Berpikir seandainya saya tidak ngeblog, hmm…
sudah hampir tiga minggu ini saya diuji dengan koneksi internet yang supeeeer
lolaaaa…. Koneksinya lumayan baik di atas jam 1 sampai jam 4 pagi. Itupun gak
bener-bener lancar. Masih harus sabar, tapi lumayanlah. Masalahnya kan saya gak
selalu bisa bangun dini hari. Untuk menyiasatinya, saya tidur selepas Magrib.
Untung anak-anak juga tidur jam segitu. Tapi yang kasihan suami saya, pulang ke
rumah gak ada yang nunggui, hehe…. Minggu-minggu itu, saya juga berusaha fokus
untuk mengerjakan novel yang dimaksudkan untuk lomba. Saya bela-belain ngeblog,
di antara kesibukan nulis novel dan internet yang lola, demi tantangan 8 Minggu
Ngeblog dari Anging Mammiri. Alhamdulillah, saya masih bisa mengikuti
tantangannya, dan tulisan ini disertakan untuk 8 Minggu Ngeblog oleh Anging Mammiri
Minggu Ketujuh.
Sudah kurang lebih dua tahun ini saya ngeblog di
blogspot. Awalnya hanya untuk mendokumentasikan tulisan yang pernah dimuat di
majalah dan buku, lama-lama saya ikut lomba blog. Ternyata seru juga mengikuti
lomba blog, minimal blog saya gak nganggur. Temanya sudah ditentukan oleh
penyelenggara, jadi saya tinggal mencari tulisan yang sesuai tema. Kalau dapat
hadiah, lebih senang lagi. Masalahnya, lomba blog itu terkadang rumit juga ya.
Harus memakai hyperlink, banner, dan gambar-gambar menarik. Acara ngeblog jadi
lebih lama, karena mulanya saya gaptek. Tapi, syukurlah sekarang saya jadi
lebih jago dalam teknis ngeblog, blog saya pun lebih variatif dan rapi.
Ada perbedaan kepuasan antara menulis buku dan
ngeblog. Menulis buku itu, puasnya ya nama tercantum di buku, tapi jumlah
eksemplar terbatas, dan otomatis jumlah pembaca juga terbatas. Jujur saya akui,
saya belum menjadi penulis yang best seller, dalam artian buku terjual sampai
ratusan ribu eksemplar. Menulis di blog, ada kemungkinan tulisan kita dibaca
oleh ratusan ribu orang, karena gratis. Dan yang lebih membahagiakan, responnya
lebih cepat. Begitu tulisan diposting dan dipromosikan, langsung ada tanggapan
dari pembaca. Kalau buku, perlu menunggu beberapa bulan setelah terjual, baru
ada tanggapan dari pembaca. Apa pun, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Oleh sebab itu, sulit rasanya melepaskan salah
satu dari keduanya. Sekalipun, tiga minggu yang lalu saya berusaha untuk fokus
menulis novel demi mengejar deadline lomba, tetap saja saya tergoda untuk
ngeblog. Ditambah dengan internet yang lola, sedikit menaikkan temperamen saya.
Saking lolanya, saya pernah melempar hape sekaligus modem, gak terlalu kencang
sih, jadi jatuhnya juga pelan, ahahaha…. Ternyata masih ada pikiran takut
hapenya rusak. Anak-anak langsung mengambil hape plus modem itu dan mencopoti
isinya, karena disangka sudah rusak. Segera saya ambil, khawatir rusak beneran.
Akhirnya, saya sampai pada pemikiran bahwa di
dunia ini tak ada yang abadi, termasuk juga ngeblog. Bisa jadi kelak saya harus
melepaskan dunia blog ini, awalnya mungkin akan sedih dan kehilangan, tapi
lama-lama terbiasa. Saya berpikir, ngeblog ini untuk mendokumentasikan setiap
kenangan dalam hidup yang bisa dibagi ke khalayak ramai. Kelak, mungkin saya
bisa membaca-bacanya kembali. Tapi, bagaimana jika blog saya tiba-tiba hilang,
seperti Multiply yang tenggelam? Semua kenangan pun ikut hilang. Hm, apa yang
saya lakukan ya? Saya juga punya blog di Multiply, setelah hilang, rupanya saya
tak merasa kehilangan karena memang sudah jarang ditengok.
Lagipula, selama mengabadikan kenangan,
kesibukan saya justru sibuk menuliskannya dan jarang membacanya kembali. Kenangan
itu ada terus. Berhubung untuk membacanya membutuhkan koneksi internet yang
ciamik, saya jadi jarang punya kesempatan untuk membaca ulang. Dan selama
koneksi internet masih amburadul, saya jadi punya banyak waktu untuk membaca
buku. Yap, membaca buku jadi agak terbengkalai saking asyiknya berselancar di
dunia maya. Padahal, membaca buku adalah salah satu bekal seorang penulis. Saya
banyak membeli buku, banyak pula yang dapat gratis, tapi belum semuanya selesai
dibaca saking sibuknya menulis dan browsing. Jadi, ada untungnya juga gak bisa
browsing untuk beberapa waktu. Tulisan pun banyak yang selesai, karena gak
disambi dengan ngenet.
Namun, kalau terus-menerus gak ngeblog,
sepertinya saya akan kesulitan menyalurkan emosi positif, sebuah istilah yang
saya dapatkan dari seorang teman penulis. Ngeblog, terbukti bisa mengurangi
tingkat stress setelah digempur kesibukan mengurus rumah dan anak-anak yang
sedang aktif-aktifnya. Di rumah terus, 24 jam X 5 hari (kalau akhir pekan
sering jalan-jalan), cukup menyumbangkan kebosanan. Ngeblog, seakan-akan
menciptakan efek jalan-jalan ke seluruh dunia, dengan blogwalking dan browsing.
Insya Allah, bulan depan saya akan ganti
provider dengan yang lebih baik setelah
tiga tahun bertahan dengan provider yang sekarang saya gunakan. Dari dulu
memang sudah lemot, meskipun slogannya I Hate Slow, tapi berhubung belum
menemukan pengganti yang lebih baik, jadi masih bertahan. Semoga nanti ada
provider lain yang bisa memberikan service maksimal, sehingga saya gak perlu
berandai-andai tidak bisa ngeblog, kecuali maut memisahkan.
Postingan ini disertakan dalam #8MingguNgeblogAnging Mamiri.
kalau saya tidak ngeblog, maka muram dunia.. :D
ReplyDeleteI hate slow too #_#
ReplyDeletetergantung gadgetnya kali, Bund..
coba aja dicolokin untuk tablet berbasis windows8 or notebook plus wifi 10 tabulasi bikin dunia berwarna-warni.. hi.. hi.. gantian dimarahin perut dan kepala protes minta charge dan rehat *_*
Mbak leyla masih semangat aja
ReplyDelete