Kepada Yang Terhormat,
Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014
Nomor Urut 1
Prabowo-Hatta
Perkenalkan, saya adalah seorang
ibu rumah tangga sekaligus penulis lepas yang sehari-hari mengasuh anak-anak
sambil menulis buku dan blog pribadi. Sebelumnya, saya tak terpikir akan
memilih Pak Prabowo dan Pak Hatta pada Pemilihan Presiden tanggal 9 Juli 2014
nanti, karena saya tidak begitu mengenal Anda berdua. Apalagi terkait dengan gosip-gosip
yang beredar, yang merupakan kampanye hitam dan negatif kepada Bapak berdua. Bisa
dikatakan bahwa tadinya saya seorang Swing
Voter (Pemilih Mengambang) yang belum menentukan pilihan. Saya terpikir
untuk mencoblos kedua capres supaya kartu suaranya tidak sah. Akan tetapi, saya
memutuskan untuk mempelajari visi misi kedua capres dengan sungguh-sungguh
melalui debat calon presiden dan wakil presiden, juga menanyakan kepada hati
nurani, capres mana yang kira-kira dapat mewujudkan aspirasi saya nanti.
Syukur Alhamdulillah, saya tidak
punya fanatisme kepada salah seorang capres mana pun, sehingga keputusan saya
nantinya telah berdasarkan pemikiran yang matang juga pertimbangan
kecenderungan hati. Bismillah, saya pun memulai pencarian capres ideal yang bisa
memenuhi aspirasi saya kelak. Di sosial media, banyak bertebaran kampanye hitam
dan kampanye negatif terhadap masing-masing capres. Sesungguhnya, saya tidak
menyukai kampanye seperti itu, dari kubu mana pun. Ironisnya, setelah memasuki
Bulan Ramadan, kampanye hitam dan negatif yang diselipi suudzon (prasangka buruk) pun masih bertebaran, termasuk yang
ditujukan kepada Pak Prabowo dan Pak Hatta.
Salah satu kampanye hitam itu
adalah prasangka buruk bahwa Pak Prabowo akan melanjutkan kepemimpinan gaya
orde baru di mana kebebasan berpendapat dikekang, dan orang-orang yang tidak
sependapat akan dilenyapkan. Saya memilih untuk berprasangka baik saja kepada
Pak Prabowo dan Pak Hatta, terlebih dalam debat capres, Pak Prabowo tidak
menyebutkan akan mengulang gaya kepemimpinan orde baru, melainkan meneruskan
hal-hal yang baik dari pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan melanjutkan
yang belum terpenuhi serta membuang yang buruk. Setelah sepuluh tahun Pak SBY
memimpin Indonesia, rasanya akan naïf sekali bila kita tidak mensyukuri hal-hal
baik yang telah diwujudkan oleh Pemerintahan SBY.
Saya akan sebutkan dua hal
positif dari pemerintahan SBY yang saya saksikan, yaitu: Pemberantasan Korupsi
dan Kebebasan Berpendapat. Walaupun kabarnya pemberantasan korupsi itu masih
tebang pilih, tapi setidaknya sudah jauh lebih baik daripada di zaman orde
baru. Beberapa waktu lalu, saya mengajukan pembuatan KTP dan tidak ada
pemungutan liar sama sekali. Bahkan, sewaktu saya ingin memberikan uang tip
kepada petugas kecamatan, petugasnya menolak. Bukankah itu suatu kemajuan
dibandingkan pada waktu-waktu sebelumnya di mana kita dimintai pungli yang
cukup besar untuk pembuatan KTP dan surat-surat lain? Kalau masih ada pungli di
tempat-tempat lain, berarti itu akan menjadi tugas pemerintahan yang baru untuk
meluruskannya. Saya harap Pak Prabowo Hatta akan lebih tegas memberantas
korupsi dan tidak tebang pilih.
Kebebasan berpendapat adalah hal
kedua yang saya rasakan dengan adanya jejaring sosial dan media sosial, rakyat
sekarang lebih mudah mengutarakan pendapatnya, bahkan banyak yang kebablasan. Dulu
mana bisa kita mencacimaki calon pemimpin? Sekarang? Betapa kita sulit
mengendalikan jari jemari untuk mengeluarkan kata-kata yang santun. Memang sudah
ada UU ITE, tapi terbukti masih banyak yang bebas mengutarakan isi hatinya
tanpa tedeng aling-aling. Ada orang-orang yang khawatir Pak Prabowo terpilih
karena akan memasung kebebasan berpendapat ini. Tapi, dengan komitmen Pak
Prabowo yang akan meneruskan hal-hal baik dari pemerintahan Pak SBY, berarti
kebebasan berpendapat juga akan dipertahankan, kecuali terhadap orang-orang
yang memang mengancam kerukunan umat beragama dan bangsa Indonesia, saya kira
Pak Prabowo justru harus tegas menindak mereka.
Di media massa, saya baca gagasan
Pak Prabowo tentang Revolusi Putih, yaitu gerakan menyediakan susu segar kepada
anak-anak dari keluarga miskin di daerah miskin secara konsisten,
berkelanjutan, dan massal. Tujuannya untuk meningkatkan asupan gizi dan protein
anak-anak Indonesia sehingga menjadi lebih cerdas dan kuat. Selain juga dapat
meningkatkan permintaan susu segar, yang
berarti mendorong peningkatan produksi susu sekaligus mendongkrak pendapatan
peternak dan meningkatkan kesejahteraan. Saya punya cerita mengenai gagasan
ini, Pak. Saya sangat mendukungnya. Ini berarti Bapak akan menyediakan susu
gratis untuk anak-anak dari keluarga miskin.
Baru kemarin, si Bibi (pembantu
rumah tangga yang bekerja di rumah saya), bercerita bahwa kedua anaknya yang
sudah yatim mendapatkan voucher belanja gratis di supermarket dari donatur.
Anak-anak itu bertanya kepada ibunya, uangnya mau dibelikan apa? Ibunya
menjawab, “dibelikan susu saja. Kalian kan sudah lama mau minum susu.” Ah, air
mata saya jadi turun karena mengingat cerita si Bibi. Anak-anaknya sudah lama
ingin minum susu, tapi harga susu SANGAT TIDAK TERJANGKAU bagi mereka. Jadi,
begitu mereka mendapatkan voucher belanja gratis senilai Rp 100 ribu per anak
dari donatur, mereka langsung membeli susu. Harga susunya satu kotak Rp 46
ribu, yang berarti hampir setengah dari voucher gratis yang hanya mereka dapatkan
di bulan Ramadan itu. Bayangkan, mereka
hanya bisa minum susu setelah mendapatkan voucher gratis.
Sebagai ibu rumah tangga, saya
sendiri juga merasakan beratnya membeli susu untuk ketiga anak saya yang sedang
tumbuh. Ketiganya masih minum susu dan harga susu per kotaknya mencapai Rp 70
ribu untuk konsumsi lima hari. Apalagi bagi golongan ekonomi lemah seperti si
Bibi, bisa mendapatkan susu gratis tentu akan sangat membahagiakan. Saya akan
tagih janji Bapak untuk revolusi putih ini. Bukan hal yang sulit jika Bapak
benar-benar bisa menutup kebocoran 1.000 Trilyun yang berkali-kali Bapak
sebutkan di dalam kampanye.
Saya juga setuju dengan
Pendidikan Gratis 12 Tahun yang berkeadilan, yang disampaikan oleh Pak Hatta
dalam debat cawapres tentang pengembangan sumber daya manusia. Anak-anak orang
kaya juga berhak mendapatkan pendidikan gratis 12 tahun, jika mereka
menginginkan, karena orang kaya membayar pajak lebih besar. Suami saya
kebetulan mendapatkan potongan pajak yang sangat besar menurut kami, walaupun
itu sudah sesuai dengan gaji yang diterima. Alangkah tidak adilnya jika
anak-anak kami dilarang menikmati pendidikan gratis (di sekolah negeri),
padahal kami sudah membayar pajak. Walaupun begitu, pada kenyataannya, kami
menyekolahkan anak-anak di sekolah yang tidak gratis, lho. Pendidikan gratis
selama 12 tahun ini sangat penting karena masih banyak orang tua yang belum
memprioritaskan pendidikan untuk anak-anaknya, terutama dari kalangan tidak
mampu. Semoga Pak Prabowo dan Pak Hatta kelak dapat mewujudkannya bila terpilih
sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2014.
Demikian aspirasi saya untuk Pak
Prabowo dan Pak Hatta. Semoga Allah Swt meridhoi Bapak berdua untuk memimpin
Indonesia selama lima tahun ke depan. Selamatkan Indonesia! Indonesia Satu!
#PrabowoHatta
#IndonesiaSatu
#SelamatkanIndonesia
#PrabowoHatta
#IndonesiaSatu
#SelamatkanIndonesia
Nah lho baca postingan Mbak Leyla jadi pengin ikutan juga. Hihihi... Good Luck, Mbak :D
ReplyDeleteMenang nik kayaknya.gudlak mbak ;)
ReplyDeleteselamat ya mbak, eh belum penguman ya :)
ReplyDeleteBagus banget ulasan mba. Jadi tambah yakin sama no.1 hehehe
ReplyDeleteVote mba ela. Yakin menang nih.
ReplyDeleteSaya makin mantap pilih No.1
ReplyDeleteSaya vote ini, gak tahu yaa apa kata CintaLaura
ReplyDeletesaya dukung
ReplyDeletesaya juga sdh milih ini mbak ^^.. pengen ikut lombanya tapi kayaknya sdh detlen ya qiqiqiq..
ReplyDelete