Setiap orang memiliki rahasia
suksesnya dalam mengatur keuangan, begitu juga dengan saya. Berhubung saya sudah menikah, jadi saya
bekerjasama dengan suami dalam mengatur keuangan rumah tangga. Prinsip kami
dalam mengatur keuangan adalah, “Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang
kemudian.” Untungnya, saya dan suami adalah pasangan yang klop dalam hal
berhemat. Suami sangat perhitungan dalam pengeluaran rumah tangga dan saya pun
bukan tipe istri yang boros. Apalagi pemasukan utama hanya dari gaji suami,
sedangkan penghasilan dari saya datangnya tidak menentu karena saya seorang
pekerja lepas. Profesi sampingan saya sebagai penulis, blogger, dan mentor
kursus menulis, tidaklah tetap. Otomatis, kami harus benar-benar mengatur
keuangan agar cukup untuk hari ini dan nanti.
Berikut ini lima tips mengatur keuangan ala kami:
1. Buat Pos-pos Pemasukan dan Pengeluaran
Suami saya sangat rajin membuat
pos-pos pemasukan dan pengeluaran setiap habis menerima gaji. Saya juga diharuskan membuat pos-pos
pengeluaran dari uang belanja yang diberikan oleh suami. Dari situ, kami jadi
bisa merencanakan pengeluaran agak jangan sampai menggerus pemasukan. Kalaupun
pemasukannya defisit, kami jadi tahu apa penyebabnya.
2. Batasi Pengeluaran untuk Konsumsi
“Jangan buang-buang makanan!”
begitu pesan suami, ketika kami baru beberapa minggu menikah. Suami melihat
saya membuang lauk sisa semalam yang sebenarnya masih bisa dimakan. Suami juga
mengajarkan trik menghemat bahan makanan, misalnya: masak telur dadar dicampur
dengan terigu supaya hasilnya lebih banyak. Itu karena suami datang dari
keluarga besar, jadi ibunya harus pintar-pintar menyiasati bagaimana cara
menghemat bahan makanan agar cukup untuk sekeluarga. Lama-lama, saya jadi
piawai mendaur ulang lauk sisa semalam menjadi makanan baru yang enak dimakan.
Bakwan dari sisa sayur sop, nasi goreng dari balado ikan teri, ayam bakar dari
semur daging ayam yang tidak habis, dan sebagainya.
Saat memasak pun, jumlahnya
disesuaikan dengan anggota keluarga. Jangan sampai masak banyak, tapi tidak
habis. Jadinya hanya menghambur-hamburkan makanan. Masak sendiri, adalah salah
satu cara untuk berhemat, karena biaya masak sendiri lebih kecil daripada makan
di luar. Kami memang tidak sering makan di luar (restoran, kafe, dan
sebagainya). Kalaupun makan di luar, kami memilih tempat makan dengan harga
masuk akal. Asalkan tempatnya bersih dan
makanannya enak, itu sudah cukup bagi kami.
Pengeluaran untuk konsumsi
lainnya adalah membeli pakaian dan pernak-pernik aksesoris rumah yang belum
dibutuhkan. Kami tidak sering membeli pakaian, toh masih banyak pakaian yang
layak pakai. Asal tidak gembel saja. Yang penting pakaian anak-anak, karena
tubuh anak-anak terus berkembang, jadi pakaiannya cepat diganti. Membeli
pakaian pun tidak perlu mahal. Banyak pakaian berkualitas dengan harga yang
masuk akal. Sebagai wanita, saya juga merasa “sayang” menghambur-hamburkan uang
untuk membeli aksesoris wanita seperti sepatu, tas, kosmetik, dan sebagainya,
yang tidak mempunyai nilai investasi. Konon, tas bermerk yang harganya ratusan
juta juga bernilai investasi, alias bisa dijual lagi. Tetapi, harganya pasti
turun. Buat apa membeli barang seperti itu mahal-mahal kalau tidak bisa
dijadikan “tabungan”? Saya akan beli
sepatu dan tas baru kalau yang lama sudah rusak.
Begitu juga dengan aksesoris
rumah tangga, seperti tirai, taplak meja, meja makan, lemari, dan sebagainya.
Jujur saja, jendela rumah kami masih dipasangi tirai sederhana, bukan tirai
mewah. Rasanya masih sayang “membuang” uang untuk membeli tirai mewah seharga puluhan
juta. Belum saatnya, kata suami saya. Masih banyak kebutuhan lain yang lebih
penting. Mungkin nanti kalau kami sudah dapat memenuhi semua kebutuhan yang
lebih penting itu.
3. Batasi Pengeluaran untuk Barang Elektronik
Barang elektronik seperti telepon
seluler (handphone), air conditioner (AC), kulkas, televisi, dispenser, mesin
cuci, penanak nasi, dan sebagainya, memang memudahkan hidup kita, terutama bagi
masyarakat modern yang tinggal di perkotaan. Beberapa barang elektronik yang
membantu tugas rumah tangga, tentu amat bemanfaat dan sebaiknya dimiliki agar
pekerjaan rumah tangga bisa jadi lebih cepat dan kita bisa mengalokasikan waktu
yang tersisa untuk melakukan pekerjaan lain. Kami memiliki barang-barang
elektronik yang membantu tugas rumah tangga, seperti kulkas, mesin cuci,
penanak nasi, dan lain-lain. Kulkas berguna untuk menyimpan bahan makanan
supaya tidak cepat rusak dan basi. Intinya, kami bersedia mengeluarkan uang
untuk membeli barang elektronik yang memang dibutuhkan.
Air Conditioner, sampai hari ini
kami tidak membutuhkannya. Sejak pertama membangun rumah, rumah kami sudah
memiliki jendela yang lebar dan ventilasi yang banyak, sehingga udara di dalam
rumah tidak panas. Kalau masih gerah, cukup pakai kipas angin yang lebih rendah
watt-nya. Kalau pakai AC, kami harus siap dengan biaya tagihan listriknya yang
pasti besar. Kami juga hanya memiliki satu televisi di ruang santai. Lagipula,
buat apa memiliki televisi banyak-banyak kalau hanya membuat komunikasi
keluarga menjadi renggang?
Telepon seluler menjadi barang
elektronik yang digemari saat ini. Tentu saja kami juga punya ponsel, tapi kami
tidak “gatal” gonta-ganti ponsel sesuai tren. Banyak lho orang yang suka
gonta-ganti ponsel sesuai tren. Tahu sendiri kan, tren ponsel itu cepat sekali berganti.
Satu merk saja bisa ada banyak seri dengan spesifikasi yang semakin canggih.
Ponsel saya hanya diganti kalau sudah rusak. Ponsel suami juga begitu.
4. Investasi Riil
Investasi adalah penempatan
sejumlah dana dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan di masa yang akan
datang. Investasi terbagi dua: sektor riil dan sektor finansial. Suami lebih
suka berinvestasi di sektor riil, yaitu investasi dalam bentuk yang berwujud
atau dapat dilihat fisiknya, misalnya: investasi emas dan properti. Prinsip
dasar dari investasi emas dan properti adalah pada umumnya, kedua benda
tersebut mengalami kenaikan harga setiap tahunnya.
Saya sudah lama diajarkan
mengenai menabung emas ini oleh ibu saya. Setiap mau lebaran, ibu saya pasti
mengajak saya ke toko emas untuk membeli perhiasan. Jadi, setiap tahun,
perhiasan emas saya akan diganti dengan yang baru. Kata ibu saya, emas itu
nanti bisa dijual lagi atau digadaikan kalau sedang butuh uang. Terbukti sudah,
setelah berumahtangga, beberapa kali keuangan kami tertolong oleh simpanan
perhiasan emas dari mas kawin yang diberikan oleh suami. Tidak perlu dijual,
cukup digadaikan. Begitu sudah punya uang lagi, emasnya bisa ditebus lagi.
Jika sungguh-sungguh ingin investasi emas, lebih baik lagi kalau membeli emas dalam bentuk logam mulia
atau gold bar. Berdasarkan referensi
yang saya baca, harga logam mulia mengalami fluktuasi, alias naik turun, tapi
secara umum bila dihitung rata-rata setiap tahun, harganya selalu naik hingga
20% per tahun. Sedangkan perhiasan emas
itu mahal saat membelinya karena dihitung ongkos pembuatannya, dan murah ketika
dijual lagi karena akan dilebur kembali. Akan tetapi, sewaktu saya menjual
perhiasan emas saya, harga jualnya tetap lebih mahal daripada harga saat saya
membelinya dulu lho. Misalnya begini, sewaktu beli, harga per gramnya Rp
180.000. Lalu, saya jual kembali empat tahun kemudian, harganya sudah Rp
300.000 per gram. Dikurangi ongkos peleburan, masih tetap lebih mahal harganya
daripada harga sewaktu saya membelinya. Intinya, tidak rugi deh menyimpan dana
dalam bentuk emas, baik itu perhiasan maupun
gold bar (emas batangan).
Sumber foto: Facebook Orori |
Selain emas, berlian juga bisa
termasuk investasi riil. Berlian harganya terus meningkat dan permintaannya pun
terus meningkat, sehingga bisa dipastikan investasi berlian ini sangat
menjanjikan. Artis-artis pun banyak yang berinvestasi berlian, sebut saja
Syahrini yang konon investasi berliannya mencapai nilai 5 miliar.
Untuk membeli emas dan berlian,
sekarang sudah bisa dibeli secara online,
yaitu melalui ORORI Wedding Ring, yang menjual perhiasan emas, berlian, dan
emas batangan berkualitas dengan desain yang cantik. Dibuat dengan teknologi
CAD (Computer Aided Design) sehingga lebih terjaga kualitasnya. Untuk
berliannya, hanya menggunakan berlian tingkat warna F dan tingkat kejernihan
VVS, merupakan berlian dengan kualitas baik. Ada sertifikat resminya juga lho,
juga ada garansi pemolesan krom, pencucian, dan pengubahan ukuran untuk
perhiasan ORORI. Seluruh transaksi di
ORORI pun dijamin aman, karena ORORI menjadi bagian dari idEA (Asosiasi
E-Commerce Indonesia) dan Global Sign untuk memastikan seluruh transaksi di
ORORI aman dan terpercaya.
Tinggal duduk cantik di rumah,
perhiasan dari ORORI pun sampai.
5. Jangan Lupa Berzakat
Sebagai penutup dari cerita ini
adalah tentang kewajiban berzakat bila harta yang kita miliki sudah lebih dari
nishab (batas harta yang harus dizakati). Bagi seorang muslim, ada keyakinan
bahwa di dalam harta kita terdapat bagian harta orang lain yang fakir dan miskin.
Zakat diibaratkan sebuah pohon yang terus bertumbuh. Daunnya lebat dan buahnya
subur. Jadi, insya Allah, bila kita berzakat, harta kita bukannya habis
melainkan bertambah. Untuk simpanan emas dan berlian juga ada perhitungan zakatnya, lho.
Diikutsertakan dalam:
wooo ada lombanya toh ya
ReplyDeletesekarang emang 450an mba..enak emang kalo investasi emas..gampang disekolainnya :v
Selamat mbak, sudah mendapatkan juara. Sukses selalu
ReplyDeleteselamat yaa dah juara
ReplyDeleteMenarik informasinya :)
ReplyDeleteOiya Mak, sekalian info, lagi ada #GiveAwayLebaran nih, ikut ya http://heydeerahma.com/index.php/2015/07/13/kontes-blog-giveaway-lebaran-bersama-heydeerahma/