Beberapa minggu menjelang Ramadan
tahun ini, saya sudah merasa tidak yakin akan bisa menjalani ibadah puasa sambil
menyusui. Padahal, dulu juga saya sukses berpuasa sambil menyusui anak kedua. Lalu,
mengapa sekarang malah tidak yakin? Yang namanya iman itu bisa naik dan turun. Kelihatannya
sekarang ini saya sedang mengalami penurunan iman. Sebelum puasa Ramadan, saya
sudah berpuasa qada Ramadan tahun lalu yang batal 12 hari karena bed rest hamil
anak ketiga. Selama qada itu saya rasakan berat sekali berpuasa sambil menyusui
dan mengurus dua kakaknya yang juga masih balita, ditambah mengurus rumah
tangga. Saya tidak punya asisten rumah tangga, otomatis semua pekerjaan rumah
tangga pun dilakukan sendiri.
Puncaknya, saya mengalami magh
akut di mana perut kembung, muntah, dan diare parah. Badan lemas sekali. Itu saja
saya bayar puasanya setiap Senin dan Kamis, bagaimana bila nanti saya berpuasa
setiap hari? Sebenarnya ibu menyusui ada keringanan untuk tidak berpuasa bila
mengkhawatirkan kondisi anaknya. Bayi saya sudah MPASI dan kadang-kadang minum
susu formula juga, lalu mengapa saya harus takut? Meskipun sudah MPASI dan
ditambah sufor, minum ASI-nya masih kuat. Itu yang membuat saya jadi gampang
lapar dan kekurangan cairan. Di tengah keraguan itu, Allah menjawabnya.
Malam sebelum Ramadan (saya mulai
berpuasa hari rabu), tetangga saya meninggal dunia. Benar-benar tepat sehari
sebelum Ramadan. Ah, nyaris sekali…. Dia tidak bisa mengikuti ibadah puasa
tahun ini. Saya kembali diingatkan oleh kematian. Kematian memang pengingat
terindah. Semalaman itulah saya berpikir, apakah besok Allah memberikan saya
kesempatan untuk berpuasa? Apakah tahun depan saya juga bisa berpuasa? Lalu,
mengapa saya begitu yakin akan bisa beribadah lebih baik di tahun yang akan
datang? Mengapa bukan dimulai dari tahun ini? Besok? Menyusui seharusnya tidak
menjadi halangan, bukan? Toh, saya pernah berhasil berpuasa sambil menyusui. Yang
penting ada niat dan makan-minum yang banyak,
karena saya makan bukan untuk sendiri melainkan berdua. Saat hamil tua pun dulu
berpuasa.
Bismillah. Saya berniat melakukan
ibadah yang terbaik di bulan Ramadan ini dengan semua halangannya. Allah sudah
memberikan teguran yang manis, sehari sebelum Ramadan. Saya mantap berpuasa dan
tidak akan mengambil keringanan bila tidak benar-benar memerlukannya. Sering kali
kita merasa tidak yakin beribadah karena tidak adanya sugesti positif dari
dalam diri dan lebih berpikir ke dampak buruknya. Resolusi saya di bulan
Ramadan ini lebih ke Tazkiyatun Nafs (penyucian diri). Ada lima N yang mau saya
capai. Di hari keempat bulan Ramadan ini, ternyata tidak mudah untuk
menjalankannya.
No Ghibah: Kalau saya perhatikan,
wanita itu memang rentan ghibah. Bahkan di facebook pun, lebih banyak wanita
yang suka ngomongin orang dibandingkan laki-laki. Jujur, saya sendiri juga
masih sering terjerumus ke dalam ghibah. Masuknya itu haluuuus sekali. Tadinya ngomongin
tema yang biasa saja, bukan ngomongin orang. Eh, kok lama-lama jadi ngomongin
orang. Kalau di internet, lebih mudah
untuk gak ghibah. Ya gak usah sign up saja. Bahasa tulisan itu kan sebenarnya
lebih mudah untuk dipikirkan dulu. Jadi, pada saat kita mengetik komentar,
jangan langsung dienter. Bahkan komentarnya bisa diedit atau dihapus. Masalahnya,
ghibah di dunia nyata ini yang gak bisa diedit dan dihapus. Kalau sudah terucap
ya susah diralat. Setelah dua hari lolos dari perangkap ghibah, di hari ketiga
saya masuk ke dalam perangkapnya. Astaghfirullah. Saya baru sadar setelah “ngomongin.”
Ceritanya, kemarin saya menghadiri orientasi siswa baru di TK anak sulung saya.
Pulangnya saya bareng dua tetangga yang juga menyekolahkan anaknya di sana. Sepanjang
jalan, obrolannya biasa saja. Justru pas udah mau sampai rumah tuh, salah
seorang dari kami berhenti dulu untuk belanja. Saya dan satu orang lagi,
meneruskan perjalanan. Tahu-tahu ibu yang bersama saya itu, ngeghibahin ibu
yang berhenti belanja. Dan.. semua berjalan begitu saja deh. Saya juga ikut
ngomongin. Ya Allah, saya kan mau berhenti ghibah! Duuuuuh… bener-bener deeeeh….
No Iri: Penyakit iri ini juga
masuknya haluuus sekali. Saya lebih banyak iri terhadap keberhasilan
teman-teman di dunia maya, karena sosial media itu memang sarana yang tepat
untuk “pamer.” Gimana gak iri kalo setiap hari disuguhi oleh pameran-pameran
keberhasilan? Lain halnya kalau di dunia nyata, syukurnya saya gak bergaul
dengan orang-orang yang suka pamer. Lalu bagaimana mengatasinya? Yaitu dengan
menumbuhkan perasaan ikut berbahagia terhadap pencapaian orang lain. Sesama
muslim ibarat satu tubuh. Bila satu bagian tubuhnya sakit, tubuh yang lain akan
merasakan sakit pula. Semestinya demikian juga dengan kebahagiaan. Bila ada
yangsedang bahagia, yang lain juga ikut bahagia. Bukan malah iri atau bahasa
lainnya, sirik.
No Serakah: Kemarin saya menonton
film Barbie bareng anak saya. Ada quote menarik yang muncul di film itu ketika
Barbie hendak memasuki gua berisi Kristal dan perhiasan lain (mirip di film
Aladdin), di depan pintu gua ada tulisan: “Ambil secukupnya dan jangan serakah.”
Dan ketika teman Barbie mengambil lebih dari satu Kristal, gua pun mengalami
goncangan, nyaris longsor. Saya pikir belakangan ini saya memang agak serakah.
Ikut lomba pengennya menang terus, apalagi kalo lihat hadiahnya, meskipun
hadiahnya itu sudah saya miliki. Kalau kalah, mutungnya luar biasa. Saya sudah
dikuasai oleh nafsu harta yang berlebihan. Di bulan Ramadan inilah saya ingin
meredamnya, dan semoga berlanjut terus sampai selesai Ramadan. Sebab, puasa memiliki
makna menahan hawa nafsu. Demikian juga nafsu terhadap harta. Jika Allah belum
mengabulkan permintaan kita terhadap suatu harta, itu berarti Dia tahu bahwa
kita belum memerlukan itu. Kalau kita mengambil melebihi jatah rezeki kita,
bisa jadi kita akan mengalami apa yang dialami Barbie dan kawan-kawan. ‘Allahu’alam.
Ngaji yang banyak: Urusan membaca
Al Quran ini lumayan keteteran setelah punya anak ketiga. Si dede bayi ini mau
ikut mengaji dengan berusaha merampas Al Quran mamanya. Saya juga punya target
membaca terjemahan Al Quran yang belum pernah selesai sejak saya canangkan di
waktu kuliah. Bacanya random saja, padahal saya pengennya berurutan dari Juz
1-30. Biasanya justru di bulan Ramadan ini semangatnya menggebu-gebu.
Ngamal yang Banyak: Mumpung semua
kebaikan dilipatgandakan pahalanya di bulan Ramadan, maka saya berusaha berbuat
amal kebaikan sebanyak-banyaknya. Saya sih berharap kebaikan itu bertahan selamanya,
dan semoga saja demikian.
Semoga saja resolusi Ramadan 1434
H bisa tercapaiii, aamiin....
Disertakan dalam lomba Resolusi Ramadan 1434 H
Wow :) keren mba. Semoga resolusinya tercapai semua. Med menjalankan ibadah puasa
ReplyDeleteaamiin. makasih ya Nahla udah mampir :-)
Deletebiar no ghibah, aku kurangi ngetwit karena rawan ghibah, bun. btw, klo busui biasanya tergantung asupan makanan yang masuk ya? mungkin perlu suplemen seperti vitamin juga biar ga lemes. moga dimudahkan puasanya dan juga targetnya. aamiin
ReplyDeleteNgetwit jg udah jarang La, karena hapenya jadul hehehe... aaamiin.. makasih ya La
Deletesaya tambahi, Mak Leyla Hana: no online lama2 :D
DeleteSoalnya jadi gak fokus sama tujuan: share tulisan dan cari2 'sesuatu'. malah mlipir bacain status / tweet orang :D
semoga menang, Mak, kece tulisannya
Ho oh, bener, Tha. Klo tenggelam dalam status orang, ntar jadi ghibah.
Deletesuka ama resolusinya :)
ReplyDeletehttp://chemistrahmah.com
alhamdulillah, makasih mb rahma :-)
DeleteN yang keenam, Ngedoain yang banyak, semoga mbak Leyla menang ihihikk.. barokallah mbak ^^
ReplyDeleteaamiin.. kwkwwk... itu namamu masih Najmatul Jannah, Gi? :D
Deletememang belum kuubah mbak...jarang ngeblog juga hehehekkk
DeleteSemoga resolusinya tercapai dan bisa terus berlanjut pada bulan-bulan berikutnya.
ReplyDeleteaaamiin. makasih Mba Niken sudah mampir ;-)
Deletembak ela, kejadian hampir serupa sama aku yg tentang cerita busui.aku gagal hari pertama.alhamdulillah hari berikutnya berhasil.semoga kita dikuatkan fisik dan mental sama Allah untuk senantiasa terjaga imannya ya mbak.aamiin
ReplyDeleteaamiin mbaaa.. semoga kita tetap kuat yaaa. Perjuangan BUSUI :-)
Delete3 hari pertama aku puasa. hari ini terpaksa batal, karena baby nangis terus. padahal pengennya bisa puasa full. kapan lagi, kan? jadi belajar ikhlas saja.
ReplyDeletesemoga resolusi ramadhan kita semua tercapai dan dimudahkan ya, mak.
Semoga semua resolusi tercapai ya mbak. Semoga menjadi lebih baik dari kemarin2 :)
ReplyDeleteAmin, semangat deh
ReplyDeleteMak Sary, semampunya saja, Mak. Mak Sari kan debaynya belum 6 bulan.
ReplyDeleteMba Niar, aaamiiin....
Mba Naqi, aamiin. makasih :-)
Aamiin, semoga sresolusinya tercapai semua ya mbak
ReplyDelete