Beberapa minggu lalu, harga beras
sempat melambung. Saya yang biasanya membeli beras seharga Rp 7000-Rp 7500 per
liter, tiba-tiba harus membeli beras seharga Rp 9000-Rp 10000 per liter. Disinyalir,
kenaikan itu disebabkan oleh fluktuasi kenaikan harga BBM dan adanya mafia
beras[1].
Selisih harga Rp 2000-Rp 3000 itu kelihatannya kecil, tapi kalau beli berasnya
sekarung ya tidak kecil lagi. Sedangkan uang belanja yang diberikan oleh suami
tidak mengalami kenaikan, karena gaji suami pun tidak naik. Pembantu saya saja
mengeluh. Biasanya dia bisa mendapatkan beras seharga Rp 6000, kemarin tidak
lagi. Pertama kalinya seumur hidup, dia harus memakan beras seharga Rp 9000/
liter.
“Belum makan namanya kalau belum makan nasi,” begitu kata sebagian
besar orang Indonesia, jika belum menyentuh nasi dalam sehari. Saya juga
begitu. Makanya, saat sekolah anak saya mengumumkan aturan “ONE DAY NO RICE,”
saya sempat kelimpungan. Anak saya sekolah di full day school, berangkat pagi, pulang sore. Dari rumah, dia
membawa bekal snack pagi dan nasi
untuk makan siang. Kalau tidak boleh bawa nasi, makan siangnya pakai apa? Hari
pertama peraturan itu diterapkan, saking bingungnya, saya membawakan anak saya
bihun. Akibatnya, bihun itu tidak dimakan karena dia tidak suka!
Nasi mengandung karbohidrat
sebagai sumber energi. Kalau sudah makan nasi, rasa kenyangnya bisa bertahan
hingga berjam-jam karena karbohidrat memang lama diserap tubuh. Kalau kita
muntah saja ya, nasi yang kita makan dari lima jam lalu pun bentuknya masih
seperti nasi yang baru kita makan. Itu kenapa nasi bisa membuat kenyang. Orang
Indonesia tidak cukup hanya makan roti, pasti tidak langsung kenyang. Itu
karena terbiasa makan nasi, padahal orang bule sudah cukup makan roti dan
mentega, burger, kentang, dan sebagainya. Ketergantungan terhadap nasi membuat
kita kelimpungan sendiri begitu harga beras dinaikkan. Nasi adalah makanan
pokok dan utama yang harus ada di meja makan pada jam makan pagi, siang, dan
sore.
Tak heran, kasus kejadian
penyakit diabetes di Indonesia ini paling tinggi di Asia dan masuk 10 besar
penderita diabetes terbesar di dunia. Posisi Indonesia ada di nomor tujuh
dengan jumlah penderita sebanyak 8,5 juta orang[2].
Menurut Dokter Kartono Muhammad, nasi putih merupakan makanan yang memberikan
sumbangan paling besar dibandingkan dengan makanan lain untuk penyakit
diabetes, karena mengandung zat karbohidrat dan kadar gula yang tinggi[3].
Selain itu, lahan pertanian di
Indonesia terus berkurang, karena banyak dikonversi menjadi pemukiman dan
bangunan industri[4]. Generasi
muda pun sudah banyak yang malas turun ke sawah. Kelak, mungkin kita akan
kesulitan memperoleh nasi kalau tidak disiapkan alternative penggantinya dari
sekarang.
Lalu, apa makanan pengganti beras
yang juga mengandung karbohidrat dan bisa membuat kenyang? Banyak, sebetulnya.
Hanya saja kita perlu membiasakan memakannya agar tidak lagi bergantung pada
nasi. Dalam 100 gram nasi terdapat 180 kilokalori energi. Berikut adalah
makanan pengganti nasi:
Jagung, mengandung 154 kilokalori
dalam 100 gramnya.
Singkong, mengandung 154
kilokalori dalam 100 gramnya.
Kentang, mengandung 64 kilokalori
dalam 100 gramnya.
Ubi, mengandung 100 kilokalori
dalam 100 gramnya.
Talas, mengandung 120 kilokalori
dalam 100 gramnya[5].
Uniknya, orang Indonesia
menjadikan makanan-makanan di atas sebagai cemilan dan bukannya makanan pokok,
padahal ketiganya mengandung kalori yang nyaris setara dengan nasi. Bisa dibayangkan berapa
banyak kalori yang masuk ke dalam tubuh jika keempatnya dikonsumsi
bersama-sama? Itu mengapa kita harus membiasakan mengonsumsi makanan-makanan
yang mengandung karbohidrat secara terpisah. Sebagai ibu, saya berniat mengolah
makanan dari bahan-bahan tersebut secara kreatif, agar anak-anak menyukainya
dan bisa menjadi pengganti nasi.
Tentunya, olahan makanan ini juga
bisa dijadikan peluang usaha. Saya pernah mendengar ada usaha kuliner berbahan
utama singkong dan talas. Mengapa tidak kita coba olah makanan lain dari
kentang, ubi, jagung, dan lain-lain? Bagi ibu rumah tangga, berjualan
makanan-makanan ini bisa dijadikan tambahan penghasilan. Tahu sendiri kan
harga-harga barang mengalami kenaikan sejak subsidi BBM dicabut sedikit demi
sedikit, sedangkan gaji suami tidak naik. Saya belum piawai memasak, jadi
olahan yang saya buat ini masih untuk konsumsi pribadi dan anak-anak. Bukan
tidak mungkin ke depannya nanti saya benar-benar mewujudkan ide bisnis ini sebagai peluang usaha yang menjanjikan.
Bahan-bahan pokok pengganti nasi
tersebut juga lebih mudah ditanam daripada menanam padi. Di depan rumah, saya
sudah menanam singkong. Tetangga saya menanam ubi dan talas. Lain halnya dengan
menanam padi, kita membutuhkan lahan yang luas, pengairan yang cukup, dan
pengawasan dari hama pengganggu. Ubi kayu (singkong) dilempar ke kebun pun jadi
(tumbuh), walaupun akan lebih baik kalau tanahnya digemburkan dulu.
Saya baru mencoba resep Kue Ubi Kubus, yang diperoleh dengan mengolah ubi agar lebih menarik dan enak dinikmati.
Bahan-bahan yang dibutuhkan:
Dua buah ubi, dikukus lalu
dihaluskan.
100 gram tepung terigu
Dua butir telur
150 gram gula pasir
150 gram margarin, dicairkan
Pewarna makanan hijau dan
cokelat.
Susu cair cokelat 100 ml.
Bahan-bahan yang digunakan |
Cara membuatnya:
Telur dan gula pasir dikocok
sampai mengembang, lalu masukkan tepung terigu dan ubi yang sudah dihaluskan
sedikit demi sedikit. Tambahkan margarine cair, aduk sampai merata. Pisahkan
menjadi dua bagian, dan campur dengan pewarna hijau dan cokelat. Campurkan susu cair cokelat. Aduk rata. Kukus selama
30 menit.
Kue Ubi Kukus |
Setelah makanan ini jadi, bagaimana
strategi pengembangan idenya? Saya masih harus terus menguji coba resep kue
ubi kukus (dan makanan non beras lainnya) yang enak dan lain daripada yang lain.
Siapa tahu ke depannya nanti saya bisa menemukan resep yang lebih lezat lagi. Pemasarannya
bisa dimulai dari sekitar rumah dulu, seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu
tetangga yang menitipkan makanan di beberapa warung. Jadi, selain bisa
mengganti nasi dengan makanan lain yang juga kaya karbohidrat, saya juga bisa
mendapatkan tambahan uang belanja. Ibu-ibu lain yang lebih jago masak, bisa
memikirkan peluang usaha ini dengan lebih kreatif mengolah makanan non beras. Sebenarnya,
bahan-bahan makanan di atas bisa dikonsumsi dengan hanya direbus atau digoreng
(singkong rebus, ubi rebus, dan lain-lain), tetapi orang-orang jarang yang mau
memakannya (apalagi anak kecil) karena penampilannya yang tidak menarik. Buktinya, kue kukus ubi itu disukai oleh anak-anak saya, daripada kalau saya hanya menyajikannya dalam bentuk
ubi rebus. Memakan kue ini dua potong saja sudah kenyang.
Barangkali resep kue ubi kukus
ini bukanlah hal yang baru, karena saya juga tidak piawai memasak. Setidaknya
saya ingin berbagi ide mengenai pentingnya kreativitas mengolah makanan non
beras dan menghilangkan ketergantungan pada nasi. Untuk diperhatikan, ketika
mengonsumsi kue ubi kukus ini, sebaiknya tidak bersama atau berdekatan
waktunya dengan saat memakan nasi. Kue ubi kukus ini bisa dimakan sebagai menu
sarapan. Makan siangnya, barulah kita bisa memakan nasi. Makan malam, kita ganti
dengan menu non beras lain. Bila kita membiasakan memakan makanan non beras,
lambat laun kita bisa rutin mempraktekkan ONE DAY NO RICE, bahkan kalau perlu
THREE DAYS NO RICE for a week.
[1] http://economy.okezone.com/read/2015/02/23/320/1109204/penyebab-harga-beras-naik-tinggi
[2] http://www.tempo.co/read/news/2013/11/14/060529766/Indonesia-Masuk-10-Besar-Negara-dengan-Pengidap-Diabetes
[3] http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/14/10/22/ndufin-nasi-putih-penyebab-terbesar-penyakit-diabetes
[4] http://www.tempo.co/read/news/2014/06/11/173584243/Konversi-Lahan-Pertanian-di-Indonesia-Mencemaskan
wih, setiap tahun sekolah saya giat melakukan acara makan non beras selaama sehari.
ReplyDeleteyang jadi primadona ya itu, ubi sama jagung..
seebnarnya kalo makan ubi juga udah kenyaaaang banget ya
ReplyDeleteKue Ubi kukusnya bikin ngiler nih. Mau nyobain ah, lagi seneng bikin kue yang dikukus soalnya nggak ada oven sih *eeh malah curhat. Good luck lombanya mak :)
ReplyDeletekreatif banget mak idenya..bener2 deh...
ReplyDeletebikin kenyang juga kok ya mbak kue dari bahan ubi, Enak pula
ReplyDeleteboleh di coba nih resepnya
ReplyDeleteIdenya bikin kue dari ubi kayak gini juara deh, kalo aku sih paling bikin kue lumpur.
ReplyDeleteaku biasanya bikin pake ubi ungu...enak banget hehehehe
ReplyDeleteMak Leylaaa...... banyak amat sih ikutan lomba blog nya hehehe....
ReplyDeleteKalo saya, kadang suka mengganti makan malam anak2 saya dengan kentang mak... Kalo pagi harinya nasinya suka saya ganti dengan mie :)
wah ini ibuku sering buat, enak.
ReplyDeleteSayangnya, di keluarga saya itu masih ada istilah, "Nggak makan namanya kalau belum makan nasi". Heheheh.. jadi agak susyah kalau mau terapin One Day No Rice. Padahal ide ini bagus lho :)
ReplyDelete