Judul: 12 Menit
Penulis: Oka Aurora
Penerbit: Noura Books, Mei 2013
ISBN: 978-602-7816-33-6
Halaman: XIV+348
Harga: Rp 54.000
“Kisah yang
mencerahkan dan inspiratif.” (Andy F. Noya)
Elaine, sang pemain biola, yakin bahwa musik adalah segalanya. Namun,
ayahnya menentang, menganggapnya sia-sia.
Tara, berusaha menguasai nada-nada snare drum meski memiliki
keterbatasan pendengaran. Tetapi, luka masa lalunya terus menghantui.
Lahang, di tengah deritanya, berusaha memenuhi janji pada sang ayah.
Namun, dilema membuatnya ragu melangkah.
Rene bermimpi membawa mereka, tim marching band yang dilatihnya,
menjadi juara. Meskipun mereka hanya datang dari sebuah kota di pelosok negeri.
Meskipun orang lain menganggap mustahil.
Setiap orang berhak meraih mimpi,
termasuk keempat tokoh utama di dalam novel ini. Elaine, Tara, Lahang, dan
Rene, tergabung di dalam Tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim. Mulanya marching band ini hanya untuk pegawai
dan anak-anak para pegawai PT Pupuk Kaltim, tetapi sekarang menjadi milik
masyarakat Bontang. Siapa saja boleh memasukinya asalkan memiliki bakat
bermusik dan kemauan. Perjuangan apa
yang hendak diraih keempat tokoh itu di dalam sebuah tim marching band dari sebuah kota kecil?
Grand Prix Marching Band (GPMB), sebuah perhelatan tahunan akbar
tempat marching band ternama dari
seluruh Indonesia berlaga untuk memperebutkan gelar juara, menjadi penentu bagi
Marching Band Bontang Pupuk Kaltim untuk membuktikan eksistensi mereka.
Sanggupkah mereka memenangkan kejuaraan tersebut dengan menampilkan performa
terbaik hanya dalam waktu 12 menit?
Novel 12 menit mengajarkan kita
cara meraih mimpi sekalipun halangan merintangi. Perjuangan para tokoh utamanya
untuk memberikan performa terbaik dalam GPMB, memberikan kita pelajaran. Bahwa
ada beberapa hal yang harus kita miliki untuk meraih mimpi, yaitu:
Tekad yang Kuat
Rene yang seorang pelatih marching band lulusan sekolah musik di
Amerika, bertekad untuk membuktikan bahwa anak-anak didiknya di Marching Band
Bontang Pupuk Kaltim pasti bisa memenangkan kejuaraan GPMB meskipun mereka
berasal dari kota kecil dan memiliki banyak keterbatasan. Dia begitu optimis
dan yakin marching band yang
dipimpinnya akan menjadi juara.
“Saya memang orang baru di marching band ini. Tapi, Anda tahu sendiri
bahwa saya bukan orang baru di marching band. Dan, ini bukan pertama kalinya
saya membawa sebuah tim menjadi juara. Saya butuh Anda percaya kepada saya.
Kalau Anda saja nggak percaya, bagaimana orang lain. Saya akan membuat marching
band ini menjadi juara umum di GPMB tahun ini.” (halaman 14)
Menuruti Panggilan
Hati
Menuruti panggilan hati adalah
sesuatu yang berat bagi Elaine. Sejak kecil dia tahu bahwa dia sangat mencintai
dunia musik, tetapi ayahnya ingin dia menjadi ilmuwan. Ketika Elaine harus ikut
ayahnya yang dipindahtugaskan ke Bontang, dia sempat khawatir tidak lagi bisa meneruskan
kecintaannya kepada musik. Dia tak yakin Bontang dapat memberikan fasilitas
bermusik yang sama seperti di Jakarta. Harapannya membuncah ketika dia
mendengar tentang Marching Band Bontang Pupuk Kaltim, tetapi dia harus berhadapan pada sikap keras
ayahnya yang tak setuju atas keinginannya bergabung dengan marching band itu karena dianggap dapat mengganggu sekolahnya. Elaine
tetap menuruti panggilan hatinya dengan tanpa mengecewakan ayahnya.
“Boleh ya, Pa,” bujuk Elaine. “Elaine janji nilai pelajaran Elaine
tetap sembilan puluh.” (halaman 71)
Tak Menyerah oleh Keterbatasan
Semula, Tara adalah anak yang
normal dan memiliki pendengaran sempurna. Dia sangat pandai bermain drum, dan
itu mengapa dia bergabung dengan marching
band. Kecelakaan fatal telah merampas pendengarannya dan memisahkannya
dengan sang ayah. Ibunya terpaksa meninggalkannya untuk kuliah lagi di Inggris
demi bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan membiayai sekolah Tara. Tara
tak mau menyerah oleh keterbatasannya, dan tetap bergabung dengan marching band
Bontang Pupuk Kaltim, apalagi Rene tahu bahwa dia sangat berbakat. Namun, dia
tetap harus berlatih kuat tanpa dispesialkan.
“Tapi kamu kan diperlakukan SAMA PERSIS dengan yang lain,” ujar Rene,
tajam. “kamu siap? Kamu akan dilatih dengan disiplin yang sama. Kalau kamu melakukan
kesalahan, kamu akan dihukum sama berat. Semua peraturan diperlakukan sama.
Nggak ada bedanya. Kamu siap?” (halaman
41)
Semangat yang Membara
Penampilan mereka di GPMB memang
hanya 12 menit, tetapi latihan yang akan dilakukan berlangsung selama tiga
bulan. Dan untuk itu, mereka harus mempersiapkan fisik dan mental secara optimal.
Latihan sepulang sekolah yang berlangsung sampai malam, mendengarkan
teriakan-teriakan Rene, tangan dan kaki yang pegal, tubuh yang basah oleh
keringat, tetapi mereka tetap bersemangat meneriakkan satu kata: VINCERO. Saya
akan menang.
“VINCEROO! VINCEROOO!” (halaman
85)
Berani Berkorban
Lahang tahu bahwa ayahnya sedang sekarat
karena penyakit kanker otak yang dideritanya. Dia yang hanya tinggal berdua
saja dengan sang ayah, tak bisa meninggalkan ayahnya berlama-lama karena hanya
dia yang mengurus keperluan ayahnya. Terlebih bila penyakit ayahnya kambuh. Rumahnya
yang terpelosok membuatnya harus menempuh perjalanan jauh dari rumah ke
sekolah, apalagi bila ditambah dengan latihan marching band. Tetapi, ayahnya mempercayainya, bahwa dia bisa
meraih mimpinya. Demi ayahnya, dia berkorban berlatih marching band sambil tetap sekolah dengan menempuh perjalanan jauh.
“Berapa pun waktu yang diberikan, tak seharusnya dihabiskan dengan
ketakutan,” sambung bapaknya lembut, “karena ketakutan, anakku, tak akan pernah
menyambung hidupmu, hanya keberanian.” (halaman
104)
Berserah Diri dengan Doa
Keempat tokoh utama di dalam
novel ini memiliki keyakinan yang berbeda. Rene dan Tara yang muslim (Tara
bahkan mengenakan kerudung), Lahang yang menganut aliran kepercayaan masyarakat
Dayak, dan Elaine yang Nasrani, berdoa dengan caranya masing-masing. Yakin dan
percaya, bahwa kerja keras akan menemukan hasil bila diiringi dengan doa.
Sebelum ada di tempat ini, mereka telah berdoa bersama tadi, di dalam
ruangan sempit itu. Setidaknya ada tiga doa yang tadi mereka gemakan dalam hati
masing-masing. Al Fatihah, Bapa Kami, dan Mantram Gayatri. Indah sekali, mereka
gumamkan pinta yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Bhinneka Tunggal Ika
dalam arti yang sebenar-benarnya. (halaman
328)
Novel ini sesuai sekali untuk
kita yang ingin meraih mimpi, bahwa perjuangan meraih mimpi itu bukan hal yang
ringan. Dibutuhkan tekad yang kuat, menuruti panggilan hati, tak menyerah oleh
keterbatasan, semangat yang membara, berani berkorban, dan berserah diri dengan
doa untuk dapat meraih mimpi.
Membaca Novel 12 Menit |
Pada awal
membaca novel ini, mungkin kita akan sedikit kebingungan dengan istilah-istilah
dalam marching band yang digunakan, tetapi jangan khawatir karena disediakan
penjelasannya di halaman belakang. Justru istilah-istilah itu memberikan kita
pengetahuan baru dalam dunia marching
band. Oka Aurora berhasil menuliskan novel ini dengan baik, mudah
dimengerti, menyentuh, dan menimbulkan semangat berapi-api untuk meraih mimpi. Novel
yang bagus untuk generasi muda agar terus beraktivitas positif dan berjuang meraih
mimpi. Tak berlebihan jika Andy F. Noya menyebut novel ini sebagai kisah yang mencerahkan dan inspiratif. Jika ada 5 bintang, maka saya berikan 4,5 untuk novel yang nyaris
sempurna ini. Saya jadi tidak sabar menunggu filmnya. Pasti akan memberikan inspirasi positif bagi generasi muda.
12 menit untuk perjuangan 3 bulan. Saya jadi teringat anak sulung yang begitu gigih berlatih untuk turnamen badmintonnya. Bahkan ramadhan pun masih berlatih. Dia memang gagal memenangkan turnamen itu, tapi saya tetap bertepuk tangan untuknya.
ReplyDeleteSepertinya bags dibaca oleh semua kalangan agar tak patah semangat dalam bercita2
siapa pun berhak meraih mimpi ya mbak
ReplyDeletejadi pengin baca novelnya...sukses ngontesnya mak
ReplyDeletesaya pikir membaca novelnya selama 12 menit mbak, ternyata judul novelnya toh, hehe
ReplyDeletelhawong novelnya tebel gitu
Ah... Mak Leyla ini bikin ngiri aja kalo udah bikin resensi. Selalu bagus. Huaaaaa... *garuk2 aspal* :D
ReplyDeleteSemoga menang :)
Ikutan garuk aspal, mbak. Mbak Leyla emang jago bikin resensi. Jadi pengen baca.
Deletekisah inspiratif dan sangat menggugah. saya yg diberi kesempurnaan saja kadang takut menggapai mimpi.
ReplyDeletekeren. sukses buat kontesnya mbak. :)
Setiap mimpi harus diraih dengan kesungguhan hati, walaupun mimpi itu tidak bisa terwujud yg terpenting adalah usaha untuk mencapainya.
ReplyDeleteCerita yang inspiratif.
Jadi pingin kasih novel ini...*pemberi semangat * Mimpi itu di tulis, di raih dan jikalau tidak mendapatkannya, kita sudah berusaha..itu adalah kemenangannya... keren Mak
ReplyDeleteraih mimpi dan sukses selalu
ReplyDeletehttp://milioner2010.blogspot.com/
Jadi pingin kasih novel ini...*pemberi semangat * Mimpi itu di tulis, di raih dan jikalau tidak mendapatkannya, kita sudah berusaha..itu adalah kemenangannya... keren Mak
ReplyDeleteMak Leyla ini bikin ngiri aja kalo udah bikin resensi. Selalu bagus. Huaaaaa... *garuk2 aspal* :D
ReplyDeleteSemoga menang :)h... Mak Leyla ini bikin ngiri aja kalo udah bikin resensi. Selalu bagus. Huaaaaa... *garuk2 aspal* :D
Semoga menang :)
Reply
Reply
siapa pun berhak meraih mimpi ya mbak https://contohsedekah.blogspot.com/
ReplyDeleteInfo menarik dan boleh sekali dicoba, Makasih buat infonya dan sukses selalu.
ReplyDelete