Tuesday, January 6, 2015

#1Day1Dream: Traveling ke Macau

Melanjutkan sehari satu mimpi, hari ini mimpi saya bertambah lagi, yaitu ingin traveling ke Macau! Ini gara-gara beberapa waktu lalu ada lomba blog "Why, Macau" dan salah satu pemenangnya adalah Una alias Sitti Rasuna yang menuliskan pengalamannya selama berada di Macau. Membaca cerita Una bikin saya pingin ke Macau. Dari situ pula, saya jadi punya ide menulis novel yang settingnya di Macau. 


Dulu banget, saya pernah punya ide cerita novel yang settingnya di Cina. Novelnya belum ditulis sama sekali, tapi idenya masih terngiang-ngiang. Kenapa Cina? Itu gara-gara tren film Mandarin yang membersamai saya melewati masa remaja, ahahaha.... Nah, sekarang saya mau coba menggarap ide novel itu, tapi di mana ya settingnya? Kalau di Beijing, sudah ada beberapa penulis yang menggarapnya, sebut saja: Ninit Yunita dalam "Kukejar Cinta Sampai ke Negeri Cina," Asma Nadia dalam "Assalamualaikum, Beijing," dan Riawani Elyta dalam "First Time in Beijing." Jadi, kalau settingnya Beijing, terlalu mainstream.

Setelah ada pengumuman lomba blog "Why, Macau" itu, saya jadi punya ide. Aha! Di Macau aja deh settingnya! Kayaknya belum ada novel karya penulis Indonesia yang setting di Macau. Apalagi saya punya referensi pengalaman beberapa blogger yang sudah ke sana, salah satunya ya si Una. Kalau butuh pendalaman, tinggal inbox aja si Una hihihi... Tapi jangan berharap saya bisa menyelesaikan novel ini dalam waktu cepat yah, karena lagi malas-malasan nulis novel. 

Supaya lebih menjiwai lagi, memang ada baiknya sih saya pergi juga ke Macau. Bagaimana caranya? Entahlah. Barangkali dengan ikut lomba blog berhadiah traveling ke Macau, seperti Una. Itu kalau ada. Kalau nggak ada? Ya, masih berdoa saja semoga kesampaian. Siapa tahu ada penyedia paket perjalanan yang mau ngajak saya jalan-jalan gratis ke Macau #jiyaaah.... 

Menulis novel dengan setting di luar negeri bukan pertama kalinya buat saya. Yang pertama itu novel Brisbane, sudah diterbitkan oleh DAR! Mizan. Saya belum pernah ke Brisbane (berharap banget ada yang ngajakin), tapi untuk mendukung cerita, saya mewawancarai teman-teman yang pernah tinggal ke sana. Kenapa settingnya harus di luar negeri? Nggak harus juga sih, karena belasan novel saya yang lain itu justru settingnya di dalam negeri. Kenapa di luar negeri? Ya, bagi saya sendiri, bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang negara-negara lain, karena saya jadi banyak bertanya ke narasumber atau internet. Bagi pembaca pun, mereka mendapatkan informasi tentang negara lain setelah membaca novel saya. Nggak ada salahnya kan kita memiliki referensi pengetahuan tentang kekayaan alam, budaya, dan adat istiadat negara lain? 

Entah kenapa setelah novel Brisbane terbit, beberapa teman di facebook seolah menyindir-nyindir di status mereka tentang novel bersetting luar negeri. Intinya, kenapa sih penulis Indonesia nggak nulis novel yang setting dalam negeri aja? Hal-hal seperti itu, kadang membuat saya sensi dan jadi ingin nutup facebook hehehehe.... Aneh sekali, karena yang nyetatus itu justru lebih banyak membaca novel-novel luar negeri. Giliran saya yang nulis, kenapa disindir gitu? Eh, memangnya dia nyindir saya? Nggak tahu sih, ini mah saya aja yang sensi. Ya udahlah, tahun baru jangan dibuka dengan sensi-sensian :P 

Why, Macau? Dari cerita teman-teman blogger yang sudah ke sana, Macau itu memiliki budaya dan tradisi perpaduan Asia-Eropa, karena pernah dijajah Portugis. Sebagian besar bangunannya berbentuk bangunan Eropa yang indah dan eksotis. Bahasa yang digunakannya juga antara Cina dan Spanyol. Penduduknya jelas berdarah Tionghoa. Terus, ada makanan yang namanya Egg Tart. Hmm... melihat fotonya bikin liur saya ngeces. Enak banget kelihatannya. Sementara ini cuman bisa ngiri sama Una. Mudah-mudahan saya bisa traveling ke sana juga. Aamiin....


Tersedia di toko buku. Harga Rp 49 Ribu
















7 comments:

  1. Wuaaa aku dimensyen, terima kasih! Ayo Mbak ke Macau, dan Macau itu kecil jadi sinaunya cepet :)) Eh iya Mbak bahasa yang digunakan Kanton dan Portugis, tapi Portugis sebatas nama jalan, nama tempat, pengumuman, nggak dipakai dalam keseharian :D

    ReplyDelete
  2. Iya ya, banyak yang protes kenapa setting novel para novelis indonesia itu kebanyakan pakai luar negeri. Tapi mereka jarang baca novelnya oranh-orang indonesia dan sering jadikan novel oranh luar negeri jd referensi. Padahal, novelnya orh indonesia juga ngga kalah apiknya *ikutan sensi* :D

    ReplyDelete
  3. Ah, biar aja yang nyindir-nyindir mah, cuekin. Moga impiannya terkabul yaa

    ReplyDelete
  4. Aku juga ngiri mbak sama una :) semogambak Leyla bisa kesana juga ya

    ReplyDelete
  5. emang ada ya yang nyindir2 gitu mak Leyla? lha ga apa2 kali. saya salut lho sama penulis2 yang bisa menceritakan dengan settingan luar negeri walopun Ia belum pernah kesana tapi tulisannya seolah2 sudah menggambarkan kalo dia pernah kesana, keren deh

    ReplyDelete
  6. semoga ela bisa kesana yaaa, aku jadi pingin bingit ke pulau weh gara-gara novelnya mba aida hihihi

    ReplyDelete
  7. mbak leylaaa.. huaaa ga nyangka dirimuuuh keren bingitt, aku jadi penasaran deh sama novelnya, diem2 aku juga pingin sih nulis settingan luar negri, di india atau korea gitu, tapi referensinya dari nonton pilem2nya kekekek, udah ga usah ngerasa ada yang iri gitu mbak, purak2 ga baca statusnya ajah, kalo perlu blokir wakakak, yang ini cadas banget jangan ikuti anjuranku, hihih :p

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....