Kalo ngomongin karbitan, saya jadi inget pisang yang dikarbit. Waktu itu pembantu saya nawarin pisang dari kebunnya. Katanya, pisang itu belum terlalu matang, jadi harus disimpen dulu. Ternyata pisang itu gak boleh dibiarin mateng di pohon. Bukan apa-apa sih, takut diambil orang aja hehehe.... Jadi, setelah hampir matang, langsung dipetik dan disimpan di rumah sampai matang. Kalo pisang sendiri sih bisa disimpan, walopun lama ya ga pa-pa. Nah, tukang buah gak bakal tahan nunggu pisang matang. Jadi deh dikarbit, atau dikasih obat biar pisangnya jadi matang. Pisang karbitan emang cepet mateng, tapi ada beberapa yang gak enak. Seperti masih mentah, gitu.
Terus, apa hubungannya dengan Penulis Karbitan? Yah ini sih hasil ngobrol-ngobrol aja dengan beberapa penulis kalo ada novel karya penulis karbitan yang best seller. Maklum deh, dia udah terkenal sebagai Seleb Twit, sedangkan di jagad kepenulisan, namanya masih tergolong yunior. Novelnya memang best seller saking promonya gencar. Kan followernya sampai ratusan ribu tuh. Tapi pas baca reviewnya di Good rRads, ratingnya hanya 2, dan kebanyakan ngasih rating 1. Alias, parah banget. Rating 1 cuma untuk kover dan marketingnya yang OK. Novelnya? Boro-boro oke, malah banyak yang mencacimaki.
Serem juga ya kalo novel kita sampe dikritik sedemikian rupa. Novel saya belum ada yang mengkritik habis-habisan. Ada 2 kemungkinan: gak ada yang baca atau terlalu bagus, wkwkwkwk..... Back to the topic. Penulis karbitan ini sama juga dengan pisang karbitan. Dikasih obat sedemikian rupa supaya cepat mateng, tapi rasanya belum tentu enak. Kok bisa ya jadi penulis karbitan? Bagaimana caranya?
Misalnya aja artis-artis yang mendadak pengen nulis buku padahal belum pernah berproses menjadi penulis. Lain halnya kalo dia emang udah suka nulis kayak Dee Lestari. Tapi klo dia cuma aji mumpung, mumpung tenar, nulis buku deh (bikin sainganku nambah aja nih), padahal tulisannya, beuuuh... Boro-boro bagus. Dulu pernah masa-masanya artis nerbitin buku, tapi mana yang bagus? Cuma Dee Lestari yang seriusan. Yang lain nerbitin sekali, setelah itu hilang.
Seleb Twit juga gitu. Entah bagaimana bisa jadi selet twit. Udah bukan rahasia lagi klo follower twitter bisa dibeli. Klo saya mah ogah jadi follower seleb twit, soalnya twit-twitnya sok motivasi gitu. Sayangnya, ada aja sih penerbit yang memanfaatkan popularitas seseorang dalam menerbitkan buku. Meskipun orang itu gak bisa nulis buku, asal populer, jadilah diminta bikin buku. Awal-awalnya memang bukunya best seller. Tapi yakin deh, pembaca sekarang ini gak bodoh-bodoh amat. Iya gak? Klo saya sih gak pernah beli buku yang best seller tapi penulisnya baru saya kenal. Agak-agak curigaeun, kitu.
Saya yakin, semua penulis harus melalui proses yang panjang untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Saya gak bilang karya saya berkualitas, tapi proses saya panjang banget untuk bisa menerbitkan buku. Dan semua pengalaman itu memberikan ilmu menulis yang gak sia-sia. Contohnya sewaktu mengirim cerpen ke majalah-majalah dan DITOLAK. Ada masukan-masukan dari redaktur tentang kelemahan cerpen saya. Alur gak logis, ceritanya terlalu banyak kebetulan, ending kurang tajam, dan sebagainya. Dari kritik-kritik itulah saya belajar memperbaiki tulisan.
Nah, klo penulis karbitan yang baru menulis dan hanya didukung oleh nama populer, bisa dipastikan karyanya bakal bagaimana. Saya cuma kasihan sama pembaca yang udah beli bukunya hanya karena titel BEST SELLER dan popularitas. Best seller itu juga bisa lho tipuan dari penerbit. Best seller karena sudah terjual 100 eksemplar hehee... Ya, mana taulah kita udah terjual berapa kan cuma penerbit yang tau. Jadi, berhati-hatilah kalau beli buku. Gimanapun, proses menentukan kualitas. Bersabarlah menjalani proses menjadi penulis. Semua itu gak akan sia-sia. Kalo naskahmu masih suka ditolak penerbit, alhamdulillah. Itu artinya kamu masih harus terus merevisi. Daripada dicacimaki pembaca begitu novelmu terbit, iya kaan? :D
kalau ditempat saya, yang dikarbit itu mangga mbak :) *salah fokus*
ReplyDeletejazakillah mbak atas motivasinya...
ReplyDeletebenar benar..jadi penulis itu butuh proses panjang..
jangankan novel mbak, puisi yang dikirim ke media saja kadang harus was-was menunggu diterbitkan atau nggak...
semua tak ada yang instan, walau mie instan sekali pun
:)
Iya ya, bener2 mbak.. segala sesuatu memang berproses.
ReplyDeleteYang instant itu kan nggak bergizi. hehe
kalau penulis yang menerbitkan buku indi itu termasuk karbitan juga gak mbak?
ReplyDeletesupaya ga karbitan melalui proses yang alami, ga usah terburu2 mau terbit.soal terkenal dan materi itu efek dari perjuangan itu sendiri
ReplyDeletebetul juga, yang penting jangan buru2 perbanyak referensi.
ReplyDelete