Tulisan ini diikutsertakan dalam
tantangan #8MingguNgeblog yang diadakan oleh Anging Mammiri minggu pertama.
Matanya nyalang memandang
pendatang. Suaranya garang, bahkan tak jarang segera menyerang. Tukang Pos,
JNE, TIKI, bahkan kurir pengantar tagihan kartu kredit, awalnya terbirit-birit
saat hendak mendatangi rumahku untuk mengantarkan kiriman. Bahkan tak jarang
menitipkan kepada tetangga yang yang berjarak enam rumah dengan rumahku. Baru
kemarin, kurir pengantar tagihan kartu kredit berteriak-teriak memanggilku,
padahal aku sedang mengeloni bayi. Ih, sebel! Aku pun berteriak, “Lempar saja
suratnya, Pak!” dan dia pun melempar surat tagihan itu, lalu lari
terbirit-birit. Apa pasal? Karena dua makhluk penjaga di depan rumahku berada
tepat di belakangnya dan terus menggonggong.
“Saya mah gak takut sama anjing,
beneer….” Kata si kurir, serius. “Saya cuma najis! Ribet nyuci celananya kalau
sudah kena najis anjing!” katanya lagi, sambil menyerahkan surat tagihan,
dengan masih duduk di atas motornya, dan tergesa-gesa meninggalkan rumahku. Phiuuuh…
sama anjing saja takut! Cowok, gitu lho!
Yang ini beda lagi. Kurir JNE
sampai balik lagi ke kantornya dan membawa kembali paketku, karena hanya sampai
di depan gang rumahku dan langsung ngacir begitu digonggongi anjing. Kusms
berkali-kali, dia baru mengantarnya lagi seminggu kemudian. Itupun minta
ditunggu di depan gang. Duh!
“Saya takut sama anjingnya, Mbak,”
katanya, sambil mengelap keringat dan melihat berkali-kali ke arah rumahku
dengan mata takut.
Suamiku tertawa saat kuceritakan
kejadian-kejadian itu. Aku hanya cemberut. Urusan anjing ini bisa membahayakan
paket-paket kirimanku. Ada yang tertahan tiga minggu gara-gara kurirnya tak mau
datang ke rumahku. Anjing-anjing itu milik tetanggaku, yang dibiarkan bebas,
dan sialnya, memilih nongkrong di depan rumahku.
“Ibu sih suka kasih makan, ya
jadinya dia nongkrong terus di depan rumah Ibu,” kata pembantu di rumah
sebelah, yang punya anjing, saat aku komplain. Iya sih, memang aku suka kasih
makan. Habis, kasihan. Majikannya malah tak pernah kasih makan. Anjing-anjing
itu bersaing dengan ratusan ayam peliharan sang majikan, karena majikannya
hanya memberi makan untuk ayam-ayam. Aku pernah melihat menu makanan
anjing-anjing itu: potongan-potongan singkong mentah! Hiyaaah… anjing makan
singkong mentah? Bukannya anjing itu karnivora? Ya, mereka terpaksa makan
singkong mentah, karena tak ada yang dimakan. Untunglah, sebuas-buasnya mereka
karena kelaparan, hanya memakan ayam kecil hidup-hidup, ya ayam si majikan.
Syukurin! Aku jadi tak tega. Kuberikan sisa makananku kepada mereka, yang
langsung disambar. Imbasnya, mereka menganggapku majikan dan nongkrong di depan
rumahku siang dan malam. Rumahku memang aman. Sementara rumah-rumah di depan
sering kemalingan, Alhamdulillah rumahku aman sejak pertama dihuni. Di sisi
lain, aku juga mengeluh. Apalagi saking laparnya mereka, tempat sampahku diobrak-abrik
dan sampahnya berceceran ke mana-mana.
Hfff… terpaksa deh solusinya
mengadu ke Pak RT. Sebenarnya orang satu kompleks juga mengeluhkan masalah
anjing ini, tapi mereka sungkan untuk menegur. Setelah suamiku mengadu ke Pak
RT, tidak langsung ditindaklanjuti sih. Pak RT sepertinya harus menyusun
kekuatan dulu. Alhamdulillah, dua minggu kemudian, hanya tersisa satu anjing
yang masih kelihatan di depan rumahku. Lho, memangnya ada berapa anjing? Yang
kufoto itu hanya satu, aslinya sih ada enam. Iya, enam! Dan semuanya dibiarkan
berkeliaran di jalan, menggonggongi orang-orang, bahkan mengejar anak-anak. Seorang
anak kecil pernah digigit celananya, untung saja tidak sampai digigit tubuhnya.
Bahaya, kan? Waktu kutanya ke si pemiliknya, di mana anjing-anjingnya berada,
si pemilik memandangku tak enak, lalu menjawab, “Diikat, tuh.”
Ups!
Menurutku, jika ingin punya
peliharaan, kita harus bertanggung jawab kepada mereka. Apalagi kalau mereka
binatang buas dan tidak diberi makan. Mereka bisa merugikan orang lain. Aku
sendiri tak masalah dengan keberadaan mereka, karena mereka juga mahkluk Tuhan.
Yang penting kita saling menghormati saja yaaa…..
Postingan ini disertakan dalam#8MingguNgeblog Anging Mamiri
Aaa.. Mbak Leylaa, aku paling paling takut sama anjing. Apalagi kalo sampe ada 6 ekor, wah dadah dadah aja sama mbak Leyla deh. Hehehe
ReplyDeletehehehe... sini main ke rumahku XD
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
Deletewaaah. takut dong kalo mpe ada 6 gituu..
ReplyDeletembak ela gak takut ya ama anjing. aku takut lho.seremmm...apalagi kalo anjingnya kelaparan gitu.
ReplyDeletetengok kiri-kanan. Ada anjing? kabuuuuuur :) aku takut mak
ReplyDeletecukup sekali kejadian dikejar 3 anjing sekaligus pas lari pagi mbak.trauma sangat
ReplyDeleteWhat? 6 ekor, Mbak? Buset dah. Apa ga sungkan pada tetangga lainnya tuh pemilik, jika anjing2 itu menimbulkan ketidaknyamana bagi tetangga dan lingkungan sekitarnya? Ih.
ReplyDeleteBtw, kasian banget anjing2nya itu ya, Mbak, mereka kan makhluk hidup yang harus diberi makan. bertanggung jawab atuh pemiliknya. Bikin gemes deh. :D
E N A M ????
ReplyDeleteTadi mau ngakak baca kurir yang lari. Katanya gak takut koq lari.
Tapi kalo 6 ... badan segede Ade Rai juga lari kali :D
Keren ini tulisannya mbak :)