Raja Ampat Sumber Foto: Indonesia Travel |
Apa yang terbayang di benak Anda saat mendengar nama
“PAPUA”? Provinsi yang terbelakang, terpencil, gersang, minim fasilitas, dengan
masyarakat yang masih mengenakan koteka dan primitif? Barangkali, jika dulu saya ditanya, maukah
pergi ke Papua dan tinggal di sana? Saya akan berpikir ribuan kali, di mana
jawaban “TIDAK” akan lebih banyak mendominasi. Sebagaimana tokoh Hasna dalam
novel “Senandung Cinta di Lembah Papua,” karya Pujia Achmad, novelis yang juga
teman saya.
Ketika membaca novel itu, saya dapat merasakan pergulatan
batin seorang Hasna, gadis Jawa yang hendak menikah dengan Malik, seorang
pemuda Papua. Rencana pernikahannya ditolak mentah-mentah oleh orang tuanya,
karena mereka tak mau putrinya hidup menderita di Papua. Agaknya tak hanya
orang tua Hasna yang berpikir bahwa Papua adalah tanah buangan. Tak ada harapan
hidup di Papua. Di dalam novel itu juga disebutkan, bagaimana Hasna harus
berjuang hidup bersama pemuda Papua yang telah menjadi suaminya dalam
keterbatasan fasilitas.
Memang, Malik, anak Kepala Suku yang memiliki harta
berlimpah. Akan tetapi, dengan kondisi wilayah yang terpencil dan minim
fasilitas, lembaran uang di tangan mereka seakan tak berarti. Diceritakan pula,
dalam keadaan cuaca buruk, masyarakat Papua harus berpuasa dan kelaparan karena
tidak ada pesawat yang datang untuk mengantarkan makanan. Pada akhirnya,
kebahagiaan pun didapatkan karena Hasna dan warga kampungnya berusaha mengolah
tanah Papua agar bisa menghasilkan, bahkan membuat sebuah kawasan konservasi
binatang langka yang dapat dikunjungi orang sebagaimana kebun binatang lainnya.
Sebagai penduduk Provinsi Jawa yang mendapat kemudahan
sarana dan prasarana, tak dapat saya bayangkan sulitnya hidup di Papua. Padahal,
ya, seperti yang diceritakan di dalam novel tersebut, sesungguhnya Papua
memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah. Tinggal bagaimana rakyat Papua dapat mengolahnya
sehingga bermanfaat bagi kehidupan mereka dan kelak menjadi provinsi yang
dibanggakan. Itu cerita mengenai Papua, yang saya dapatkan dari novel tersebut.
Menurut keterangan penulisnya, novel itu juga ditulis berdasarkan pengalaman
penulisnya saat singgah ke Papua. Bagaimana dengan Raja Ampat?
Mulanya saya juga tidak tahu di mana itu Raja Ampat,
sampai banyak pelancong yang menjadikannya sebagai destinasi impian. Saya
pikir, Raja Ampat itu di Maluku atau Sulawesi, ternyata Raja Ampat itu adanya
di Papua! Nama Raja Ampat berarti Empat Raja, diambil dari nama sebuah mitos
lokal untuk menyebutkan gabungan dari empat pulau utama di Kepulauan Raja
Ampat, Provinsi Papua Barat, yaitu Pulau Misool, Waigeo, Salawati, dan Batanta.
Raja Ampat memiliki pemandangan bawah laut yang sangat indah, bahkan konon kita
bisa melihat kehidupan bawah laut tanpa harus menyelam, saking airnya jernih
sekali.
Terdapat ribuan spesies ikan di Raja Ampat Sumber Gambar: Indonesia Travel |
Kepulauan Raja Ampat adalah salah satu potensi wisata
bahari Indonesia yang harus dijaga, dikembangkan, dan dilestarikan. Apabila
pemerintah dan masyarakat berhasil mengembangkannya tanpa merusak, maka
perekonomian warga di sekitar kepulauan Raja Ampat akan terangkat naik seiring
dengan tingginya arus wisatawan yang datang. Kekayaan alam bawah laut Raja
Ampat ada seluas 1,1 hektar dan sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi perairan
daerah, bahkan tengah diusulkan ke UNESCO sebagai warisan dunia.
Tahukah Anda, bahwa kepulauan Raja Ampat ini menyimpan
kurang lebih 75 persen jenis karang yang ada di dunia dan masih alami? Di
kawasan ini terdapat 1500 pulau dan karang, 1300 spesies ikan, 600 spesies
terumbu karang, 700 spesies Moluska, penyu, dan sebagainya. Ditambah pula dengan spesies hewan laut yang
lengkap, total hampir 540 spesies bawah laut. Perairan Indonesia yang terletak
di antara dua benua dan dua samudera menyebabkan banyaknya persilangan
ekosistem dan spesies. Benar-benar surga bagi keanekaragaman hayati di lautan
tropis Indonesia. Pantaslah jika banyak yang ingin mengunjungi Raja Ampat, tak
sekadar memandang dari dermaga, tapi juga menyelam ke bawah laut dan bercumbu
bersama ikan-ikan di sana. Saya jadi membayangkan film “Finding Nemo,” yang
menyajikan visualisasi pemandangan bawah laut yang menakjubkan. Jika film itu
hanyalah kartun buatan manusia, Raja Ampat sungguh-sungguh menyediakan surga
bawah laut yang menakjubkan dan bisa dirasakan.
Mengingat begitu besarnya potensi wisata di Raja Ampat,
maka Pemerintah Indonesia mengadakan Sail Raja Ampat 2014 dengan tema
“Membangun Bahari Menuju Raja Ampat ke Pentas Dunia,” pada hari Sabtu tanggal
23 Agustus 2014 di Pantai Waisai Torang Cinta (WTC), Raja Ampat, Papua Barat.
Ini merupakan bagian dari Sail Indonesia, setelah sebelumnya digelar Sail
Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi-Belitung 2011, Sail Morotai 2012,
dan Sail Komodo 2013. Acara puncaknya diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dengan pagelaran tari kolosal “Harmoni Raja Ampat,” tarian kolosal
“Gelar Tari Nusantara,” atraksi terjun payung, dan Sailing Pass belasan kapal perang Republik Indonesia, kapal laut
LIPI, dan Basarnas.
Tujuan diadakan Sail Raja Ampat 2014 ini, sudah tentu
untuk memperkenalkan kepulauan Raja Ampat sebagai destinasi wisata bahari
kepada dunia, sehingga dapat meningkatkan kedatangan wisatawan yang sudah tentu
akan berpengaruh positif terhadap perekonomian warga di sekitar Raja Ampat.
Kita lihat saja Pulau Bali, yang sudah terkenal namanya di seluruh dunia.
Perekonomian masyarakat di sekitar daerah wisata pun meningkat, dengan
terbukanya peluang usaha di bidang pariwisata, seperti perhotelan, kafe,
restoran, pertokoan, bahkan usaha jasa pijat, SPA, dan sebagainya.
Keindahan alam Raja Ampat benar-benar memukau, walaupun
saat ini saya hanya bisa menikmatinya melalui foto-foto yang tersedia di internet,
hasil jepretan para petualang. Bayangkan jika saya berada di sana, seakan-akan
sedang menikmati surga dunia. Saya ingin merasakan menyelam bersama ribuan
spesies ikan dan hewan laut lainnya. Mencoba mencicipi kehidupan “Nemo” si ikan pintar dalam film “Finding Nemo.” Sungguh,
Wonderful Indonesia. Surga itu ada di Indonesia.
Seandainya saya ke Raja Ampat, saya akan jelajahi semua
keindahannya dan akan saya tuangkan ke dalam novel yang saya tulis. Walaupun
teman saya sudah menulis novel yang berlatar Papua, tapi tidak spesifik di Raja
Ampat. Saya akan mengajak para pembaca untuk menjelajahi Raja Ampat melalui cerita
yang saya tuangkan ke dalam novel. Semoga dengan begitu, akan lebih banyak lagi
orang yang tertarik menyinggahi Raja Ampat, salah satu kekayaan alam Indonesia,
khususnya Papua.
Duduk di sini sambil menulis novel terbaru Sumber foto: Indonesia Travel |
Ini seperti Andrea Hirata yang menulis tentang Belitung
di dalam novelnya, Laskar Pelangi. Novel itu kemudian menjadi Best Seller,
bahkan kini sudah diterbitkan di negara-negara lain. Novel itu bukan saja
mengangkat cerita tentang Ikal dan kawan-kawan, tetapi juga Belitung sebagai
latar cerita. Wisata Belitung pun menjadi terkenal. Ada banyak paket wisata
Belitung yang menawarkan kunjungan ke tempat-tempat syuting film Laskar
Pelangi. Wow, menakjubkan! Andrea Hirata beruntung dibesarkan di daerah yang
memiliki potensi wisata luar biasa dan dekat dengan alam, sehingga latar cerita
untuk novelnya pun tak perlu jauh-jauh. Saya, bukannya merasa tidak beruntung
dibesarkan di daerah perkotaan yang lebih banyak memandangi mal-mal, tapi saya
perlu waktu dan biaya untuk bisa traveling ke tempat-tempat eksotis di
Indonesia dan mengabadikannya ke dalam novel.
Novel adalah karya fiksi rekaan seorang pengarang. Kegiatan
menulis novel sudah saya lakukan sejak remaja. Menciptakan tokoh-tokoh dalam
dunia imajinasi, yang memiliki konflik tersendiri adalah kegiatan yang sangat
menyenangkan, bagi saya. Saat ini, novel yang sedang digemari adalah novel yang
mengangkat kekayaan alam dan kearifan lokal suatu daerah atau negara tertentu. Sebab,
pembaca tidak hanya disuguhkan konflik tokoh-tokohnya, tetapi diajak
mengunjungi daerah tersebut dengan hanya membaca sebuah novel. Bahkan, mereka
juga bisa terpancing untuk sungguh-sungguh mendatangi daerah tersebut, jika
sudah jatuh cinta pada pemandangan yang disajikan oleh pengarang melalui
untaian kata-kata.
Bayangkan jika
saya bisa ke Raja Ampat dan menuliskannya sebagai latar tempat tokoh-tokoh
novel saya. Jika saya beruntung bisa membuat pembaca terbawa ke dalam cerita,
barangkali mereka terpancing untuk datang ke Raja Ampat. Bisa jadi ada paket
wisata yang menawarkan perjalanan ke tempat-tempat yang dijadikan latar cerita
novel saya. Ini baru khayalan saja, mimpi yang berharap dipeluk oleh Penguasa
Alam. Seperti seorang teman saya yang baru saja mendapatkan keberuntungan,
diundang oleh Dubes Maroko untuk berkunjung ke Maroko dan menulis lagi tentang
Maroko di novelnya. Itu karena dia menulis novel yang latar ceritanya di
Maroko, lalu novelnya sampai ke tangan Dubes Maroko, dan dia diajak traveling
ke Maroko agar bisa menceritakan Maroko lebih detil. Luar biasa! Ah, kapan saya
bisa begitu? Entahlah. Seandainya saya ke Raja Ampat, saya akan sungguh-sungguh
menjadikannya latar tempat bagi tokoh-tokoh di dalam novel saya.
Jika sudah berencana liburan ke suatu tempat, masukkan Raja Ampat sebagai tujuan destinasi Anda. Informasi lebih lengkap mengenai Raja Ampat bisa didapatkan di www.indonesia.travel. Hal ini penting agar kita dapat memaksimalkan perjalanan sebaik-baiknya. Selamat berlibur ke Raja Ampat.
Tulisan ini diikutsertakan dalam "Sail Raja Ampat Blogging Contest."
Sumber Referensi:
http://www.indonesia.travel/id/destination/248/raja-ampat/article/56/dari-sorong-ke-waisai-ibu-kota-raja-ampat
http://indonesiarevive.com/2010/12/23/keindahan-eden-di-raja-ampat-papua/
http://www.indonesia.travel/id/destination/248/raja-ampat
Rajat ampat memang 'sesuatu' ya mak, kerrreeennnnn
ReplyDeleteSubhanallah indah ya... keren tulisannya mbak leyla. sukses yaa
ReplyDeleteDulu aku punya temen kos yang orang Papua, tapi dia ngga pernah cerita tentang raja ampat ini mak, aku baru tahu destinasi ini beberapa tahun terakhir ini aja, dasar nggak gaul ya hihihi
ReplyDeleteAku 8 tahun tinggal di Papua, tepatnya di pusat kota Jayapura. Disana semua serba ada, dunkin donats, gramedia, pizza hut, ramayana, gelael, lengkap deh pokoknya, bahkan jauh dr bayangan tentang Papua. Bahkan saat ini kalau boleh dibilang, saya rindu ingin kembali berkunjung kesana, tanah kelahiran anak saya. Tapi sy blm pernah ke Raja Ampat. Jauhnya jarak dan mahalnya tiket pesawat jadi kendala untuk berkunjung ke berbagai wilayah di Papua. Sukses untuk lombanya ya mak
ReplyDeleteBisa nyampe Raja Ampat itu sesuatu bgt mak.. keindahannya blm ada yg bisa mengalahkan. Semoga aku bisa nyamps sana someday..mb leyla juga. Amiinn
ReplyDeleteGoodluck ngontesnya ^-^
target temen2 nih buah kesana, tapi harus nabung dolar dulu hehe
ReplyDeleteI love Indonesia, Terutama Hutan dan Lautnya.
ReplyDeletejernih ya lautnya
ReplyDeleteMakasih info lombanya Ela..mau juga ah behayal ke Raja Ampat :)
ReplyDeleteWaduh.. Fotonya bikin kepengen..
ReplyDeleteGawat
jika menilik gambar gambarnya, nampaknya sangat indah disana ya? ingin sekali jika berkesempatan pergi bersama keluarga ke raja ampat, kayaknya akan sangat mengasyikkan melihat syurga dunia
ReplyDeleteSaya juga ingin ke Raja Ampat. Raja Ampat itu keajaiban aset dari Wonderful Indonesia. Alamnya bagus, kelihatan dari landscape dan taman bawah lautnya. Orang-orang Papua Barat juga ramah-ramah. Kebudayaannya Papua itu juga eksklusif banget.
ReplyDeleteSayang banget kendala Raja Ampat untuk jadi tempat wisata itu masih belum selesai-selesai sampai sekarang. Nyariin pesawat yang mau terbang ke Waisai aja susahnya minta ampun. Konon, runway di bandaranya Raja Ampat itu belum cocok dengan pesawat-pesawat yang tiketnya dijual di Traveloka. Makanya ke sana mending pakai kapal, bukan pakai pesawat. Tapi kan yaaa waktu operasionalnya jadi tinggi kalau mau pakai kapal.