Kemarin itu, saya nonton film
World War Z yang dibintangi oleh Brad Pitt.
Nontonnya di rumah kok pake flash disc, hehe…. Filmnya hasil unduh
gratisan. Jiyaaah… gak mau rugi banget
yak. Ternyata itu film tentang Zombie, sodara-sodara! Kalau bukan Brad Pitt
yang meranin, ogah dah saya nonton zombie. Gak asik banget. Dari awal sudah
bencana tuh.
Si Brad Pitt dan keluarganya (istri dan dua anak), sedang berkendara ke kota. Tiba-tiba ada kekacauan. Berhubung tadinya saya belum tahu kalau itu tentang zombie, saya pikir ada bencana alam gitu. Eh, ternyata zombie-zombie beraksi! Orang-orang yang sedang terjebak macet itu pun dikejar-kejar zombie. Setiap orang yang digigit akan menjadi zombie. Begitu seterusnya. Bayangin aja betapa seru, tegang, dan menyeramkannya. Saya jadi takut sendirian. Mana susah pula tuh zombie dibasminya. Seluruh dunia terkena terror zombie. Bagaimana Brad Pitt yang seorang mantan tentara ini mengatasinya?
Si Brad Pitt dan keluarganya (istri dan dua anak), sedang berkendara ke kota. Tiba-tiba ada kekacauan. Berhubung tadinya saya belum tahu kalau itu tentang zombie, saya pikir ada bencana alam gitu. Eh, ternyata zombie-zombie beraksi! Orang-orang yang sedang terjebak macet itu pun dikejar-kejar zombie. Setiap orang yang digigit akan menjadi zombie. Begitu seterusnya. Bayangin aja betapa seru, tegang, dan menyeramkannya. Saya jadi takut sendirian. Mana susah pula tuh zombie dibasminya. Seluruh dunia terkena terror zombie. Bagaimana Brad Pitt yang seorang mantan tentara ini mengatasinya?
Untuk filmnya, bisa ditonton
sendiri ya. Hanya saja ada satu quote dari film ini yang membekas di hati saya.
Brad Pitt berkata, “kita harus bergerak, atau kita mati.” Maksudnya, berlarilah
terus menghindari zombie, jangan diam di tempat. Kalau diem aja ya matilah. Nah,
ini mau saya kaitkan dengan tulis-menulis. Terus terang, saya sendiri juga
kadang-kadang pingin berhenti menulis. Apalagi kalau gak ada ide. Apa yang mau
ditulis? Sebulan terakhir ini, banyak lomba nulis yang saya lewati karena saya
gak ada dan waktu untuk menuliskannya. Terutama lomba blog. Tahu sendiri
kan kalau lomba blog itu butuh koneksi internet yang lancar jaya? Tragisnya,
sebulan yang lalu, Operator Seluler yang biasa saya pake itu mengalami
gangguan. Boro-boro mau internetan, sms-an aja susah. Nelepon? Jangan ditanya.
Padahal ya, nulis tanpa internetan rasanya gimana gitu… Sepi aja deh,
bwahahahaha…. Udah jelas, kalo internetan tuh nulisnya jadi lama, tapi kalo gak
internetan juga bosen. Namanya juga penulis zaman sekarang.
Komplit dah penyebab kemalasan
saya tuk menulis. Tapi, kalo gak nulis, ngapain dong? Saya sms ke suami,
menanyakan apakah sebaiknya saya berhenti nulis aja? Jadi penulis zaman
sekarang nih susah, bo. Buku udah terbit pun kudu gencar promo di sosmed.
Baliknya lagi-lagi ke internet kan? Penulis zaman sekarang kudu banyak
pencitraan sebagai salah satu strategi marketing. Penginnya sih saya jadi
penulis yang tersembunyi, gak ada yang kenal kecuali kenal bukunya aja. Tapi,
gimana dong? Nyatanya saya emang harus ikut aktif memasarkan buku saya dan
terpaksa harus narsis di sosmed. Akhirnya, daripada baca sms saya yang panjang
kali lebar, suami pun membelikan nomor lain, beda Operator Selulr, ceritanya.
Kalau dulu saya pakai kuning, sekarang ganti yang merah. Untuk partai sih insya
Allah putih :D
Kalau saya berhenti menulis, gak
jamin deh tulisan saya bakal jadi lebih baik daripada sekarang. Beda sama ulat
bulu yang bersembunyi di dalam kepompong. Keluar-keluar langsung jadi kupu-kupu
cantik. Saya? Saya yakin tulisan saya bakal jadi lebih buruk kalau berhenti
menulis. Seperti di film War World Z itu. Tulisan saya akan mati kalau saya
berhenti menulis. Orang-orang mungkin gak peduli kalau saya berhenti menulis. Lah,
emangnya saya siapa? Saya akan menangguk kerugian sendiri kalau berhenti. Saya tahu
bahwa saya sulit berhenti nulis. Dua hari gak nulis aja udah kayak apaan tau
deh. Kacau sekacaunya. Ya, gak? Saya paksakan diri untuk menulis, walaupun
jenis tulisannya campur-campur.
Jangan heran kalau sekarang saya
nulis apa aja, fiksi nonfiksi. Sebenarnya itu untuk mengatasi kebosanan
terhadap satu genre. Daripada saya berhenti nulis, mending saya pindah ke genre
lainnya. Ya, gak? Mari kita terus bergerak, atau mati. Terus menulis, atau… kita
hanya akan diam di tempat.
Film nya keren itu mbak :-)
ReplyDeleteSilahkan singgah di WEB kita mbak/mas :-)
buat anak-anak mbak/mas yang mau belajar
www.ditokokita.com
pantesan tulisan bulan maret cuma 3, bun. hehe. ada saatnya ngerasa bosen, tapi kalo nyari kerjaan lain harus mulai dari nol lagi dong ya :D makanya mending tetep nulis aja hehe
ReplyDeleteItu sih karena ada deadline novel, La :D
Deletesaya juga udah liat itu filmnya, mbak. meskipun sedikit membosankan dengan ending yang nggak banget *salah fokus*
ReplyDeleteIya ya, endingnya maksa :D
Deleteaku nonton di dvd mbak beli 5 rb hehehe opss
ReplyDeleteHahaha sama aja dgnku, Mbak.
DeleteMau CD Original @onedirection? Atau pulsa gratis? Yuk, iku giveaway di blogku http://t.co/VbMOKQ77C5 :--)
ReplyDeleteBelum nonton filmnya :((
ReplyDeletePadahal sepertinya bagus
Lumayan bagus, Mbak :D
DeleteEmang, aku pernah baca kalo jadi penulis itu kudu ikut aktif mempromosikan buku karyanya. Gak bisa diem aja...
ReplyDeleteBetul mb, harus all out nih..
Delete