Saturday, April 13, 2013

Di Sekitar Rumahku: Sang Penunggu Rumah


Tulisan ini diikutsertakan dalam tantangan #8MingguNgeblog yang diadakan oleh Anging Mammiri minggu pertama.

Matanya nyalang memandang pendatang. Suaranya garang, bahkan tak jarang segera menyerang. Tukang Pos, JNE, TIKI, bahkan kurir pengantar tagihan kartu kredit, awalnya terbirit-birit saat hendak mendatangi rumahku untuk mengantarkan kiriman. Bahkan tak jarang menitipkan kepada tetangga yang yang berjarak enam rumah dengan rumahku. Baru kemarin, kurir pengantar tagihan kartu kredit berteriak-teriak memanggilku, padahal aku sedang mengeloni bayi. Ih, sebel! Aku pun berteriak, “Lempar saja suratnya, Pak!” dan dia pun melempar surat tagihan itu, lalu lari terbirit-birit. Apa pasal? Karena dua makhluk penjaga di depan rumahku berada tepat di belakangnya dan terus menggonggong.

“Saya mah gak takut sama anjing, beneer….” Kata si kurir, serius. “Saya cuma najis! Ribet nyuci celananya kalau sudah kena najis anjing!” katanya lagi, sambil menyerahkan surat tagihan, dengan masih duduk di atas motornya, dan tergesa-gesa meninggalkan rumahku. Phiuuuh… sama anjing saja takut! Cowok, gitu lho!

Yang ini beda lagi. Kurir JNE sampai balik lagi ke kantornya dan membawa kembali paketku, karena hanya sampai di depan gang rumahku dan langsung ngacir begitu digonggongi anjing. Kusms berkali-kali, dia baru mengantarnya lagi seminggu kemudian. Itupun minta ditunggu di depan gang. Duh!
“Saya takut sama anjingnya, Mbak,” katanya, sambil mengelap keringat dan melihat berkali-kali ke arah rumahku dengan mata takut.

Suamiku tertawa saat kuceritakan kejadian-kejadian itu. Aku hanya cemberut. Urusan anjing ini bisa membahayakan paket-paket kirimanku. Ada yang tertahan tiga minggu gara-gara kurirnya tak mau datang ke rumahku. Anjing-anjing itu milik tetanggaku, yang dibiarkan bebas, dan sialnya, memilih nongkrong di depan rumahku.

“Ibu sih suka kasih makan, ya jadinya dia nongkrong terus di depan rumah Ibu,” kata pembantu di rumah sebelah, yang punya anjing, saat aku komplain. Iya sih, memang aku suka kasih makan. Habis, kasihan. Majikannya malah tak pernah kasih makan. Anjing-anjing itu bersaing dengan ratusan ayam peliharan sang majikan, karena majikannya hanya memberi makan untuk ayam-ayam. Aku pernah melihat menu makanan anjing-anjing itu: potongan-potongan singkong mentah! Hiyaaah… anjing makan singkong mentah? Bukannya anjing itu karnivora? Ya, mereka terpaksa makan singkong mentah, karena tak ada yang dimakan. Untunglah, sebuas-buasnya mereka karena kelaparan, hanya memakan ayam kecil hidup-hidup, ya ayam si majikan. Syukurin! Aku jadi tak tega. Kuberikan sisa makananku kepada mereka, yang langsung disambar. Imbasnya, mereka menganggapku majikan dan nongkrong di depan rumahku siang dan malam. Rumahku memang aman. Sementara rumah-rumah di depan sering kemalingan, Alhamdulillah rumahku aman sejak pertama dihuni. Di sisi lain, aku juga mengeluh. Apalagi saking laparnya mereka, tempat sampahku diobrak-abrik dan sampahnya berceceran ke mana-mana.

Hfff… terpaksa deh solusinya mengadu ke Pak RT. Sebenarnya orang satu kompleks juga mengeluhkan masalah anjing ini, tapi mereka sungkan untuk menegur. Setelah suamiku mengadu ke Pak RT, tidak langsung ditindaklanjuti sih. Pak RT sepertinya harus menyusun kekuatan dulu. Alhamdulillah, dua minggu kemudian, hanya tersisa satu anjing yang masih kelihatan di depan rumahku. Lho, memangnya ada berapa anjing? Yang kufoto itu hanya satu, aslinya sih ada enam. Iya, enam! Dan semuanya dibiarkan berkeliaran di jalan, menggonggongi orang-orang, bahkan mengejar anak-anak. Seorang anak kecil pernah digigit celananya, untung saja tidak sampai digigit tubuhnya. Bahaya, kan? Waktu kutanya ke si pemiliknya, di mana anjing-anjingnya berada, si pemilik memandangku tak enak, lalu menjawab, “Diikat, tuh.”

Ups!

Menurutku, jika ingin punya peliharaan, kita harus bertanggung jawab kepada mereka. Apalagi kalau mereka binatang buas dan tidak diberi makan. Mereka bisa merugikan orang lain. Aku sendiri tak masalah dengan keberadaan mereka, karena mereka juga mahkluk Tuhan. Yang penting kita saling menghormati saja yaaa…..

Postingan ini disertakan dalam#8MingguNgeblog Anging Mamiri



9 comments:

  1. Aaa.. Mbak Leylaa, aku paling paling takut sama anjing. Apalagi kalo sampe ada 6 ekor, wah dadah dadah aja sama mbak Leyla deh. Hehehe

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
  3. waaah. takut dong kalo mpe ada 6 gituu..

    ReplyDelete
  4. mbak ela gak takut ya ama anjing. aku takut lho.seremmm...apalagi kalo anjingnya kelaparan gitu.

    ReplyDelete
  5. tengok kiri-kanan. Ada anjing? kabuuuuuur :) aku takut mak

    ReplyDelete
  6. cukup sekali kejadian dikejar 3 anjing sekaligus pas lari pagi mbak.trauma sangat

    ReplyDelete
  7. What? 6 ekor, Mbak? Buset dah. Apa ga sungkan pada tetangga lainnya tuh pemilik, jika anjing2 itu menimbulkan ketidaknyamana bagi tetangga dan lingkungan sekitarnya? Ih.
    Btw, kasian banget anjing2nya itu ya, Mbak, mereka kan makhluk hidup yang harus diberi makan. bertanggung jawab atuh pemiliknya. Bikin gemes deh. :D

    ReplyDelete
  8. E N A M ????
    Tadi mau ngakak baca kurir yang lari. Katanya gak takut koq lari.
    Tapi kalo 6 ... badan segede Ade Rai juga lari kali :D

    Keren ini tulisannya mbak :)

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....