Aduh, sudah berapa lama ya tidak posting di blog ini? Sapu-sapu dulu, deh. Perhatian sekarang sedang terpecah ke novel. Maunya sih ikut lomba novel, tapi gak tau juga sih karena deadlinenya mepet banget. Baru nulis sekitar lima hari ini, alhamdulillah sudah dapat 35 halaman spasi 1, eh tergoda lagi untuk update blog. Tenaaang.. ini bukan buat lomba kok. Sebenarnya sudah lama pengen nulis tentang ini. Tentang label best seller. Beberapa minggu lalu ada yang bilang kalo buku seorang penulis (nama dirahasiakan) selalu best seller, mungkin nulisnya pakai hati. Duh, saya agak tersindir gitu. Buku saya baru dua sih yang best seller, itupun gak best seller banget. Tapi kalo dikaitkan dengan menulis pakai hati, apa iya saya nulisnya gak pakai hati sampe-sampe gak best seller? Wkwkwkw... Misalnya, saya nulis (novel) karena materi, pasti kan dari dulu udah saya tuntut penerbit-penerbit yang gak nyerahin royalti saya.
Jadi, saya bilang sih, best seller itu banyak faktor pendukungnya, gak cuma karena nulisnya pakai hati. Banyak lho buku-buku bagus yang gak best seller. Saya yakin, penulisnya juga pakai hati pas nulis itu. Tapi, kenapa coba gak best seller? Kenappah? Ya, kalo kata Mbak Eni Martini sih, karena best seller itu takdir. Semacam memang sudah ditakdirkan oleh Allah Swt bahwa karya ini akan best seller. Adanya usaha atau tidak, hanya faktor pendorong. Bisa jadi usaha itu membuahkan hasil, bisa juga tidak. Teman saya pernah cerita, ada penulis baru yang berusaha sekuat mungkin agar bukunya best seller, sampai mengeluarkan uang banyak untuk promosi, tetap saja karena takdirnya belum best seller ya gak jadi best seller. Ada juga yang nulis-nulis aja, nerbitin-nerbitin aja, eh best seller.
Namun, gak dipungkiri bahwa saat ini faktor best seller ini bikin kita jadi males nulis. Belum juga nulis udah mikir buku kita bakal best seller gak yah? Gimana sih buku yang bakal best seller itu? Kalau gak best seller, gimana? Percuma dong kita nulis? Best seller itu sebenarnya apa sih? Kriteria best seller itu gimana? Best seller itu artinya laku, gitu. Banyak yang beli dan baca. Kriterianya ya mengalami cetak ulang (dalam jumlah ribuan eksemplar) berkali-kali. Demi buku best seller itu, saya pernah juga usaha promosi di sosmed. Sering nyetatus dengan quote dari buku saya, sering share kover buku, sampai melayani pembelian langsung dari saya. Hasilnya? Cape iya, best seller enggak! :D Akhirnya, untuk dua novel terakhir ini, entah karena udah hopeless ngarep best seller kali, saya malah santai ajah. Sampe ada yang bilang kok saya gak seperti penulis lain yang sering woro-woro novelnya?
Memang gaung kedua novel saya ini agak sepi. Maunya sih bikin lomba resensi seperti teman-teman lain, tapi nyari sponsornya di mana ya? Keren juga teman-teman penulis lain bisa dapat sponsor yang oke-oke. Aye mah gak gape nyari sponsor. Makanya saya kaget juga pas M. Sholich Mubarok ngetag foto pamflet buku saya "Surga yang Terlarang" yang konon disebutkan best seller di toko buku Gramedia, entah di mana Gramednya, lupa nanya. Ini fotonya saya simpan saking takjubnya. Ngebayangin foto saya segede gaban nemplok di pamflet. Aih, gak percaya. Memang itu bikin hati bahagia dan tentu saja menambah semangat menulis. Tapi daripada mikirin buku best seller ato enggak, mending nulis aja yang lain dengan kualitas yang lebih bagus. Soalnya capek lho kalo mikirin best seller terus.
Katanya sih Best Seller foto oleh: M. Sholich Mubarok |
Dan bagi saya yang penting para pembaca dapat mengambil kebaikan di dalam buku saya (jika ada). Tentunya apresiasi dari pembaca itu memang membahagiakan. Dan benar kata Mbak Dhani Pratikyo dan Nining Sumarni, komentar pembaca itu akan mengikuti searah dengan kualitas isi buku. Kalau bukunya memang bagus menurut pembaca, mereka berkomentar dengan sendirinya. Sebenarnya saya juga lebih suka komentar dari pembaca yang bukan teman saya, belum mengenal saya, dan membaca buku saya karena membeli sendiri atas keinginan sendiri (bukan disuruh-suruh apalagi dikasih gratis oleh saya). Komentar dari teman itu ada dua sisi nih: kalau temannya dekat, bisa jadi dia cuma pengen nyenengin hati kita. Kalau teman yang iri, bisa jadi dia cuma pengen ngejatuhin kita. Nah, lho! Mending komen jujur dari pembaca yang belum kenal kita sebelumnya.
Komen jujur itulah yang bikin saya tambah semangat (bukan label best seller). Semoga saja dua pengirim imel di bawah ini tidak keberatan komentarnya saya copas.
1.
Assalamu alaikum wr.wb.
Salam kenal dari Makassar Mbak Layla..
Mbak Layla, hari Jumat kemarin (1 November 2013) saya ke Gramedia menemani gadis kecilku, Aisyah mencari buku pelajaran. Saat putri saya asyik memilih buku, saya juga jalan-jalan di deretan buku fiksi. Mata saya tiba-tiba melihat deretan novel "Surga yang Terlarang". Tadinya akan kulewati saja, tapi setelah kudekati dan melihat dengan jelas sampulnya, akhirnya saya memutuskan mengamatinya lalu membawanya ke kasir bersama buku-buku pilihan putriku.
Ba'da Isya baru kuputuskan membuka plastiknya kemudian langsung membacanya.
Subhanallah.... Cara bertutur Mbak Layla hampir tanpa cela dalam menyampaikan alur ceritanya. Mbak Layla begitu mahir memainkan emosi pembaca tanpa melupakan nuansa religi di dalamnya. Saya sangat tergugah dengan ending ceritanya yang di luar perkiraan saya.
Saya begitu kagum dengan Mbak Layla yang telah menulis banyak novel padahal Mbak pun punya kesibukan luar biasa sebagai seorang ibu dari dua putra yang pastinya sangat aktif karena sedang dalam masa pertumbuhan.
Kreativitas Mbak begitu luar biasa di usia Mbak yang masih muda bila dibandingkan dengan usia saya yg tahun ini genap 40 tahun.
Oh ya Mbak,
Sayangnya di halaman 13 novel itu, paragraf kedua dari bawah, ada kalimat yang terputus. Memang sih tidak mengurangi nilai ceritanya, tetapi karena saya sudah terlanjur kepincut dengan gaya bahasa Mbak Layla, akhirnya sedikit kecewa karena ingin mengetahui kalimat itu secara utuh.
Paragraf yang tidak utuh itu saya tuliskan sbb:
"Pendidikan agama di keluarganya lumayan kuat, tapi tidak fanatik. Nazma dan kakak-kakaknya pandai mengaji, bahkan Nazma pernah memenangi lomba tilawatil Quran. Tapi, Ummi tidak pernah memaksa Nazma untuk berjilbab. Kalaupun Nazma berjilbab, itu atas kehendaknya sendiri, setelah mengetahui bahwa w...."
Mungkin luput dari koreksi editor ya Mbak..
Ok, Mbak Layla... Sekali lagi, saya sangat suka dengan novel ini dan senang bisa menghubungi Mbak via e-mail. Semoga Mbak Layla berkenan membalas sapaan saya ini apatah lagi jika mau berkawan dengan saya..
Wassalamu alaikum wr.wb.
Agustina
2.
Assalamualaikum,
enaknya panggil apa ya ? Mba atau Ibu ? saya panggil mba aja ya ?!
nama saya Septiana Tri Lestari Abadi atau bisa dipanggil Tari aja. saya baca novel mba leyla yang judulnya " Surga Yang Terlarang " dan klo boleh jujur saya nangis bacanya apalagi saat ending nya.
mba kalau ada buku baru karangan mba Leyla yang baru kasih tau ya, karena mulai dari sekarang InsyaAllah saya ingin membaca semua buku karangan mba Leyla. bersamaan dengan e-mail ini selain saya ingin mengenal mba Leyla dan saya juga ingin minta saran dari mba Leyla tentang cara menulis yang baik karena selain saya suka baca buku saya juga ingin menulis dan membuat buku tapi kendala saya pasti selalu di penyampaian bahasa yang tidak karuan jadinya.
enaknya panggil apa ya ? Mba atau Ibu ? saya panggil mba aja ya ?!
nama saya Septiana Tri Lestari Abadi atau bisa dipanggil Tari aja. saya baca novel mba leyla yang judulnya " Surga Yang Terlarang " dan klo boleh jujur saya nangis bacanya apalagi saat ending nya.
mba kalau ada buku baru karangan mba Leyla yang baru kasih tau ya, karena mulai dari sekarang InsyaAllah saya ingin membaca semua buku karangan mba Leyla. bersamaan dengan e-mail ini selain saya ingin mengenal mba Leyla dan saya juga ingin minta saran dari mba Leyla tentang cara menulis yang baik karena selain saya suka baca buku saya juga ingin menulis dan membuat buku tapi kendala saya pasti selalu di penyampaian bahasa yang tidak karuan jadinya.
atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya.
Thanks & Best Regards
Septiana Tri Lestari Abadi
Septiana Tri Lestari Abadi
Selamaatt yaa Mbak.. novelnya best seller..
ReplyDeleteSkrg sedang nulis novel lagi? wah.. mantav..
sukses yaa, Mbak..
Saya pernah mikir seperti itu mba, belum ada jiwa "pantang menyerah" udah takut di awal kalau nggak laku, nggak dapet duit #matre
ReplyDeleteiiih, makanya sekarng ngga maju-maju. hehe
Semangat berkarya, mbaa
ternyata, masing- masing pengarang punya fansnya, bisa fans baru atau fans setia. Teruslah menulis dik, teruslah menebar kebaikan, dan itu lebih besar nilainya dibanding hanya best seller semata...
ReplyDeleteHahahah..takdir
ReplyDeletemakanya jangan heran kalau buku yang dihujat-hujatmalah best seller ^_^
moga makin terus berkarya mba, aku sekarang makin ke sini (baca: barangkali makin tambah umur..menulis jadi bagian dari takdirku aja)
alhamdulillah, bun. tetap semangat, yang penting nulis aja. soal hasil biar Allah yang menggenapkan.
ReplyDeletealhamdulillah... selamat ya Leyla.. jadi best seller novelnya.. tapi aku sepakat tuh ama aisyah... halaman 13 itu asli keputus loh kalimatnya.. nggak ngerti kenapa bisa gitu.. aku kira tadinya aku beli buku cacat... hahaha.. nyaris saja aku mau kembalikan ke penerbitnya minta diganti yang utuh... eh.. ternyata ada pembaca yang ngalamin hal yang sama juga ternyata.
ReplyDeleterruuaaarrrr biasaaaa....masih penasaran dengan buku ini...tapi blm ada waktu baca..jadi disimpan dulu keinginannya..saya juga suka cara dakwah Mb Ela melalui tulisan.....begitu membekas
ReplyDeleteBanyak orang membutuhkan penghargaan yang langsung terlihat, semacam best seller. Kalau saya, best seller hanya sebuah efek samping dari tujuan utama. Kalau best seller, alhamdulillah, tidak best seller, ya terus aja nulis dengan riang-gembira :-D
ReplyDeleteBest writer aja mbak :)
ReplyDeleteSetuju dg komen pembaca yg pertama. Suka dg cara bertutur mb Ley. Apa adanya :)
belum hatam baca surga terlarang.. tp sudah jatuh cinta sm penokohannya..
ReplyDeletejujur saya suka kalau mbak leyla menokohkan sebuah karakter... yg fedi di novel franfurt bikin saya sukses sebal dgn plin plannya.. kalau yg surga terlarang ini menyelami sosok nazam yg mirip2 andini.. tp bisaaa aja ditampilkan jd beda sebagai sosok yg beda..
lanjud nulis ya mbaak.. :))
keren keren nih Bunda Leyla ^___^ jadi pengen beli novel2nya. selamat ya Bunda semoga berkah dan keep writing terus :D
ReplyDeleteaku juga fansnya mbak leyla :)
ReplyDeleteaku baru baca tulisannya tante lewat blog aja.. :)
ReplyDeletemoga terus menginspirasi lewat tulisanmu ya tantee ^^
eh, saya hampir geer dengan pembacamu yang nomer 1 hihi. lokasinya, namanya, nyaris sama denganku :D
ReplyDeletetapi memang benar, dengan era keterbukaan sosial media seperti sekarang, kadang saya rindu kondisi dimana saya membaca buku tanpa kenal sama sekali dengan penulisnya :)
Aku baru saja kelar baca buku mbak Layla yang Frankfurt to Jakarta dan aku suka... semoga dalam waktu dekat aku bisa menuliskan resensinya mbak.
ReplyDeleteMemang sih, setiap penulis pengen bukunya jadi best seller... tapi bener juga spt kata mbak Layla... kalau cuma mikirin best seller aja malah capek dan bisa menyurutkan semangat menulis.
Soal tulisan... aku sudah percaya banget kalau mbak Layla emang jagonya hehehe.. Tetap semangat mbak :D
Sepertinya kalo masalah best seller itu, larinya ke rezeki ya...
ReplyDeletesubhanAllah
ReplyDeleteSelamat ya mbak, saya juga sependapat kalau best seleer itu takdir. Tapi juga tak mengecilkan kualitas tulisannya.
ReplyDeleteSelamat juga deh. Oh ya saya sudah follow akun twitter mba. Semoga di follow balik. Oh ya gaya berutur ini sangat saya sukai. Beberapa penulis yang saya kenal juga punya style bertutur alami seperti Pak Dahlan Iskan. Salam kami sekeluarga di Pontianak
ReplyDeletebest seller, ampuun kereeen abissss, ajarin donk gaya bahasa seperti apa ya, aku kadang2 ngomong aja mash belepotan gman klo mo bergaya bahasa ya...hahahaha :)
ReplyDelete