air:
- Gunakan air cucian beras untuk menyiram tanaman.
- Gunakan air bekas mengepel lantai untuk menyiram teras.
- Gunakan ember kecil untuk menampung air mandi (jadi bukan memakai bak mandi besar).
- Saat mandi, sabuni badan dari kepala sampai kaki dan disiram sekaligus.
- Jangan biarkan keran bocor, segera perbaiki.
- Habiskan air minum yang kita ambil, jangan menyisa di gelas. Ambil air minum secukupnya.
- Saat mencuci piring, sabuni dulu semuanya, baru dibilas.
- Gunakan mesin cuci manual untuk mencuci baju dengan sekali bilas. Mesin cuci otomatis cenderung boros air.
- Air sisa cucian baju juga bisa digunakan untuk mencuci sepatu sekolah, sandal, beberapa perabotan seperti kipas angin dan lain-lain.
- Dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk menghemat air.
Solusi lainnya adalah mengurangi
penggunaan air tanah dan beralih dengan menggunakan air bersih perpipaan
seperti Aetra untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. PT Aetra Air Jakarta
adalah nama baru dari PT Thames PAM Jaya (TPJ) yang mengelola, mengoperasikan,
dan memelihara sistem penyediaan air bersih dan melakukan investasi di wilayah
Timur Jakarta (sebagian Jakarta Utara, sebagian Jakarta Pusat, dan seluruh
Jakarta Timur) berdasarkan kontrak kerjasama dengan PAM Jaya selama 25 tahun
(1998 sampai 2023). Kualitas air yang dihasilkan oleh Aetra telah memenuhi
standar kualitas air minum Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
Berbeda dengan air tanah yang kualitasnya semakin menurun. Pada bulan Maret
2006, BPLHD DKI Jakarta melaporkan dari 80% sampel air tanah di 75 sumur dari
75 kelurahan di Jakarta telah tercemar bakteri E-Coli. Bakteri tersebut sangat
berbahaya untuk kesehatan.
Aetra tidak menggunakan air tanah
sebagai bahan bakunya, melainkan mengambil air permukaan dari Waduk Jatiluhur.
Ada 81% air Aetra Jakarta yang disuplai oleh Waduk Jatiluhur. Pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur ini
sebesar 9.000 liter per detik (Ipd) dan pengolahannya dibagi dua, yaitu di
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Buaran yang mengolah air baku sebanyak 5.000 Ipd
dan IPA Pulogadung sebesar 4.000 Ipd. Ada lima alasan mengapa harus menggunakan
air Aetra, bisa dibaca di bagan di bawah ini:
Sumber: Twitter Aetra |
Air bersih Aetra disalurkan ke
rumah-rumah melalui pipa dinas yang dilengkapi dengan meter air dan aksesoris
lainnya, beserta segel dinas dan segel pabrik, dengan jarak maksimum 6 meter
dari pipa Aetra ke meter air di rumah pelanggan. Menariknya, Aetra mendirikan
gedung pengolahan lumpur (Decanter) untuk mengolah limbah lumpur menjadi air
baku, yang dilakukan karena adanya regulasi pemerintah yang mewajibkan
perusahaan untuk melakukan pengelolaan limbah.
Jadi, bagi warga Jakarta, selain menghemat
air, mulailah beralih ke air perpipaan seperti Aetra. Cara berlangganannya
sangat mudah dan bahkan ada promo BACAN (bayar air harga cantik) Rp 99 ribu. Informasi lebih lengkap mengenai Aetra bisa disimak di Fanspage Aetra, Twitter Aetra, atau subcribe Youtube Aetra Jakarta dan tonton video you tubenya berikut ini.
Yuk,
selamatkan air tanah Jakarta dengan beralih ke air perpipaan Aetra!
Sumber Referensi:
Sukses untuk lombanya, Mbak. Wah, udah DL nih. Hehe.
ReplyDeleteAku pakai aetra di Jakarta Timur. Alhamdulillah lancar pasokannya.
ReplyDeleteGut lak ya, Mba
Wah... baru tau ada lomba ini. Sukses ya lombanya.. colek2 aku dong kalo ada lomba baru
ReplyDeleteUdah lama liat info lombanya aetra ini. Tapi lagi buntu gak tau mau gimana ngebahasnya :D
ReplyDeleteThe power of deadline banget nih postingannya mbak. Semoga menang ya ;)
betul mba, air itu mahal dan sangat berharga bagi kehidupan...kadang air sisa wudhu pun saya tampung untuk menyiram tanaman :)
ReplyDeleteair cucian beras aku suka di minta tetangga buat merendam kolang kaling
ReplyDeletewidihh udah posting lomba lagi aja nih.. hihi.. good luck mbak :D
ReplyDeleteBagus nih tulisannya! Semoga bisa mengedukasi masyarakat akan pentingnya air tanah
ReplyDelete