Seorang teman di facebook pernah
menuliskan status seperti ini:
“Ada teman yang nanya gini, “Elo kan nggak suka baca buku, tapi elo kok
sering menang lomba nulis sih?” Lalu saya mikir, “Iya juga ya, saya nggak suka
baca buku, tapi saya bisa nulis tuh. Buktinya, saya sering menang lomba nulis.
Entahlah, dari mana saya bisa nulis nih. Ternyata nggak perlu baca buku untuk
bisa nulis, hahahaha…..””
Duh, rasanya saya seperti
tertampar membaca status tersebut. Memang, si penulis status itu “pintar”
menulis dan cukup sering menang lomba menulis, tapi apakah manfaat membaca buku
hanya agar bisa menulis?
Buku adalah jendela dunia.
Begitu kalimat yang sering kita dengar. Mustahil teman saya itu tidak pernah
baca buku, setidaknya dia membaca buku pelajaran kan? Kalau tidak, mana mungkin
dia bisa lulus sarjana? Apa dia menyontek? Entahlah, hahahaha… *lho kok saya
jadi ikut tertawa. Intinya, kita tidak bisa melepaskan peran sebuah buku dari
kehidupan intelektual. Kita bisa menulis dan membaca, pasti karena kita belajar
membaca dan menulis dari buku a-b-c-d. Belum pernah saya menemukan anak sekolah
yang tidak memerlukan buku pegangan.
Banyak informasi yang berasal
dari buku. Saya tidak bisa memungkiri
keterlibatan buku dari kehidupan saya, karena saya sudah jatuh cinta pada buku
sejak kecil. Saya pun bisa menulis karena rajin membaca. Terserah deh kalau
teman saya itu tidak mau mengakui peran buku dalam hidupnya, tapi saya sangat
berterima kasih kepada buku-buku. Buku adalah guru saya yang ketiga, setelah
orang tua dan guru-guru di sekolah. Saya bisa belajar otodidak dari buku tanpa harus menempuh sekolah khusus.
Saya mengoleksi banyak buku,
sampai-sampai tidak muat di lemari buku. Sebagian besar, saya simpan di dalam
kardus. Kasihan sih melihatnya, ada yang dikerubungi semut, jamur, sampai
debu-debu, hiks…. Saya ingin memiliki lemari
buku yang besaaar, yang bisa menampung semua buku itu.
What is your aspiration in life?
Nah, ini dia. Apa aspirasi saya
dalam hidup yang berkaitan dengan buku-buku? Saya ingin membuat sebuah RUMAH
BACA. Barangkali ini bukan ide yang unik, tapi inilah yang ingin saya lakukan.
Sejak lama, saya bercita-cita membuat sebuah rumah baca, semacam perpustakaan
tapi tak hanya meminjamkan buku-buku. Di dalam rumah baca itu juga ada
aktivitas berkenaan dengan membaca dan menulis.
Minat baca penduduk Indonesia ini
masih rendah dibandingkan dengan penduduk di negara-negara maju. Tak heran,
kehidupan para penulis di negara maju seperti Inggris dan Amerika jauh lebih
baik daripada di Indonesia. Kelihatannya sih begitu. Lihat saja JK. Rowling
bisa menjadi orang terkaya di Inggris, padahal dia hanya berprofesi sebagai
penulis. Di Indonesia? Memang ada beberapa penulis dengan penjualan buku yang
fantastis, tapi belum bisa disebut sebagai orang terkaya.
Sejak beberapa tahun lalu, banyak
orang yang bergiat di komunitas dan organisasi kepenulisan, berbondong-bondong
mengampanyekan gemar menulis. Anehnya, kegemaran menulis itu tidak sebanding
dengan kegemaran membaca. Contohnya ya teman saya yang menulis status di atas.
Dia bisa menulis, tapi tidak suka membaca. Bisakah Anda bayangkan jika jumlah
buku yang ditulis lebih banyak daripada jumlah buku yang dibaca? Pastinya,
buku-buku menjadi tidak laku. Sekarang saja sudah terasa, menjual buku di Indonesia itu begitu sulitnya.
Sebagai salah seorang penulis buku, saya juga merasakan betapa tidak mudahnya
mencetak buku best seller, kecuali
buku anak-anak.
Menurut teman saya yang
berprofesi sebagai penjual buku, buku anak-anak selalu laris manis. Mungkin
karena para orangtua sudah banyak yang termotivasi untuk memasukkan kegemaran
membaca pada diri anak-anaknya dengan membelikan buku-buku anak. Bagaimana
dengan buku remaja dan dewasa? Itu dia..... Apakah hanya anak-anak yang perlu
membaca buku? Jawabannya saya serahkan kepada Anda. Kalau saya masih suka
membaca buku, walaupun sudah beranak tiga hehe…. Malah anak-anak saya suka
komplen, “Mama, kok Mama terus sih yang beli buku? Buku buat Dede mana?”
Harga buku memang sudah mahal,
apalagi harga kertas naik terus. Sebenarnya, itu bukan masalah kalau kita sudah
kecanduan membaca buku. Saya berteman dengan maniak buku, dan mereka berusaha
membeli buku sebulan sekali, menganggarkan uang bulanan untuk beli buku. Menabung
recehan setiap hari, hasilnya bisa dibelikan buku. Nah, sekarang targetnya:
bagaimana membuat orang jadi kecanduan membaca? Ya, pinjami buku dulu. Buat
mereka mau membaca lagi, lagi, dan lagi. Nanti kalau sudah kecanduan, dengan
sendirinya mereka akan berusaha menyisihkan sebagian uang untuk membeli buku.
Beli baju tiap bulan saja mampu,
masa beli buku tidak mampu?
Makan di restoran setiap minggu saja
mampu, masa beli buku tidak mampu?
Pelesiran ke luar negeri saja
mampu, masa beli buku tidak mampu?
Beli tas branded saja mampu, masa
beli buku tidak mampu?
Dan lain-lain…. *semoga ini bukan
termasuk menyindir yaa xixixi….
Saya ingin meminjami buku-buku saya melalui rumah baca yang saya
dirikan. Koleksi buku saya sudah berjibun, rasanya kok ya sayang kalau hanya
ditumpuk di kardus. Insya Allah, akan lebih bernilai sedekah kalau saya pinjami
ke orang-orang. Siapa tahu nanti mereka jadi kecanduan buku dan akhirnya jadi
suka beli buku.
Di rumah baca itu nantinya tidak
hanya meminjamkan buku-buku, tapi juga ada kegiatan yang berkaitan dengan
membaca dan menulis. Saya ingin membuka kursus menulis untuk semua kalangan:
anak-anak, remaja, dan orangtua. Saat ini saya sudah memulai membuka kursus
menulis, tapi hanya via online. Apa yang sudah saya lakukan untuk mewujudkan
cita-cita tersebut?
- Menambah koleksi buku: Ini jelas, supaya pengunjung tidak bosan dengan koleksi buku yang itu-itu saja.
- Menetapkan lokasi: Di sekitar rumah saya sih masih banyak lahan kosong, tapi harus ada dananya dulu nih kalau mau dibeli. Masalahnya, lokasi rumah saya juga terpencil. Tetangga satu-satunya juga memelihara anjing yang dibiarkan bebas. Nah, susah kan?
- Kerjasama dengan teman yang punya asrama: Ini juga sedang saya pikirkan. Kebetulan ada teman yang punya asrama dan sering dijadikan tempat kursus membaca Al Quran. Siapa tahu ada spot untuk menaruh buku-buku dan dijadikan rumah baca.
Mudah-mudahan dengan menuliskan
aspirasi ini, tekad saya semakin kuat untuk mewujudkan. Kalau poin 1 dan 2
masih lama diwujudkan, bisa langsung ke poin 3. Syaratnya, ya saya harus ikhlas
koleksi buku-buku saya berpindah tempat, hehehe….
semoga bisa cepat terlaksana ya mba...
ReplyDeleteIya betul semoga semesta mendukung keinginannya Mbak :)
ReplyDeleteSemoga lekas terlaksana ya, Mbak. Dan ya, aku harus lebih menganggarkan lagi ini belanja buku..
ReplyDeletesemoga tercapai yaa
ReplyDeleteWah keren, semoga terkabul ya mba ^_^
ReplyDeletejujur saya suka jeales sama orang yang ga suka baca tapi pinter nulis...cos saya suka baca tapi ko ga bisa nulis ya..hiks...
ReplyDeleteAhhaaaaiii, ini amal jariyah yang luar biyasaaaa Mak :)
ReplyDelete