"Ih, kamu kayak penulis asongan aja. Semuanya ditulis."
"Duh, jangan pakai kata 'asongan' dong... mending pakai kata 'multiwriting.'"
"Tapi kan jadinya nggak fokus kalau semua genre ditulis....."
"Yang penting seneng ajalah nulisnya...."
Tuesday, March 31, 2015
Wednesday, March 18, 2015
Waktu-waktu Khusus untuk Membaca Buku
"Saya tidak sempat membaca buku," kata seorang teman. Kalau menyerah pada kata "tidak sempat," barangkali saya juga tidak akan sempat membaca buku. Setahun kemarin, saya berhasil membaca dan meresensi 100 buku yang saya ikutkan dalam Indiva Readers Challenge dan berhasil menjadi juara dua, mendapatkan satu buah smartphone, piagam, dan paket buku. Bagaimana cara saya membagi waktu untuk membaca buku?
Saturday, March 14, 2015
Kalau Penulis Jalan-Jalan ke Toko Buku
Dua minggu lalu, saya jalan-jalan ke Gramedia Botani Bogor, yang sebenarnya sama sekali nggak direncanakan. Rencananya, saya mau ngambil hadiah lomba blog (yang harus diambil sendiri ke tempat terdekat), eh ternyata jauh juga, dan yang nggak kalah mengecewakan: HADIAHNYA BELUM ADA! Haiiisssh... Nggak profesional amat ya penyelenggaranya.. Alhamdulillah, kemarin udah dikirim via kurir. Lah, kalau bisa begitu, kenapa pemenang kudu ngambil sendiri yak? Tapi, nggak apa-apa, hikmahnya, saya jadi bisa jalan-jalan ke Gramedia. Kebetulan saya juga masih punya voucher Gramedia hadiah kuis (hayah, apa sih yang nggak gratis? :P).
Tuesday, March 3, 2015
Blogger dan Isi Tasnya
Bagi saya, sampai sekarang, ngeblog itu hanya sebagai refreshing dari rutinitas keseharian yang monoton. Sebagai ibu-ibu yang demen ngoceh, saya cukup merasa kehilangan setelah resign dari kerja kantoran dan harus di rumah menjaga anak-anak. Setelah ngeblog, saya mendapatkan teman curhat, ya blog ini hehehe.... Nah, kalau kemudian saya rajin ikut lomba dan giveaway itu awalnya ikut-ikutan teman blogger, terus ada yang menang, trus keasyikan. Saya pernah berada pada masa rajin sekali ikut lomba blog, nyaris semuanya.
Sunday, March 1, 2015
Kegagalan Tak Lebih Banyak dari Keberhasilan
Minggu lalu saya membuat kue kering pesanan Ismail, si sulung. Dengan penuh percaya diri, saya tinggalkan kue itu di dalam oven yang saya kira sudah sesuai timernya. Suhu 170 derajat, waktu panggang 15 menit. Oke, sip. Saya mau buka smartphone dulu. Lihat-lihat linimasa di Twitter, sesekali membalas mention. Tahu-tahu, Sidiq, si tengah, berlari-lari menghampiri sambil berteriak, "Mamah! Mamah! Kenapa itu panggangannya berasap?"