Judul: My Avilla
Penulis: Ifa Avianty
Penerbit: Afra Publishing, Februari 2012
Harga: Rp 26.000
ISBN: 978-602-8277-49-5
Jumlah Halaman: 184
Ukuran: 14x20 cm
Manusia
dibekali akal untuk berpikir, di dalam Al Quran pun banyak firman Allah Swt yang
menyuruh kita untuk berpikir. Al Quran
Surat 3: 190: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih
bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir.” Itulah mengapa, agama
Islam adalah agama yang logis karena seluruh ajarannya dapat ditelaah,
dianalis, dipikirkan, bukan semata diikuti. Termasuk keberadaan Tuhan.
Novel My Avilla, karya Ifa Avianty ini
menceritakan proses pencarian Tuhan pada tiga tokoh utamanya yang diceritakan
bergantian: Trudy, Margriet, dan Fajar. Trudy dan Margriet adalah dua
bersaudara dengan karakter dan sifat berbeda. Trudy sangat popular, bahkan
kemudian menjadi model terkenal. Tetapi sebenarnya dia cemburu kepada kakaknya,
Margriet, yang kalem, tertutup, namun dicintai oleh banyak orang. Trudy merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan
Margriet, karena kakaknya itu sangat pintar dan aktif di organisasi.
Belakangan, Fajar, cowok yang disukai Trudy, malah naksir Margriet yang usianya
lebih tua empat tahun.
Margriet,
muslimah yang menutup rapat tubuhnya dengan jilbab dan gamis serta membatasi
pergaulan dengan lawan jenisnya ini adalah mahasiswi Sastra Inggris, UI. Kecerdasan
Margriet terlihat dari tutur katanya,
terutama ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan Fajar, yang sedang
mencari tuhan. Kecerdasannya itu pula yang membuat Fajar jatuh cinta, meskipun
usianya lebih muda empat tahun dan baru duduk di bangku kelas 1 SMA. Fajar
bahkan sudah terpikir untuk menikahi Margriet, karena merasa gadis itulah yang
bisa menjadi tempatnya menemukan jawaban akan tuhan. Dengan kata lain, Fajar
merasa nyaman dengan Margriet.
Fajar, cowok
kelas 1 SMA, yang memakai kacamata tebal karena mengalami gangguan low vision, kurus, tinggi, tetapi
disebutkan bahwa dia tampan. Saya membayangkan sosok dengan deskripsi tersebut
jauh dari tampan, tapi mungkin bayangan saya berbeda dengan bayangan
penulisnya. Fajar penyendiri, sensitif, dan tertutup karena sejak kecil
mendapatkan trauma psikologis dari ibunya, semacam penolakan dari ibunya
terhadap kehadirannya. Diceritakan sekilas bahwa ibunya sangat ingin meneruskan
kuliah, tetapi gagal karena kelahiran Fajar. Jadi, kalau Fajar berbuat salah,
ibunya akan mengulang-ulang terus cerita itu. Selain itu, latar belakang
keluarganya yng menikah berbeda agama (ayah muslim, ibu katolik), membuat Fajar
galau agama mana yang benar. Dia sudah disuruh mengikuti agama ayahnya, Islam,
tetapi juga tertarik pada agama ibunya, Katolik. Dia selalu tersentuh dengan
kidung-kidung gerejawi yang didengarnya. Ini yang membuatnya mempertanyakan
tuhan.
Fajar berusaha
mendekati Margriet dengan pertanyaan-pertanyaannya akan tuhan, bahkan berani
menyatakan cinta. Tentu saja Margriet menolak, meskipun ternyata dia juga jatuh
cinta kepada Fajar. Bukan saja karena Fajar adalah cowok yang disukai Trudy,
tetapi juga karena Margriet tidak mau pacaran. Untuk menikah rasanya tidak
mungkin, bukankah Fajar baru kelas 1 SMA? Akhirnya, mereka berpisah secara
fisikal sampai Fajar kuliah di Vatikan, Roma, di kota pusat Katolik sedunia. Kota
yang membuat Fajar semakin dekat dengan trinitas walaupun dia masih salat.
My Avilla |
Kisah cinta
ketiga tokoh ini dibalut dengan misi mencari tuhan, berupa
pertanyaan-pertanyaan Fajar kepada Margriet, juga renungan-renungan Fajar. Sebenarnya,
jalan jodoh sudah terbuka, karena keluarga mereka berencana menjodohkan
anak-anaknya, sebagai sesama keluarga pengusaha kaya, untuk memuluskan bisnis. Permasalahannya,
yang akan dijodohkan adalah Trudy dengan Fajar, sedangkan Fajar mencintai
Margriet.
Ciri khas novel
Ifa Avianty (berhubung saya sudah membaca beberapa novelnya) adalah kisah cinta
yang manis dan sangat romantis, gaya bercerita yang ringan dan lancar,
kalimat-kalimat panjang dalam Bahasa Inggris, dan selipan lirik lagu-lagu lama
(sampai saya tidak kenal penyanyinya sama sekali). Ciri khas itu juga ada di
dalam novel ini. Kesan romantis dimulai dari panggilan Fajar kepada Margriet,
dengan menggunakan nama tengah gadis itu: Avilla. Kedengarannya memang
romantis, apalagi membaca cara Fajar menyebut nama itu. Lalu, kenekatan Fajar
“melamar” Margriet, bahkan memberikan cincin emas dengan batu putih.
Gaya bercerita
yang ringan dan lancar membuat saya mampu menyelesaikan membaca novel ini dalam
waktu dua hari. Buat saya ini termasuk cepat, karena saya juga harus
mengerjakan pekerjaan lain. Kalau tidak ada pekerjaan apa-apa, dua jam pun bisa
selesai. Ifa Avianty tidak membiarkan pembaca berada dalam kebosanan, sehingga
dia menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat pembaca ingin terus membaca
sampai selesai.
Sayangnya,
banyak kalimat-kalimat panjang dalam Bahasa Inggris yang tidak diterjemahkan,
terutama percakapan Margriet dan Phill, pria bule yang menyukainya. Mungkin
banyak pembaca yang lancar Bahasa Inggris, tetapi Bahasa Inggris saya belum
lancar jadi saya memilih melewati percakapan-percakapan itu. Apalagi kalau
pembantu saya yang membaca novel ini, karena dulu saya punya pembantu yang suka
membaca koleksi buku-buku saya. Pembantu lulusan SD itu saja tidak bisa
membedakan novel dengan buku resep, lebih-lebih menerjemahkan kata-kata dalam
Bahasa Inggris.
Lagu-lagu lama
menjadi pengiring novel ini, terutama pada adegan-adegan yang romantis, Bahkan,
ada lirik lagu yang panjang, ditulis semuanya sampai dua halaman lebih. Lagu
yang membuat Fajar semakin merenungi pilihannya, kidung Natal “God Ye Merry
Gentlemen.” Agaknya ini tidak lepas dari hobi sang penulis yang suka
mendengarkan musik-musik klasik (begitu tertulis di biodata penulis). Mungkin
akan lebih bisa menghayati perenungan Fajar sambil mendengarkan lagu ini, tapi
saya khawatir jadi ikut bersenandung.
Setting lokasi
di Vatikan, Roma, kurang detil dan relatif singkat, sampai-sampai saya kurang
merasakan kalau Fajar sudah berpindah tempat ke Vatikan. Saya pikir cerita ini
akan berfokus pada Trudy, karena prolog dibuka dengan adegan Trudy yang kembali
ke Jakarta setelah pelariannya akibat suatu peristiwa yang masih berhubungan
dengan Margriet dan Fajar, ternyata tokoh Trudy hanya mendapatkan porsi
sedikit.
Novel ini
menjadi juara ketiga lomba novel Indiva tahun 2010. Namun, label juara tiga
lomba novel Indiva tidak dituliskan di kover novelnya, yang mestinya dapat
membuat orang tertarik untuk membeli. Sebagai novel yang mengusung ide pencarian
tuhan, novel ini cukup baik untuk dibaca dan inspiratif. Pertanyaan-pertanyaan
Fajar dan jawaban-jawaban Margriet patut kita renungkan bersama-sama.
“Terus terang, Mbak, sampai sekarang
meskipun muslim di KTP, dalam ritual ibadah saya, saya masih bersimpati pada
iman Katolik.” (Fajar, halaman 46)
“Keimanan nggak bisa ditukar semudah kita
menukar pakaian hanya karena kita merasa nggak cocok. Keimanan adalah sebuah
konsekuensi logis dunia dan akhirat, yang kita tidak bisa mengambil sebagiannya
dan membuang sebagian lainnya.” (Margriet,
halaman 54)
“Bila Tuhan adalah pencipta semua umat di
dunia, mengapa harus ada banyak agama? Mengapa harus ada pemecahan-pemecahan
yang membingungkan, sementara semua ajarannya terasa agung? Mengapa harus ada
sekat-sekat yang kemudian sekat-sekat itu membuat kita menjadi sulit memahami?
Mengapa mesti ada representasi Tuhan dalam berbagai versi?” (Fajar, halaman 124)
“Pada awalnya, setiap representasi terhadap
figur Tuhan dibuat manusia sebagai media untuk mendekatkan mereka kepada Sang
Pencipta, Lalu, ketika manusia mulai menyadari esensi ketuhanan dalam kehidupan
mereka, mulai tumbuh rasa rindu terhadap-Nya, ingin memeluk-Nya dalam
ritus-ritus pribadi dan komunal, maka dibangunlah representasi itu dalam
konsep-konsep yang jadi panduan tiap umat beragama….”(Margriet, halaman 124).
3 misi pencarian Tuhan bagus juga untuk dibaca ya mbak
ReplyDeletetemanya agak berat ya, bun. tapi bisa ditulis oleh penulisnya. kalo arti komunal dan ritus itu apa ya? :D baru denger, hehehe
ReplyDeletekarya Teh Ifa yang khas, dikemas dengan resensi ala Mba Ela..ehmmm, nice ^_^
ReplyDeleteTemanya bagus, sedikit usul kata t untuk Tuhan diketik kapital Mbk Ela, resensinya mengalir, jadi pengen baca hehhe
ReplyDeleteBuat lomba nggak ini, Mbak?
ReplyDeletePencarian Tuhan, sebuah tema yang berat dan tak pernah habis untuk digali :)
ReplyDeleteAku menyukai semua buku mb Ifa, tapi yang fiksi, nonfiksi doi belum pernah baca :D
ReplyDeletetema berat dengan penyampaian membumi tampaknya:)
ReplyDeletetrus trus akhirnya gimanaaa? penasaran hehehe
ReplyDeleteIni novel favoritkuu..
ReplyDeleteSukses yaa Mbak Ela.. moga kita sama2 menang.. :)
jadi nambah pengen baca.. udah pesen :D
ReplyDeleteWaah novel yang penuh perenungan hidup ya. Resensinya padat dan kritis mbak, bagus. Moga menang yaa :)
ReplyDeleteJadi penasaran sama tulisan-tulisan Mbak Ifa Avianty... Semoga sukses, Mbak Leyla.. ^_^
ReplyDelete