Sebentar lagi
sudah masuk tahun 2014, tidak terasa
waktu berjalan sangat cepat. Sepertinya baru kemarin saya menuliskan resolusi
tahun 2013, tahu-tahu sekarang harus menulis resolusi 2014. Langsung saja ya, proyek monumental saya untuk tahun depan adalah: KEAJAIBAN FINANSIAL. Ah, apa pula itu?
Ya, saya mendapatkan istilah itu dari buku Keajaiban Finansial, karya Innuri.
Beliau adalah seorang pengusaha butik yang pernah mengalami kebangkrutan besar
tetapi dapat bangkit lagi dan lebih sukses. Beliau membagi rahasia-rahasianya
dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami. Bagaimana beliau bisa melunasi
hutangnya yang ratusan juta dan memulai kembali usahanya? Berikut ini
rahasianya, yang insya Allah akan saya praktekkan demi mencapai proyek
monumental keajaiban financial:
Pertama,
adalah memasrahkan diri kepada Allah Swt, termasuk memasrahkan hutang-hutang
kita kepada Allah Swt. Selama ini rupanya saya salah berdoa. Biasanya saya
berdoa, “Ya Allah, lapangkanlah rezekiku agar aku dapat melunasi
hutang-hutangku.” Terus terang, saya memang masih berhutang biaya pengobatan
almarhumah ibu saya kepada tante saya, alias adik ibu saya. Hutang itu
bentuknya tidak mengikat, kapan saja boleh dibayar. Tante saya juga tidak
menagih, tapi kan tidak enak menanggung hutang terus.
Jadi, saya
ingin sekali melunasi hutang itu, agar ibu saya juga tenang di alam kubur. Menurut
Innuri, doanya harus diubah menjadi:”Ya Allah, saya pasrahkan hutang-hutang
saya kepada-Mu. Terserah bagaimana Engkau melunasinya. Izinkan saya mensyukuri
nikmat-nikmat-Mu dan menjalani hidup dengan tenang.” Di dalam doa yang pertama
ada kesombongan yang sangat halus, di mana saya yakin bahwa saya dapat melunasi
hutang-hutang itu atas usaha saya. Sedangkan di dalam doa yang kedua, saya
mengakui bahwa Allah Swt yang Mahakuasa untuk melunasi hutang-hutang itu.
Kedua,
adalah berzikir dalam segala keadaan. Berzikir itu sebenarnya mudah, sangat
mudah. Kita ucapkan saja: Alhamdulillah, Astaghfirullah, Allahu Akbar, La Ilaha
Illallah, sepanjang waktu. Kenyataannya, saya masih sering lupa. Padahal,
berzikir itu ibadah paling ringan yang akan mendekatkan kita kepada Allah. Bila
kita sering istighfar, dosa-dosa akan
terhapus, dan permintaan pun mudah dikabulkan. Acap kali yang membuat
doa kita terhalang adalah dosa-dosa kita, itu sebabnya sebelum meminta kita
diharuskan beristighfar dulu. Dengan senantiasa berzikir, lisan kita pun
terhindar dari ucapan yang sia-sia.
Ketiga,
ikhlas melakukan tugas yang sudah menjadi kewajiban saya. Apa pun pekerjaan itu
bila dilakukan dengan ikhlas, pasti akan menimbulkan rasa suka cita, terlepas
dari tuntutan-tuntutan duniawi. Ikhlas berarti melakukan pekerjaan dengan niat
Lillahi Ta’ala, bukan mengharapkan imbalan dari manusia. Contohnya, dalam
mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Saya pernah berhitung dengan suami saya,
“saya kan sudah melakukan ini, ini, ini….” Tanpa saya sadari, ucapan itu
barangkali menghanguskan pahala-pahala ibadah saya yang lalu. Bagaimana
tabungan amal saya mau penuh kalau terus diungkit-ungkit? Demikian juga ketika
memberi sesuatu kepada orang lain, jangan diungkit-ungkit. Jangan dipikirkan
apakah orang itu mau membalasnya atau tidak, sebab ada balasan yang lebih
pasti, yaitu balasan dari Allah Swt.
Keempat,
rutin bersedekah dan jangan menghitungnya. Saya inginnya mengikuti jejak Innuri
yang rutin memberikan nasi bungkus setiap hari untuk orang kelaparan, tetapi
sulit mencari orang kelaparan di tempat saya. Jadi saya mempercayakannya kepada
lembaga zakat dan infak yang ada di daerah saya. Sedekah itu juga jangan
dihitung-hitung karena perhitungan Allah Swt di luar logika. Bila kita
berhitung 1+1=2, maka hitungan Allah Swt 1+1= tidak terbatas. Artinya, balasan
dari Allah Swt akan di luar perhitungan kita, tapi stop, jangan
dihitung-hitung.
Saya pernah
membaca keluhan seseorang yang bersedekah dengan niatan mendapatkan balasan
tujuh ratus kali lipat. Tapi, kok ditunggu-tunggu balasan itu belum datang juga
ya? Barangkali balasan itu bentuknya bukan berupa sejumlah uang yang dia
sedekahkan dikalikan, tetapi berupa nikmat sehat, keselamatan, dan lain
sebagainya. Bisa saja kan kita ditakdirkan mengalami kecelakaan, lalu karena
bersedekah, takdir kecelakaan itu ditangguhkan. Bisa saja, lho! Jadi, jangan
berhitung dengan Allah Swt.
Kelima,
tidak bergantung kepada selain Allah Swt. Saya tidak hendak menyudutkan ibu-ibu
yang bekerja ya, tetapi kebanyakan alasan mereka bekerja adalah karena ingin
mandiri dan tidak mau bergantung kepada suami.
“Kalau gak kerja, nanti gimana kalo tiba-tiba suami meninggal? Susah
dong ya kita….” Kira-kira begitulah kalimat yang tercetus dari ibu bekerja yang
bekerja karena tidak mau bergantung kepada suami. Dengan begitu, berarti ibu
yang tidak bekerja seperti saya ini disebut sedang bergantung kepada suami ya?
Saya juga
pernah berpikir begitu dan juga merasa khawatir bagaimana kalau tiba-tiba suami
sakit berat dan tidak bisa bekerja lagi?Atau, suami pergi mendahului saya?
Atau, suami menikah lagi? Jawaban suami saya waktu itu, “kamu harus memperbarui
imanmu, Ma. Yang kasih rejeki kan Allah, bukan aku.” Saat itu saya tidak begitu
mendengarkan ucapan suami, tetapi setelah membaca cerita Innuri, saya baru
tersadarkan. Innuri juga berpikir begitu, merasa bergantung kepada suaminya.
Dia pernah secara tidak sadar menuhankan suaminya, sampai kemudian suaminya
bangkrut dan semua hartanya lenyap. Saat itulah dia sadar, Allah Swt adalah
tempat bergantung. Suami kita, atau bos kita (bagi ibu yang bekerja) bukanlah
tempat bergantung. Allah Swt adalah tempat bergantung, maka percayakanlah
rezeki kita kepada-Nya. Mintalah apa saja, pasti akan dikabulkan kalau kita
percaya.
Keenam,
memudahkan urusan orang lain. Perkara ini sebenarnya mudah, tetapi sering kali
terlihat susah. Ada hadist yang berbunyi, “bila kita memudahkan urusan orang
lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita.” Jadi, untuk mendapatkan bantuan
Allah sebenarnya mudah, kita juga harus ringan tangan membantu orang lain. Sekali
lagi, ini bukan hal yang mudah. Contohnya saja di dunia perfesbukan, ketika ada
yang sedang ikut lomba dan meminta like. Itu kan sebenarnya mudah, mudah sekali
semudah menggerakkan jemari di atas layar android. Tapi ternyata tak semudah
itu, di pikiran kita ada saja yang menghalangi untuk membantu, semacam
lintasan, “Ah, nanti dia menang lagi. Enak di dia, gak enak di saya dong.”
Padahal, kita tidak rugi apa pun, hanya gerakan jari tidak sampai lima menit.
Ketujuh,
tidak mengeluh dan selalu berpikir bahwa hidup ini indah. Sesungguhnya,
kesulitan hidup kita ini dibentuk oleh pikiran-pikiran kita sendiri. Jika kita
berpikir hidup ini indah, maka dia akan terasa indah. Tapi jika kita terus
berpikir bahwa kita selalu kesusahan, yang terjadi ya susah terus. Di dalam
hadist Qudsi disebutkan bahwa “Allah mengikuti persangkaan hamba-Nya.”
Otomatis, kalau kita mengira Allah memberikan kesusahan, Allah benar-benar akan
memberikan kesusahan. Maka, berpikirlah bahwa hidup kita selalu bahagia,
niscaya Allah akan selalu mengaruniakan kebahagiaan itu.
Demikianlah
hal-hal yang akan saya lakukan demi mencapai keajaiban finansial di tahun 2014.
Walaupun tahun 2014 masih dua bulan lagi, insya Allah saya sudah mulai
mempraktekkan cara-cara di atas. Bismillah, semoga Allah Swt meringankan
langkah saya. Aamiin…..
*Sebenarnya saya bingung apakah ini termasuk proyek monumental atau tidak, tapi bagi saya ini monumental :D Yang penting saya sudah berpartisipasi ya, Pakde....
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Proyek Monumental Tahun 2014
ReplyDeleteAkan saya catat sebagai peserta
Keep blogging
Salam hangat dari Surabaya
aahh tantee.... proyek monumentalnya nampar bangeet :') semoga kita bisa melaksanakannya ya tante. aamiin
ReplyDeleteproyeknya aku contek untuk diterapkan ya mbak
ReplyDeleteresolusi yang monumental :D
ReplyDeletesangat2 monumental mba :)
ReplyDeleteini mah bener2 proyek luar biasa mbk...inspiratif sekali di pagi ini ^^
ReplyDeleteBaarokallah
ikutan proyeknya ya...( nyontek dech )..hihi...semoga dimudahkan oleh Allah...Barrakallahufikum
ReplyDeleteMantap mak proyeknya,aku jd bnyk belajar lagi nih...terus menginspirasi ya mak
ReplyDeletememang bener hutang itu Allah yang bayar, bukan kita, bun. karena kadang pembayarannya pun dari pintu rezeki yang ga disangka2. asal udah diniatin insya Allah kebayar.
ReplyDeleteho...ho...ho... mudah bacanya. tapi melakukannya kayaknya perlu keistiqomahan yang ekstra ya, mbak?
ReplyDeletesemoga dapat tercapai apa yang diidamkan.
seperti artikel saya ini: http://bit.ly/1gg4KeA
Mbak Elaaaa... makasiiiii..
ReplyDeletebtul2 mencerahkan..
kereeen :)
ReplyDeleteIjin share yaaa mbak. Terimakasih sudah mempraktekkan apa yang tertulis di bukuku , semoga Allah ridha.
ReplyDeleteSemoga mendapatkan keajaiban finansial yang lebih di tahun depan ya mbak :)
ReplyDeleteNgena banget, "bergantung pada suami" makasih sudah diingatkan mbak.
ReplyDelete