Gambar dari sini |
Kemarin saya baru dapat informasi
dari seorang editor mengenai waktu tayang sebuah buku di toko buku. Ternyata,
sebuah buku baru hanya mendapatkan waktu SATU bulan untuk dipajang di meja
depan dalam posisi buku terlihat semuanya. Di bulan kedua, buku sudah dipindahkan
ke lemari bagian tengah atau atas, dengan posisi terlihat depan atau
menyamping. Di bulan ketiga, buku pindah tempat lagi ke lemari bawah, yang
barangkali hanya orang yang sedang iseng berjongkok saja yang bisa melihatnya.
Di bulan keempat, buku sudah kembali ke gudang.
Wow! Jujur, saya baru tahu
kenyataan itu. Hiks. Jadi, saya, kita—para penulis—hanya punya waktu sebulan
untuk berpromosi dengan gencar, supaya buku kita disambar pembeli. Lebih dari
itu, pembeli sudah kesulitan mencari buku kita di toko buku besar. Kalau toko
buku kecil yang pergerakan bukunya gak secepat toko buku besar, mungkin buku
kita masih bisa ditemukan. Tapi, buku-buku baru juga tidak bisa cepat masuk ke
toko buku kecil, karena pergerakan mereka cukup lambat.
Padahal, saya baru mulai
woro-woro promosi buku setelah bukti terbitnya sampai ke tangan saya lho.
Barangkali saat itu, buku saya sudah ada sekitar dua mingguan di toko buku.
Berarti, waktu saya semakin sempit untuk mempromosikan buku! Mengapa toko buku
begitu cepat mengubah susunan buku? Karena eh karena, sekarang ini banyak
sekali buku yang diterbitkan. Beda dengan zaman dulu di mana penerbit
kekurangan naskah dan toko buku sibuk memburu buku baru. Kini, penulis
berbondong-bondong menerbitkan buku dan tidak diimbangi dengan daya beli yang
meningkat.
Setidaknya, begitulah keterangan
dari editor saya. Penjelasan ini menjawab pertanyaan, “kenapa sih penulis
sekarang ini heboh banget mempromosikan bukunya?” Beberapa waktu lalu, ada
penulis yang nyetatus kalau dia sebenarnya males mempromosikan bukunya karena
gengsi. Gengsi nyuruh-nyuruh orang untuk membeli bukunya. Penulis yang lain,
berpendapat sebaliknya. Dia rajin mempromosikan bukunya, karena kalau bukan dia
ya siapa lagi?
Saya pernah mendengar keluhan
teman facebook tentang penulis yang terlalu sering promo. Bikin penuh beranda
facebook saja, hehe… Nah, kalau begitu, kita harus cari trik promo yang halus,
supaya gak bikin bĂȘte orang. Menulis itu bukan pekerjaan sehari-hari. Bahkan
bisa jadi bertahun-tahun. Belum menerbitkannya. Seperti novel saya yang
terbaru, “Aku, Juliet.” Perlu waktu tiga tahun untuk bisa membuatnya tercetak
dan dipajang di toko buku. Proses penulisan dan penerbitannya, nanti
kapan-kapan deh saya ceritakan. Masih dalam serangkaian tulisan untuk promosi
“Aku, Juliet,” kok. :D
Apakah kita mau tulisan yang
sudah bertahun-tahun kita coba wujudkan dalam bentuk buku itu akhirnya hanya
kembali ke gudang dan tak dibaca orang? Kalau saya sih gak mau. Kita nulis kan bukan hanya untuk
royalty, tapi akan lebih senang lagi kalau tulisan kita dibaca orang dan
menginspirasi. Intinya, jangan sampai deh buku kita masuk ke gudang lagi dan
akhirnya diobral, huhuhu….. Yah, begitulah perjuangan penulis masa kini. Tak
hanya berusaha naskahnya selesai dan diterbitkan, tapi juga bagaimana bisa
menjual buku itu. Waduuh, berat yaaaa…..
Dan, karena itulah akhirnya sekarang saya
(terpaksa) ngasih tau kalau novel “Aku, Juliet” sudah mulai diedarkan di
toko-toko buku dan bisa dipesan melalui toko buku online berikut ini:
Barangkali juga tersedia di toko buku online lainnya.
Harganya terjangkau, hanya Rp 39
ribu, dapat diskon 15% pula. Siapa mau? Uhuk..uhuk…. :D
Oh ini ya sebabnya penulis promo bukunya terus. Ulala pantesan beranda facebook dan twitterku selalu penuh. Abis kebanyakan temenan ma penulis sih.
ReplyDeleteTapi salut sama kalian. Yang dengan gencarnya promo. Kata seseorang, hitung" bantu penerbitnya juga hihi :D
gadang saya juga diandalin mereka buat promo di blog2 dan juga di majalah online :v
DeleteWah ternyata perjusngan penulis berat jg ya mbak...semoga buku barunya larid manis ya.insyaallah aku cari kl pas ke tobuk ;)
ReplyDeletewaaw.. aku juga baru tau ini ttg brpa lama buku nongkrong di toko buku..
ReplyDeleteternyata yah.. jadi penulis itu bukan cuma nulis aja..
Btw, semoga lariiis manisyaah mak bukunyaa :D
jadi tahu seluk beluk penerbitan buku
ReplyDeleteOh baru tahu begitu aturan penjualan dalam toko buku besar. Rupanya menuntut penulis agar jago marketing juga :)
ReplyDelete