Batang lidi pun memiliki kegunaan |
“Da aku mah apa atuh…
nulis novel, yang beli cuman satu-dua orang. Nggak kayak Raditya Dika yang
novelnya langsung laris 80 ribu eksemplar dalam 3 hari. Ikut lomba blog, nggak
menang-menang. Nggak kayak blogger lain, ikut sekali langsung menang….”
“Da aku mah apa atuh…
cuman di rumah aja. Kerjaan cuman tidur dan main sama anak-anak. Nggak bisa
bantu suami nyari uang. Nggak bisa kasih uang ke orangtua.”
“Da aku mah apa atuh…..”
Hiyaaaah… panjang ya kalau mau diteruskan curcolnya. Sudah
sering juga saya membaca status-status bernada curcol dari ibu-ibu rumah tangga
yang 100 persen di rumah, mengenai statusnya yang seolah “tak berguna.” Cuman
ibu rumah tangga, apalah artinya? Nggak bisa nyari uang, nggak bisa bantu
suami, nggak bisa bantu orangtua. Percuma disekolahin tinggi-tinggi. Udah capek
kerja mengurus rumah dan anak-anak, masih juga disebut “nggak kerja.” Masak
nggak begitu jago, apalagi beres-beres rumah. Sakitnya tuh di sini, di dalam
hatiku… hiks….
Saya juga pernah membaca status seorang penulis novel yang
mengeluhkan penjualan novelnya yang nggak bagus. Padahal, nulis udah sepenuh
hati, pakai riset mati-matian, revisi puluhan kali. Begitu saatnya pembayaran
royalti, eh cuman dapat Rp 200.000, itu royalti satu tahun *ini mah saya :D.
Pernah merasa nggak berguna juga? Saya sering. Terus mencari apa
kelebihan diri ini, dan rasanya kok nggak punya kelebihan apa-apa. Semua bidang
yang saya masuki, seolah tak memberikan keyakinan bahwa saya ahli di bidang itu.
Semua serba nanggung. Apa sebenarnya yang sedang saya cari? Apakah saya ingin
orang-orang memuji saya, “hebat, keren, amazing,
wonderful!” gitu?
Kemarin saya nonton film Shaolin yang diperankan
oleh Andi Lau dan Jacky Chan. Mr. Chan bilang, “Jangan pernah merasa tidak berguna, karena setiap orang itu berguna
dengan caranya masing-masing.” Wuiih… jleb banget quote itu. Terasa nendang di hati. Kalau dipikir, betul juga.
Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk menjadi berguna. Tak perlu
menyamakan posisi kita dengan orang lain, karena setiap orang itu tidak sama.
Misalnya, akan capek membandingkan diri saya dengan Raditya
Dika. “Da aku mah apa atuhlah. Novel
cuman terjual 400 eksemplar, sedangkan RD bisa 80 ribu eksemplar dalam 3 hari.”
Padahal, belum tentu RD seberuntung saya. Beruntung dalam hal lain, lho. Kalau
dalam penjualan novel, sudah tentu dia jauh lebih beruntung. Saya kembali
teringat film 2012, itu tuh film tentang kiamat yang terjadi di tahun 2012.
Alhamdulillah, 3 tahun sudah berlalu, dan ramalan itu tidak terbukti ya. Saya
sudah tiga kali nonton film itu karena saya suka visual efeknya, hehehe…. Kalau
habis nonton, saya langsung tobat deh, ngeri membayangkan kiamat.
Saya bukan mau cerita soal kiamatnya, tapi tentang tokoh
utama film itu, seorang penulis buku bernama Jackson Curtis. Tahu nggak?
Bukunya cuman terjual nggak lebih dari 500 eksemplar! Walaupun demikian, buku
tersebut ada di dalam tas Dr. Adrian Helmsey, seorang peneliti yang ikut
merancang perahu besar untuk menyelamatkan spesies manusia bila kiamat
benar-benar terjadi. Jackson Curtis bersama keluarganya mati-matian
menyelamatkan diri dari kiamat, berangkat ke Cina untuk ikut naik ke kapal
besar itu. Hanya orang-orang terpilih saja yang bisa naik ke perahu tersebut,
diantaranya pemimpin-pemimpin negara-negara besar. Orang biasa yang mau naik
perahu tersebut harus membayar Rp 2 miliar juta dollar (kalau nggak salah lho
ya). Nggak mungkin kan Jackson Curtis yang bukunya cuman terjual 500 eksemplar
itu bisa naik pesawat tersebut? *hadeuuuh… royalti 200 ribu, mana mungkin euy
bisa beli tiket perahu.
Jutaan orang mati dalam bencana besar yang disebut kiamat
itu. Dr. Adrian berkata kepada Putri Presiden yang selamat naik ke perahu,
sambil mengacungkan buku Jackson Curtis. Katanya, “Buku ini hanya terjual 500 eksemplar. Penulis buku ini barangkali
tidak dapat menyelamatkan diri, tapi bukunya kelak menjadi warisan dunia yang
penting, karena bukunya ada di tanganku.” Kira-kira begitu kata Dr. Adrian.
Jleb. Tiba-tiba seperti ada sesuatu yang menendang saya.
Buku yang hanya terjual 500 eksemplar, tapi dari jumlah itu, salah satunya
dibeli oleh ayah si peneliti, dan menghadiahkannya kepada si peneliti.
Buku-buku lain, bahkan dari penulis bestseller
sekalipun, belum tentu bisa selamat seperti buku itu, karena semua yang ada di
dunia, dikisahkan hancur lebur dihantam berbagai bencana yang mengiringi
kiamat: gunung meletus, gempa bumi, sampai tsunami. Amazing! Jackson Curtis, sang penulis pun, menjadi salah satu tokoh
penting di film tersebut, karena dia-lah tokoh utamanya, walaupun bukunya hanya
terjual 500 eksemplar. Sudah tentu dia dikisahkan selamat dari kiamat, walaupun
berusaha mati-matian.
Saya hanya mau bilang bahwa, barangkali kita menganggap diri
kita tak berguna, tapi belum tentu orang lain menganggap begitu. Barangkali
kita menganggap diri kita gagal meraih impian, tapi bukan berarti diri kita
seorang pecundang. Seperti kata Doraemon dalam film “Stand By Me, Doraemon.”
Tatkala Nobita nyaris putus asa, Doraemon berkata, “kau sudah berusaha keras. Jangan cemaskan kegagalan. Jika orang lain
bisa, kau pasti bisa.”
Duh, nasihat dari Doraemon itu benar-benar mengena di hati
saya. Setelah semua usaha yang saya lakukan, dan saya masih merasa gagal,
mengapa saya harus mencemaskannya? Terus saja berusaha, barangkali tinggal
sedikit lagi langkah saya untuk meraih keberhasilan. Ada kalanya kecemasan itu
muncul karena kita terlalu memikirkan omongan orang lain. Kita melakukan
sesuatu untuk membahagiakan orang lain,
padahal yang lebih berhak kita bahagiakan adalah diri kita sendiri.
Membahagiakan orang lain tak akan ada habisnya, karena mereka selalu memiliki
celah untuk mencari kekurangan kita.
Setiap orang berguna
dengan caranya masing-masing. Ibu rumah tangga yang hanya di rumah, berguna
karena keberadaannya di rumah untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan
anak-anak. Penulis yang bukunya hanya terjual 500 eksemplar pun berguna, karena
siapa tahu bukunya menginspirasi orang lain walaupun orang itu jumlahnya hanya
satu. Siapa pun kamu, selama kamu mengusahakan dirimu untuk berguna, maka kamu
sudah berguna untuk dirimu sendiri maupun orang lain. Jadi, marilah mensyukuri diri sendiri, karena
Allah Swt tidak menciptakan manusia untuk sesuatu yang sia-sia.
aku terharu bacanya tante.. :')
ReplyDeleteah, speechless mau komenin apa.. makasih ya tante.. postingan ini memotivasi aku saat pagi tadi ada masalah di rumahku :'))
Setiap orang berguna dengan caranya masing-masing :)
ReplyDeleteSebagai manusia kita memang harus berguna bagi yang lain, paling tidak diri sendiri :)
ReplyDeletePergolakan perang batin. Me vs Me' :)
ReplyDeleteAiiih bener banget Mba. Manusia sering punya kecenderungan membandingkan diri satu sama lain ya. Padahal pada kenyataannya, setiap orang punya timing sendiri dan kesempatan sendiri. Kitanya yang harus selalu positif sama diri sendiri dan husnudzan sama Allah :')
ReplyDeleteSaya setuju dengan perkataan Mr. Chan dalam film Shaolin tersebut. Tapi, untuk "menghibur" diri sendiri, kadang kita harus memandang ke orang-orang yang prestasi dan popularitasnya di bawah kita.
ReplyDeleteSetidaknya berguna untuk keluarga dulu ya mbabk
ReplyDeleteKadang saya jg mikir, kok saya jd org gak berguna amat ya. Tp, terkadang ada jg org yg ngucapin makasih sama saya, perasaan gak ngapa2in hihiih
ReplyDeletetinggal pikiran kita berarti, kalo kita mikir berguna, ya kita emang berguna
Tulisan yang bagus mbak, makjleb juga
ReplyDeletesaya baru baca blog ini saat kebetulan saya lagi down karena saya mesara gak berguna seperti yg mbak rasakan..
ReplyDeletekebetulan saya baru resign dari kerjaan saya yg itupun nyarinya di bantu orang dan saya baru kerja 2 hari karena merasa tidak cocok dan belum terbiasa dengan suasana kerja karena saya fresh graduate. keluarga saya marah besar dengan tindakan saya untuk mengundurkan diri, tapi apa mau di kata otak, hati dan fisik saya sudah tidak bisa menerimanya, yang ada sekarang saya stres berkepanjangan, susah makan dan tidur.
tapi hanya pacar saya saja yg mendukung saya, meskipun dia awalnya juga menentang saya mengundurkan diri, tapi pada akhirnya dia memahami apa yg saya rasakan. entah karena kasian atau apa saya tidak tau, tapi intinya dia tetap mensupport saya meskipun status saya kembali menjadi pengangguran.
sampai saat ini ijazah saya masih d tahan oleh perusahaan tempat saya pernah bekerja tersebut dan saya diwajibkan membayar pinalty 10 juta, saya bingung mencari uang darimana karena tabungan saya tidak punya, pekerjaan juga tidak. keluarga pun tidak mau membantu saya.
tapi saya hanya bisa berdoa dan menjalani semuanya dengan iklas, toh ini sudah pilihan hidup saya, saya hanya berharap keputusan yg saya ambil ini benar dan tidak ada penyesalan di kemudian hari.
namun setelah berpikir panjang saya tidak memiliki impian ataupun cita cita sehingga saya menjadi orang yg kurang aktif dan ambisius, saya selalu menerima semua keadaan yg terjadi pada saya dengan lapang dada meskipun terkadang saya meluapkannya dengan menangis. tapi lama kelamaan saya berpikir saya tidak berguna karena saya tidak bisa membantu keuangan keluarga saya, saya juga hanya bisa melakukan pekerjaan rumah, seringnya saya menjadi putus asa dengan diri saya mengapa saya seperti ini, sama sekali tidak memiliki passion terhadap apa yg ingin saya lakukan. saya sangat iri terhadap orang yg tau betul apa yg ingin dia kerjakan, menikmati apa yg dilakukan.
maaf ya mbak jadi curhat, saya bingung bercerita kepada siapa di lingkungan saya karena semua sudah memiliki masalahnya masing masing, dan saya tidak ingin membebani orang lain dengan masalah saya yg tidak penting ini.