Monday, August 5, 2013

Menemukanmu di Frankfurt Am Main



Gambar dari sini


Aku mencari kesempatan, bukan jaminan. Hidup tidak memegang janji, untuk setiap kejadian yang akan menghampiri. Aku berusaha berdiri tegak pada keyakinan dan tujuan, berharap segala yang terbaik. Tidak harus menang, tapi setidaknya aku tahu apa saja yang diperlukan untuk menjadi pemenang.


Burung besi mendarat dengan mulus, perlahan kecepatannya semakin pelan. Kulangkahkan kedua kaki mungilku, untuk pertama kalinya, di sebuah negara di jantung Eropa. Suasana begitu hiruk-pikuk di dalam bandara international Frankfurt am Main. Sebelum mengambil koper, seluruh penumpang diwajibkan mengantri di bagian imigrasi untuk pengecapan paspor.
Segalanya berjalan mulus, aku pun tak perlu menunggu lama untuk mengambil koper. Dua koper besar dan berat yang kubawa itu kuletakkan di sebuah kereta dorong yang tersedia dan berderet hampir di setiap sudut. Aku mengeluarkan beberapa koin Euro, yang sengaja kusiapkan dari Indonesia. Memang agak sulit menemukan money changer yang menyediakan uang koin, namun koin itu akan sangat berguna.
Aku membutuhkan koin untuk menelpon Zefa agar menjemputku dari bandara. Zefa adalah sahabatku semenjak kuliah di UI dulu, ia sudah lebih dulu datang ke Jerman sejak enam bulan yang lalu.
"Halo Zefa, ini aku Rianda. Aku udah nyampe. Kamu di mana?"
"Aku di belakang kamu. Doooorrrr," Zefa mengagetkanku, tanpa kusadari ia sudah berada di belakangku saat aku menelponnya.
Enam bulan tidak bertemu, tak ada perubahan sedikit pun pada diri Zefa. Warna kulitnya tetap terlihat coklat kehitaman, rambutnya pun masih tetap ikal namun sekarang sudah terlihat sedikit memanjang. Bagiku Zefa bukan hanya sekadar sahabat, tapi juga sudah seperti saudara kembarku. Empat tahun lamanya kami berdua tinggal di tempat kost yang sama. Menjalani hari-hari bersama dalam keadaan suka maupun duka. Begitu senangnya bertemu Zefa, aku tidak memperhatikan seorang laki-laki tampan berjaket kulit yang sedari tadi berdiri di belakang Zefa.
"Eh, Nda, " begitulah Zefa selalu memanggilku dengan sebutan Nda, ia terlalu malas untuk memanggilku Rianda. "Ini Fedi… mahasiswa dari Indonesia juga. Anak S.2.jurusan Mekantronik. Dia tinggal satu gedung apartment ama kita," Zefa memperkenalkan temannya yang cute itu kepadaku.
"Fedi," ucapnya sambil menyodorkan tangannya kepadaku, mengajak kenalan.
"Rianda," jawabku seraya membalas senyumnya.

------------------- 
Selanjutnya bisa dibaca di Novel Frankfurt to Jakarta. Sudah beredar di toko buku-toko buku Gramedia dengan harga Rp 45.000

Leyla Hana dan Annisah Rasbell

5 comments:

  1. Mau ke toko buku ah hari ini mumpung suami udah libur,siapa tahu setelah baca buku ini jadi bisa ke frankfurt betulan ya :)

    ReplyDelete
  2. Pgn ke pameran buku frankfurt! ><

    ReplyDelete
  3. Assalammualaikum wr.wb

    Salam kenal sya Indah dri Bekasi..

    Minggu tanggal 11 Agustus 2013, sya mampir ketoko buku dn sya melihat Novel yg berjudul Frankfurt to Jakarta, awalnya sya membaca bagian belakang buku setelah itu sya lihat ada yg telah di buka dn sya membaca halaman depannya sudah smpai di halaman 14 sya trtarik dn rasanya ingin pergi ke Frankfurt..
    Akhirnya sya membeli dn sekarang sudah selesai membacanya dn sya belajar apa arti cinta dn ikhlas..

    Ceritanya sangat bagus bisa membawa yg pembaca menjadi ikut terhanyut dn berangan-angan menjadi seperti apa yang ada di novel..

    Semoga novel ini ada kelanjutannya krn di akhir cerita menurut sya menggantung..
    Dimana Rianda akan lebih kenal dengan Dion dn endingnya mereka seperti apa..

    terimakasih :)

    ReplyDelete
  4. Salam kenal juga, Indah, Makasih ya testimoninya :-)
    Ceritanya memang dibuat menggantung, pembaca dipersilakan menebak sendiri. Semoga bukunya bermanfaat ya :-)

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....