Pizza pertama saya, bentuknya masih harus disempurnakan :D |
Seorang teman pernah menyatakan
rasa irinya kepada saya karena saya masih bisa menulis dan ngeblog di sela-sela
mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anak. Dia tidak tahu, bahwa saya juga
memendam rasa iri kepadanya karena dia bisa memasak makanan apa pun dan membuat
kue-kue yang cantik. Saya menulis tapi tidak bisa memasak makanan enak, apalagi
kue-kue yang cantik. Saya pernah bertekad tidak akan memasak kue lagi,
gara-gara kue yang saya buat itu keras dan tidak enak. Saya sudah mencoba puluhan
kali, tapi tak juga bisa membuat kue yang enak dilihat dan dimakan. Saya iri
sekali kepada ibu-ibu yang jago memasak dan membuat kue. Sementara itu, ibu-ibu
lain malah iri kepada saya karena saya bisa menulis.
Barangkali, itu mengapa kita
harus mensyukuri keadaan diri kita apa pun adanya. Sebab, apa yang kita miliki
itu bisa jadi masih menjadi mimpi orang lain, sedangkan apa yang orang lain
miliki barangkali itulah yang kita
mimpikan. Ya, saya bermimpi bisa membuat kue untuk anak-anak saya. Minimal,
untuk anak-anak saya. Saya belum berani bermimpi bisa menjadi pengusaha kue.
Awal tahun ini, saya mulai berani
membuat kue di luar kue bolu. Dulu saya kadang-kadang bikin kue untuk anak-anak
tapi kuenya itu-itu saja, yaitu kue bolu, hihihi…. Bolunya juga kadang sukses,
kadang gagal total. Gagalnya itu karena bantet, terlalu keras, terlalu lembek,
terlalu manis sampai rasanya jadi pahit, atau malah nggak ada rasanya. Wah,
parah. Kalau sudah gagal, biasanya bolu itu saya telan sendiri, hiks….
Saya sudah punya beberapa buku resep
hadiah dari sebuah penerbit, tapi nggak pernah saya coba. Bagi saya, membaca
buku resep itu seperti membaca rumus Matematika. Sulit dan memusingkan. Entahlah,
350 gram terigu, ½ sdt garam, ¼ merica, dan lain-lain, itu membuat kepala saya
pusing tujuh keliling. Makanya kenapa bolu saya gagal, karena saya jarang pakai
resep hahahahaha…. Saya takar-takar sendiri saja. Saya juga malas mencari
bahan-bahan kue yang susah. Saya hanya menggunakan bahan yang dijual di
warung, ya gimana mau bagus hasilnya?
Paling-paling di warung itu hanya ada telur, terigu, margarin, dan gula.
Untuk mewujudkan mimpi membuat
kue itulah, saya mulai membuka buku resep yang sudah lecek karena dibolak-balik
anak-anak. Iya, anak-anak suka membuka buku resep itu hanya untuk menunjukkan
ke saya, “aku mau ini, Ma!” tapi mamanya nggak bisa bikinnya, hiks…. Saya ingin
membahagiakan anak-anak dengan membuat kue yang mereka inginkan. Yang pertama
adalah Pizza. Anak-anak suka banget makan Pizza dan sudah ada resepnya di buku
itu. Saya coba dengan bahan yang ada, disertai perasaan takut gagal. Ah, kalau
belum mencoba, mana tahu gagal?
Alhamdulillah, ternyata percobaan
pertama saya cukup sukses! Anak-anak suka memakan pizza buatan saya. Saya sudah
berhasil menaklukkan ketakutan. Selanjutnya, saya ingin membuat Cup Cake.
Masalahnya, saya harus membeli cetakan dan kertas Cup Cakenya dulu.
Mudah-mudahan saya bisa mewujudkannya bulan depan.
Selain bermimpi bisa membuat kue,
saya juga bermimpi membuat sekolah menulis novel secara online yang professional.
Maksudnya, berbayar. Sudah lama saya berpikir ke sana, tapi masih kurang
percaya diri. Siapa saya berani-beraninya membuat sekolah menulis novel,
berbayar pula! Keberanian itu muncul karena ada beberapa pembaca yang ingin
berguru kepada saya, tapi saya memiliki keterbatasan waktu. Untuk menulis saja,
saya harus kucing-kucingan dengan anak-anak. Dengan berbayar, guru
dan murid juga bisa lebih saling menghargai. Guru menghargai murid dengan
memberikan ilmunya secara sungguh-sungguh, murid pun menghargai gurunya dengan
benar-benar mengerjakan tugas yang diberikan, toh dia sudah mengeluarkan uang.
Sayang kan, sudah bayar tapi nggak serius belajar.
Saya menggandeng seorang novelis
yang sudah menerbitkan belasan buku dan memenangkan berbagai perlombaan menulis
novel, Riawani Elyta. Seharusnya sekolah menulis novel itu sudah diluncurkan
bulan Januari yang lalu, kemudian mundur ke Februari, tapi sepertinya akan
mundur lagi. Semoga bulan Maret 2015 sudah bisa dimulai, karena kami masih menggodok
modul pembelajarannya. Maklum, sekolahnya serius nih, jadi modulnya harus
digarap dengan sungguh-sungguh. Targetnya, semua murid bisa menulis novel,
menyelesaikan novel yang mandeg, bahkan menerbitkan novel mereka di
penerbit-penerbit terkenal, terutama penerbit yang sudah menerbitkan novel saya
dan Riawani Elyta. Tertarik? Siap-siap daftar ya, hehehe…..
*710 kata
Wah sekolah novel menarik neh
ReplyDeleteSemoga mimpinya terwujud yaa... Ngarep dianterin kue bolu juga :D. Emang betul jg ya Mak, kadang yang kita mimpiin itu, buat org lain sudah bukan mimpi lagi, justru mereka mimpiin yg lain, yg bisa jadi justru udh kita capai :D.
ReplyDeleteAku mau daftar mbaaaaa sekolah novelnya
ReplyDeleteAda bebrrapa angkatan kan mbak. Oe gen ikut one day. Aku nggak ngiri sama mbak ela. Tapi salut banget. Sibuk produktif
ReplyDeleteAku...aku mau daftar sekolah bikin novel mbak :)
ReplyDeleteSekolah bikin novel ? Mauuuuuuu.
ReplyDeleteSmoga terwujud mimpi2nya ya mak :)
Sekolah bikin novel ? Mauuuuuuu.
ReplyDeleteSmoga terwujud mimpi2nya ya mak :)
satu impiannya mirip mak, saya pengen bisa masak dan bikin kue enak juga heheh
ReplyDeleteSaya juga punya impian bisa masak kue enak mak.Selama ini gak bisa masak.
ReplyDeletesemoga tercapai impiannya...
ReplyDeletewah ada sekolah menlis novel, mau juga ikutan :) SEmoga tercapai ya mbak semua impiannya
ReplyDeleteweh mantab deh kalo novelis kondang bikin kelas menulis novel online, pasti pesertanya banyak. semoga terwujud ya mak impiannya, salam hangat dari bojonggede tetangganya depok hehe
ReplyDelete