Wednesday, June 18, 2014

Rahasia Penulisan dan Penerbitan Novel Aku, Juliet


Masih dalam rangka promosi novel “Aku, Juliet” yang baru saja edar di toko buku. Menulis novel—apalagi menerbitkannya—bukan pekerjaan sehari dua hari. Makanya saya agak tersengat juga pas baca status seorang “teman” yang malas membeli buku seorang penulis yang adalah juga temannya. Ditambah lagi, temannya itu juga hobi ngeblog. Jadi, daripada membeli buku temannya itu, mending baca blognya aja. Walaupun saya gak tau siapa teman yang dimaksudkannya itu, tapi sejak dulu saya memang gak mengandalkan teman-teman untuk membeli buku saya. Soalnya, pengalaman membuktikan, teman-teman memang biasanya minta gratisan, wkwkwk….


Nah, apalagi novel “Aku, Juliet” ini segmen pembacanya adalah remaja. Gak mungkinlah saya maksa teman-teman untuk membeli, karena teman-teman saya itu emak-emak semua hehe…. Kecuali mereka udah punya anak remaja ya, boleh deh dibelikan novel ini. Dulu saya pernah kenalan lho sama ibu-ibu di sebuah acara outbond gara-gara dia membaca nama saya dan bertanya-tanya apakah saya adalah penulis yang bukunya ada di rak buku anaknya? Dia pun bertanya ke saya dan memang benar saya adalah penulis itu. Wah, kejutan banget bisa kenalan sama ibu-ibu yang anaknya menggemari buku saya. Jadi, ibu-ibu yang anaknya sudah remaja, boleh deh dibelikan novel “Aku, Juliet” ini *promo lagi.

Novel ini sebenarnya masih ada bau-bau pengalaman kisah percintaan saya waktu abege dua, cieeh…. Tentu saja sudah dipermak sedemikian rupa, lho. Apalagi setelah melewati tangan editor. Naskah yang aslinya sebanyak 200-an halaman ini, menciut jadi hanya sekitar 100-an halaman. Ada puluhan halaman yang saya potong dan saya tulis ulang, hiks. Naskah ini sudah selesai ditulis sejak tiga tahun lalu. Kemudian, saya tawarkan ke penerbit besar, eh gak disangka diacc. Bahkan, saya diundang datang ke kantor penerbit tersebut untuk diskusi naskah.

Ternyata, perjalanan naskah ini tidak mulus. Ada banyak revisi yang harus dilakukan terhadap naskah ini, bahkan mungkin perombakan total. Sedangkan saya sedang hamil anak ketiga, usia kandungan sudah lima bulan. Saya juga sedang seru-serunya ikut lomba blog. Pikiran saya lagi gak konek di novel. Ada perbedaan yang sangat jauh antara menulis blog (nonfiksi) dan fiksi. Kalau nulis blog bisa mengalir lancar, sejam satu artikel. Nulis novel  belum tentu dapat satu paragraph selama berhari-hari.

Saya masih belum tega menghilangkan puluhan halaman novel ini sebagaimana yang diminta editor. Saya berpikir, “Nulisnya aja ngos-ngosan, eh harus dibuang pula. Gak tegaa….” Saya memilih untuk mengandangkan naskah ini saja sampai saya siap untuk merombaknya. Yup, naskah ini pun tidak jadi terbit di penerbit pertama yang menerimanya. Wow! Bisa begitu, ya? Bisa, dong…. Saya sudah beberapa kali mengalami naskah tidak jadi terbit, padahal sudah diacc. Makanya sekarang saya menahan diri untuk mengabarkan kepada dunia kalau naskah saya sudah diacc, kecuali naskah itu sudah sampai tahap bikin kover.

Iya lho, malu kan kalau kita udah woro-woro eh gak taunya itu naskah gagal terbit? Memang beda sih penulis sekarang dengan zaman dulu. Kalau dulu belum ada sosial media, penulis gak bisa woro-woro naskahnya bakal terbit sebelum itu naskah benar-benar terbit di majalah atau menjelma jadi buku. Bahkan, karena belum ada sosmed, gak bisa dipromosikan pula kecuali promo lewat Koran dan media cetak.

Setelah si bungsu lahir, baru deh saya merasa siap untuk merombak  naskah ini. Itupun karena saya juga sudah mengurangi ikut lomba blog. Kalau sebelumnya saya mengikuti hampir semua lomba blog, setelah melahirkan, saya hanya mengikuti  beberapa saja  yang sreg. Saya mulai semangat menulis novel lagi karena udah jarang menang lomba blog, hehehe… Saya coba kumpulkan energi dan pikiran untuk fokus menyelesaikan novel ini.  Saya pertimbangkan masukan dari editor pertama mengenai cerita ini yang katanya kebanyakan tokoh, kebanyakan konflik, dan kejadian penyakit kankernya yang klise. Yap, ceritanya si cowok kena kanker  otak dan meninggal. Klise, kan?

Akhirnya, setelah memutar otak sampai jungkir balik dan bersikap tega terhadap naskah ini, saya pun menemukan konflik yang lebih seru daripada yang pertama dan semoga saja enggak klise. Naskah pun harus dipangkas banyak sekali. Konfliknya dari yang semula tentang seorang penderita kanker otak, menjadi tentang remaja dari dua SMA bersebelahan yang suka tawuran. Ide tersebut datang setelah saya membaca berita tentang tawuran dua SMA di Jakarta yang menyebabkan satu orang siswa meninggal dunia.

“Aku, Juliet” bercerita tentang Camar (dari SMA Juventia) dan Abby (dari SMA Eleazar) yang saling jatuh cinta sejak saat pertama Camar masuk ke SMA Juventia. Awalnya, Camar jatuh cinta kepada Bayu, kakak kelasnya. Belakangan Camar merasakan sikap Bayu yang posesif dan pencemburu, tapi juga masih mencoba mendekati mantan pacarnya, Mentari. Camar pun mendapatkan perhatian dari Abby, cowok Eleazar yang sering berpapasan dengannya di bus. Lama-lama, perhatian Camar teralihkan kepada Abby, yang tentu saja memicu kecemburuan Bayu. Camar baru mengetahui kalau Bayu itu dulunya sering ikut tawuran dan berencana akan melakukan tawuran lagi untuk membalas dendam sakit hatinya. Bagaimana kisah percintaan Camar dan Abby yang terhalang tembok sekolah, juga dendam sakit hati  Bayu?

Alhamdulillah, setelah novel ini selesai, saya mendapatkan kabar bahwa penerbit Moka Media sedang mencari naskah. Saya kirim melalui Mbak Dyah Rini, editor Moka dan langsung mendapatkan evaluasi. Saya ditanyakan satu pertanyaan tapi cukup membuat saya bingung menjawabnya. Hanya satu pertanyaan tapi sudah bisa menjelaskan bahwa naskah saya masih muter-muter. Pertanyaannya adalah, apa inti cerita novel ini? Jelaskan dalam satu kalimat. Saya bisa menjawabnya, tapi bingung menjawabnya dalam satu kalimat. Saya menjelaskannya dalam satu paragraph dan itu sudah membuktikan bahwa ceritanya masih tidak fokus :D

Setelah mengalami revisi beberapa kali, akhirnya naskah ini bisa beredar juga. Dipoles juga sama Mba Sasa, editor novel ini. Prosesnya di Penerbit Moka kurang lebih empat bulan. Tugas saya belum selesai. Saya harus mempromosikan novel ini sepenuh hati, supaya ada orang yang berkenan membelinya. Nah, kalau Anda berkenan, bisa dipesan di beberapa toko online berikut. Diskon 15% lho... Harganya juga terjangkau, hanya RP 39 ribu, sebelum diskon. 

19 comments:

  1. Tega g tega berlembar2 harus dibiang gitu aja ya mbk hehehe...sukses untuk julietnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mba Hanna, menurut editornya memang harus dibuang :D

      Delete
  2. ahahai......saya emak-emak yang pembaca segala kok mba, jadi tetep saya ngebet baca novel ini, kalu udah ready stok di mba ela kabar-kabari ya....sya mah minta ttd sekalian gitu,kalu beli di tobuk kaga dapat ttdnya xixixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seneng deh ada emak2 yg suka baca segala buku hehe... sip, ditunggu ya, mbak :D

      Delete
  3. sukses ya bunda, semoga aku bisa tembus Moka juga, amin

    ReplyDelete
  4. Sukses novelnya mbak leyla. Mudah2an bisa best seller ^^

    ReplyDelete
  5. mbak... aku juga mau order dong langsung dari dirimu kaya pas Frankfurt to Jakarta dlu tu, plus ttd doong... boleh ya ;)

    ReplyDelete
  6. Selamat ya mak. Sukses ya. Anakku udah pada remaja, kl ke toko buku, aku rekomen novel ini. Mrk suka baca dan membeli buku dr uang saku yg mrk sisihkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaaghh.. makasih, Mak Deka :* Semoga anaknya suka, ya.

      Delete
  7. aku malah suka baca novel remaja mbak

    ReplyDelete
  8. mbak, berapa lama nunggu kabar diACC dari penerbit buku terbaru Mbak ini?

    ReplyDelete
  9. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....