Masih dalam rangka promosi novel “Aku,
Juliet” yang baru saja edar di toko buku. Menulis novel—apalagi
menerbitkannya—bukan pekerjaan sehari dua hari. Makanya saya agak tersengat
juga pas baca status seorang “teman” yang malas membeli buku seorang penulis
yang adalah juga temannya. Ditambah lagi, temannya itu juga hobi ngeblog. Jadi,
daripada membeli buku temannya itu, mending baca blognya aja. Walaupun saya gak
tau siapa teman yang dimaksudkannya itu, tapi sejak dulu saya memang gak
mengandalkan teman-teman untuk membeli buku saya. Soalnya, pengalaman
membuktikan, teman-teman memang biasanya minta gratisan, wkwkwk….
Nah, apalagi novel “Aku, Juliet”
ini segmen pembacanya adalah remaja. Gak mungkinlah saya maksa teman-teman
untuk membeli, karena teman-teman saya itu emak-emak semua hehe…. Kecuali
mereka udah punya anak remaja ya, boleh deh dibelikan novel ini. Dulu saya
pernah kenalan lho sama ibu-ibu di sebuah acara outbond gara-gara dia membaca
nama saya dan bertanya-tanya apakah saya adalah penulis yang bukunya ada di rak
buku anaknya? Dia pun bertanya ke saya dan memang benar saya adalah penulis
itu. Wah, kejutan banget bisa kenalan sama ibu-ibu yang anaknya menggemari buku
saya. Jadi, ibu-ibu yang anaknya sudah remaja, boleh deh dibelikan novel “Aku,
Juliet” ini *promo lagi.
Novel ini sebenarnya masih ada
bau-bau pengalaman kisah percintaan saya waktu abege dua, cieeh…. Tentu saja
sudah dipermak sedemikian rupa, lho. Apalagi setelah melewati tangan editor.
Naskah yang aslinya sebanyak 200-an halaman ini, menciut jadi hanya sekitar
100-an halaman. Ada puluhan halaman yang saya potong dan saya tulis ulang,
hiks. Naskah ini sudah selesai ditulis sejak tiga tahun lalu. Kemudian, saya
tawarkan ke penerbit besar, eh gak disangka diacc. Bahkan, saya diundang datang
ke kantor penerbit tersebut untuk diskusi naskah.
Ternyata, perjalanan naskah ini
tidak mulus. Ada banyak revisi yang harus dilakukan terhadap naskah ini, bahkan
mungkin perombakan total. Sedangkan saya sedang hamil anak ketiga, usia
kandungan sudah lima bulan. Saya juga sedang seru-serunya ikut lomba blog.
Pikiran saya lagi gak konek di novel. Ada perbedaan yang sangat jauh antara
menulis blog (nonfiksi) dan fiksi. Kalau nulis blog bisa mengalir lancar, sejam
satu artikel. Nulis novel belum tentu
dapat satu paragraph selama berhari-hari.
Saya masih belum tega
menghilangkan puluhan halaman novel ini sebagaimana yang diminta editor. Saya
berpikir, “Nulisnya aja ngos-ngosan, eh harus dibuang pula. Gak tegaa….” Saya
memilih untuk mengandangkan naskah ini saja sampai saya siap untuk merombaknya.
Yup, naskah ini pun tidak jadi terbit di penerbit pertama yang menerimanya.
Wow! Bisa begitu, ya? Bisa, dong…. Saya sudah beberapa kali mengalami naskah
tidak jadi terbit, padahal sudah diacc. Makanya sekarang saya menahan diri
untuk mengabarkan kepada dunia kalau naskah saya sudah diacc, kecuali naskah
itu sudah sampai tahap bikin kover.
Iya lho, malu kan kalau kita udah
woro-woro eh gak taunya itu naskah gagal terbit? Memang beda sih penulis
sekarang dengan zaman dulu. Kalau dulu belum ada sosial media, penulis gak bisa
woro-woro naskahnya bakal terbit sebelum itu naskah benar-benar terbit di
majalah atau menjelma jadi buku. Bahkan, karena belum ada sosmed, gak bisa
dipromosikan pula kecuali promo lewat Koran dan media cetak.
Setelah si bungsu lahir, baru deh
saya merasa siap untuk merombak naskah
ini. Itupun karena saya juga sudah mengurangi ikut lomba blog. Kalau sebelumnya
saya mengikuti hampir semua lomba blog, setelah melahirkan, saya hanya
mengikuti beberapa saja yang sreg. Saya mulai semangat menulis novel
lagi karena udah jarang menang lomba blog, hehehe… Saya coba kumpulkan energi
dan pikiran untuk fokus menyelesaikan novel ini. Saya pertimbangkan masukan dari editor
pertama mengenai cerita ini yang katanya kebanyakan tokoh, kebanyakan konflik,
dan kejadian penyakit kankernya yang klise. Yap, ceritanya si cowok kena
kanker otak dan meninggal. Klise, kan?
Akhirnya, setelah memutar otak
sampai jungkir balik dan bersikap tega terhadap naskah ini, saya pun menemukan
konflik yang lebih seru daripada yang pertama dan semoga saja enggak klise. Naskah
pun harus dipangkas banyak sekali. Konfliknya dari yang semula tentang seorang
penderita kanker otak, menjadi tentang remaja dari dua SMA bersebelahan yang
suka tawuran. Ide tersebut datang setelah saya membaca berita tentang tawuran
dua SMA di Jakarta yang menyebabkan satu orang siswa meninggal dunia.
“Aku, Juliet” bercerita tentang
Camar (dari SMA Juventia) dan Abby (dari SMA Eleazar) yang saling jatuh cinta
sejak saat pertama Camar masuk ke SMA Juventia. Awalnya, Camar jatuh cinta
kepada Bayu, kakak kelasnya. Belakangan Camar merasakan sikap Bayu yang posesif
dan pencemburu, tapi juga masih mencoba mendekati mantan pacarnya, Mentari.
Camar pun mendapatkan perhatian dari Abby, cowok Eleazar yang sering berpapasan
dengannya di bus. Lama-lama, perhatian Camar teralihkan kepada Abby, yang tentu
saja memicu kecemburuan Bayu. Camar baru mengetahui kalau Bayu itu dulunya
sering ikut tawuran dan berencana akan melakukan tawuran lagi untuk membalas
dendam sakit hatinya. Bagaimana kisah percintaan Camar dan Abby yang terhalang
tembok sekolah, juga dendam sakit hati Bayu?
Alhamdulillah, setelah novel ini
selesai, saya mendapatkan kabar bahwa penerbit Moka Media sedang mencari
naskah. Saya kirim melalui Mbak Dyah Rini, editor Moka dan langsung mendapatkan
evaluasi. Saya ditanyakan satu pertanyaan tapi cukup membuat saya bingung
menjawabnya. Hanya satu pertanyaan tapi sudah bisa menjelaskan bahwa naskah
saya masih muter-muter. Pertanyaannya adalah, apa inti cerita novel ini?
Jelaskan dalam satu kalimat. Saya bisa menjawabnya, tapi bingung menjawabnya
dalam satu kalimat. Saya menjelaskannya dalam satu paragraph dan itu sudah
membuktikan bahwa ceritanya masih tidak fokus :D
Setelah mengalami revisi beberapa
kali, akhirnya naskah ini bisa beredar juga. Dipoles juga sama Mba Sasa, editor novel ini. Prosesnya di Penerbit Moka kurang
lebih empat bulan. Tugas saya belum selesai. Saya harus mempromosikan novel ini
sepenuh hati, supaya ada orang yang berkenan membelinya. Nah, kalau Anda
berkenan, bisa dipesan di beberapa toko online berikut. Diskon 15% lho... Harganya juga terjangkau, hanya RP 39 ribu, sebelum diskon.
Tega g tega berlembar2 harus dibiang gitu aja ya mbk hehehe...sukses untuk julietnya :)
ReplyDeleteIya, mba Hanna, menurut editornya memang harus dibuang :D
Deleteahahai......saya emak-emak yang pembaca segala kok mba, jadi tetep saya ngebet baca novel ini, kalu udah ready stok di mba ela kabar-kabari ya....sya mah minta ttd sekalian gitu,kalu beli di tobuk kaga dapat ttdnya xixixi
ReplyDeleteSeneng deh ada emak2 yg suka baca segala buku hehe... sip, ditunggu ya, mbak :D
Deletesukses ya bunda, semoga aku bisa tembus Moka juga, amin
ReplyDeleteAamiin.. sukses juga buat Nyi ya :-)
DeleteSukses novelnya mbak leyla. Mudah2an bisa best seller ^^
ReplyDeleteaamiin. makasih, mb Ika :-)
Deletesukses novelnya mbaaak :)
ReplyDeleteMakasih, mba Tian, aamiin...
Deletembak... aku juga mau order dong langsung dari dirimu kaya pas Frankfurt to Jakarta dlu tu, plus ttd doong... boleh ya ;)
ReplyDeleteBoleh banget, mbaaa.. ditunggu yaa :D
DeleteSelamat ya mak. Sukses ya. Anakku udah pada remaja, kl ke toko buku, aku rekomen novel ini. Mrk suka baca dan membeli buku dr uang saku yg mrk sisihkan.
ReplyDeleteAaaghh.. makasih, Mak Deka :* Semoga anaknya suka, ya.
Deleteaku malah suka baca novel remaja mbak
ReplyDeleteUhuui.. Mak Lidya berjiwa remaja niih..
Deletembak, berapa lama nunggu kabar diACC dari penerbit buku terbaru Mbak ini?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletesuka tulisannya kak
ReplyDeleteliga indonesia