Sumber |
Ide menulis bisa didapatkan dari
mana saja, termasuk dari berita televisi. Novel Aku, Juliet—novel terbaru saya
yang diterbitkan oleh Penerbit Moka—ini juga idenya dari berita televisi. Jadi,
tahun lalu ada kasus tawuran antara anak SMA yang bersebelahan dan menyebabkan
satu orang meninggal dunia. Beritanya heboh banget, sampai-sampai kedua sekolah
yang berseteru itu harus mengadakan perjanjian damai yang disaksikan oleh Dinas
Pendidikan DKI.
Tadinya, novel Aku, Juliet ini
gak bermaksud mengangkat kasus tawuran tersebut. Ide ceritanya “cemen” banget,
deh, kisah cinta biasa. Makanya kudu dirombak habis-habisan. Dan akhirnya saya
dapat ide untuk memasukkan kasus tawuran di atas itu sebagai konflik utama. Setelah
saya pikirkan, novel romance bakalan biasa saja kalau hanya seputar cinta. Saya
ingin novel ini—yang ditujukan untuk remaja—gak melulu berkisah tentang cinta
picisan. Saya ingin ada “sesuatu” nilai kebaikan yang bisa diangkat.
Kasus tawuran yang menewaskan
seorang anak itu, sungguh ironis, karena yang terbunuh justru yang gak ikut
tawuran. Ini kan terasa gak adil ya, anak baik-baik malah meregang nyawa akibat
kesalahan teman-temannya. Di dekat tempat tinggal saya pun, ada kasus tawuran
serupa, dan korbannya anak SMP. Anak itu dikejar dan diganyang bersama-sama,
tapi herannya orang-orang yang melihat kejadian itu malah diam saja. Katanya
sih takut. Naudzubillahimindzalik.. betapa tak pedulinya masyarakat kita.
Bayangkan kalau anak yang dikeroyok itu adalah anaknya, dan gak ada seorang pun
yang menolong.
Untuk penulisan novel Aku, Juliet
ini, saya mengadakan riset kecil-kecilan via internet, kenapa sih ada anak-anak
yang suka tawuran? Apa mereka itu gak mikir dulu sebelum membunuh temannya? Dan
yang saya dapatkan, ada banyak penyebab mengapa seorang anak begitu mudahnya membunuh
anak lainnya. Bahkan, meskipun kesalahan itu sepele. Mengerikan sekali. Di
novel Aku, Juliet ini, saya menempatkan seorang anak SMA yang rajin, tidak
pernah tawuran, bekerja part time sebagai
pramusaji di sebuah restoran donat, tapi kemudian menjadi korban tawuran.
Semoga saja novel ini memberikan
kebaikan untuk pembacanya, terutama dalam menyampaikan pesan bahwa tawuran
bukanlah gaya hidup remaja yang keren!
Wah, ada tentang tawurannya ya, bun. Jadi inget GA pakdhe yang tawuran dulu itu. Kalo diliat2 lagi, tema tawuran sering diangkat buat novel remaja. Jadi penasaran sama bukunya.
ReplyDeletekalau ingat tawuran menyeramkan mbak
ReplyDelete